Republik Islam Iran mulai menjalankan hukuman mati terhadap anak muda yang menjadi motor gerakan protes anti-pemerintah. Negara mayoritas Syiah tersebut dilanda unjuk rasa besar-besaran selama empat bulan terakhir, dipicu tewasnya perempuan yang dianggap tak rapi berhijab. Kematian Mahsa Amini itu merembet jadi demonstrasi menolak kekuasaan absolut para Mullah, serta tuntutan agar Iran berubah jadi lebih demokratis serta menghormati perempuan.
Namun, seperti lazimnya rezim otoriter lain, Iran melawan balik tuntutan massa yang mayoritas digerakkan anak muda itu. Pada 8 Desember 2022, salah satu penjara di Iran sudah menggantung Mohsen Shekari, anak muda yang menjadi ikon perlawanan anti-pemerintah di Ibu Kota Teheran.
Shekari, yang berusia 23 tahun, divonis bersalah oleh majelis Pengadilan Revolusioner Iran, atas dakwaan “berani melawan perintah Allah.” Shekari dieksekusi hanya tiga pekan setelah pembacaan vonis. Eksekusi tersebut dikecam keras oleh Amnesty Iran, lembaga pemantau hak asasi manusia setempat.
Shekari realitasnya hanya terlibat pemblokiran jalan utama di Teheran saat terjadi demo besar-besaran pada September 2022, serta melukai anggota Basij, organisasi paramiliter loyalis pemerintah Iran, menggunakan pisau.
Mahmood Amity-Moghaddam, direktur Iran Human Rights, menyatakan Shekari dieksekusi duluan bukan karena tindakannya berbahaya, namun untuk menakut-nakuti anak muda lain. “Ini adalah hukuman dan proses persidangan simbolis untuk menekan aspirasi perubahan di Iran,” ujar Moghaddam.
Selama empat bulan unjuk rasa, lebih dari 18 ribu orang ditangkap. Diperkirakan, selain Shekari, masih ada puluhan demonstran lain yang turut dihukum mati oleh rezim syiah Iran. Sedikitnya 458 orang tewas dalam bentrokan antara demonstran anti-pemerintah dan aparat.
Namun protes terlanjur menyebar di Iran dan tidak akan cukup mudah dipadamkan oleh pemerintah. Kematian Mahsa Amini ternyata menyulut solidaritas tidak hanya di kalangan perempuan Iran, namun juga lelaki muda, di berbagai provinsi.
Banyak anak muda yang muak dengan ketidakmampuan rezim mengelola ekonomi serta stabilitas politik selama 10 tahun terakhir. Para demonstran juga menuntut agar hukum Islam yang kaku dikendorkan karena merampas hak-hak dasar masyarakat dalam mengekspresikan diri.