Alam semesta yang kita tinggali ini aneh bin ajaib, apalagi Bima Sakti yang menjadi rumah bagi Bumi. Galaksi kita suka “mencuri” bintang dari galaksi lain, dan bentuknya juga membengkok tanpa alasan yang jelas. Lebih kacaunya lagi, Bima Sakti diprediksi bertabrakan dengan galaksi lain bernama Andromeda sekitar empat miliar tahun mendatang.
Terlepas dari semua keanehan itu, galaksi kita memiliki keindahan yang tiada tara. Saking cantiknya, blog travel Capture the Atlas berdedikasi merilis foto-foto galaksi Bima Sakti terbaik setiap tahunnya.
Periode menjelang musim panas merupakan momen terbaik menyaksikan fenomena Bima Sakti, karena pada saat-saat inilah langit malam tidak tertutup awan. Foto-foto terbaik tahun ini datang dari 12 negara, seperti Mesir, Slovenia, Australia, Spanyol, Jepang dan AS.
“Ice Age” karya Alvin Wu
Foto ini diambil dari ketinggian 5.070 meter, di atas danau Pumoungcuo yang beku selama musim dingin. Kita bisa mendengar suara retakan es jika berkunjung ke danau ini pada malam hari, ketika suhunya mencapai minus 20 derajat Celsius. “Saya bersyukur bisa menikmati indahnya hamparan bintang pada malam yang amat menakjubkan,” ungkap fotografer Alvin Wu kepada tim redaksi Capture the Atlas.
“Lightning the Milky Way” karya Jingye He
Fotografer Jingye He mengabadikan pemandangan galaksi Bima Sakti dari tengah Gurun Dahaidao yang tak bertuan di Xinjiang. Bukit-bukit lancip berbaris di wilayah ini terbentuk akibat pengikisan yang terjadi karena angin kencang dan cuaca ekstrem.
“Secret” karya Martin Zajac
Petroglif dalam foto ini terukir di atas batu vulkanik besar yang berada di sekitar pegunungan Sierra Nevada, California. Ribuan tahun lalu, penduduk asli benua Amerika mengeruk permukaan batu yang lebih gelap hingga menghasilkan beraneka ragam gambar binatang dan desain geometris. “Foto ini menghadap ke langit, membingkai pegunungan Sierra Nevada di California pada malam hari,” tutur Zajac.
“Winter sky over the mountains” karya Tomáš Slovinský
Selempang Bima Sakti membentang di atas pegunungan Low Tatras, Slovakia, yang suhunya turun hingga minus 14 derajat Celsius. Bagian musim dingin dari Bima Sakti terlihat lebih tipis dengan bintang-bintang yang sinarnya redup. Di dalamnya juga terdapat benda-benda langit tak kasat mata. Namun, dengan bantuan teknologi yang tepat, masih mungkin bagi kita untuk melihat wujudnya. “Kamera astro-modified bisa membuat objek-objek ini terlihat. Saya pribadi memotretnya pakai filter H-alpha khusus,” terang Slovinský. Fotonya menampilkan benda-benda langit kecil yang berada di antara Mars dan gugus bintang Pleiades dan Hyades.
“The Milky Way arching over The Pinnacles Desert” karya Trevor Dobson
Panorama 180 derajat ini tersusun dari 124 foto yang diabadikan di Pinnacles, gurun pasir di Australia Barat. “Pinnacles merupakan lokasi sempurna untuk astrofotografi,” ujar Dobson. “Area ini dikelilingi ribuan monolit batu kapur yang menawarkan komposisi yang tiada habisnya. Itulah mengapa saya tak pernah bosan berkunjung ke sini setiap tahun.”
“House of Lavender” karya Benjamin Barakat
“Saya memotret Bima Sakti ini di Valensole, Prancis tahun lalu,” kata fotografer Benjamin Barakat. “Aroma dan suasana kebun lavender yang saya datangi kala itu luar biasa menakjubkan.” Menurutnya, paling enak main ke taman bunga lavender saat larut malam. Selain karena pemandangan bintang yang indah, kita takkan diganggu lebah.
“Path to the past” karya Jose Manuel Galvan Rangel
Kawasan Extremadura di Spanyol merupakan “surga” bagi para fotografer yang hobi mengabadikan langit berbintang. Daerahnya bersih dari polusi dan lampu kota, sehingga kita bisa menikmati indahnya langit malam yang bertabur bintang dengan mata telanjang. “Saya mengambil foto ini di desa terpencil di bagian barat daya Salvatierra de los Barros,” ujar fotografer Jose Manuel Galvan Rangel. “Jarang ada orang yang tahu tentang desa ini. Di sana, ada kastil megah milik pribadi yang berdiri sejak abad ke-15.”
“Egyptian Nights” karya Burak Esenbey
Berjarak lima jam perjalanan di sebelah barat Kairo, gurun putih ini menyuguhkan pemandangan bukit pasir dan formasi batuan yang fotogenik. “Formasi batuan ini menambah keunikan tersendiri,” tutur fotografer Burak Esenbey yang memotret gugus bintang dari celah batu. Dia mengambil foto pada kunjungan pertamanya ke Mesir. “Gurun putih jadi fokus utama fotonya, di tengah alam bebas dan langit Bortle 1-2.”
Skala Bortle mengukur kecerahan langit malam dari satu hingga sembilan. Peringkat satu menggambarkan langit yang sangat gelap, di mana hamparan bintang, konstelasi dll. terlihat jelas.
“Perseid meteor shower on Mangart saddle” karya Uroš Fink
“Saya suka memandangi langit berbintang dalam keheningan yang tenang. Pada saat itulah saya merasa bebas, tapi juga teringat betapa kecilnya diri ini,” ucap fotografer Uroš Fink. Bersama teman fotografernya, Fink merencanakan perjalanan ke Mangart Saddle di Slovenia dari enam bulan sebelumnya. Namun, ketika akhirnya mereka sampai di sana, langit malam tertutup awan. “Saya berhasil mengabadikan pemandangan meteor yang menerangi langit malam,” kenangnya. “Selalu ada kejutan yang kita saksikan saat mengabadikan langit malam. Bagi saya, itu hal paling menyenangkan dari kegiatan ini. […] Saya sama sekali tidak kecewa datang ke sini, meski saat itu langitnya mendung.”
“Mt. Fuji and the Milky Way over Lake Kawaguchi” karya Takemochi Yuki
Fotografer Takemochi Yuki mengabadikan pemandangan Milky Way yang tampak di atas langit Prefektur Yamanashi, Jepang, pada pukul 3 dini hari. “Musim semi menjadi satu-satunya waktu kita bisa mengabadikan pemandangan Bima Sakti lengkap dengan Gunung Fuji,” terangnya. “Saat musim dingin, jalan sulit ditempuh karena tertutup salju. Sementara itu, pada musim panas, Bima Sakti muncul di barat sehingga tidak akan kelihatan. Saya mengambil foto dari beberapa area dengan berbagai eksposur untuk menyeimbangkan cahayanya.”
Follow Jaishree di Twitter dan Instagram.