Berita  

Ilmuwan Perkirakan Ada 29 Planet Asing yang Mengamati Bumi

Para astronom telah menemukan ribuan planet di luar tata surya selama beberapa dekade terakhir, mengungkapkan berbagai dunia alien di dalam galaksi kita. Penemuan exoplanet ini menimbulkan pertanyaan yang menggugah pikiran: Jika kita bisa melihat planet asing yang mengorbit bintang dari Bumi, apakah peradaban yang mungkin ada di sana juga bisa mengamati Bumi dari sudut pandang mereka sendiri?

Sebagian besar planet luar tata surya terdeteksi oleh teleskop Bumi ketika melintas di depan bintang induknya, yang menyebabkan cahaya bintang sedikit meredup. Metode transit ini sangat membantu ilmuwan menemukan dan bahkan mengkarakterisasi detail-detail dasar exoplanet, termasuk memiliki potensi layak huni atau tidak.


Dua peneliti kini membalikkan prosesnya dengan membuat katalog sistem bintang mana saja — berjarak sekitar 300 tahun cahaya dari tata surya — yang memiliki pemandangan sempurna Bumi melintasi Matahari. Mereka menemukan, sejak awal peradaban manusia (kira-kira 5.000 tahun lalu), 1.715 bintang “berada di posisi yang tepat untuk melihat kehidupan Bumi yang sedang transit, dengan tambahan 319 bintang memasuki titik pandang khusus dalam 5.000 tahun ke depan.” Penelitiannya diterbitkan dalam jurnal Nature pada Rabu. 

“Semuanya bergerak di alam semesta,” ujar Lisa Kaltenegger, associate professor jurusan astronomi dan direktur Carl Sagan Institute di Cornell University, ketika dihubungi melalui telepon. “Kosmos sifatnya dinamis—kita bergerak mengelilingi Matahari, [dan] Matahari bergerak mengitari pusat galaksi—jadi sudut pandang sempurna, yang katakanlah, untuk melihat Bumi sebagai planet transit harus berada pada titik yang diperoleh dan juga hilang.”

“Ibaratnya seperti kapal yang berpapasan di malam hari. Ada yang bisa melihat satu sama lain, ada juga yang tidak bisa,” imbuhnya.

Untuk mempelajari hubungan antara exoplanet, Kaltenegger bekerja sama dengan Jaqueline Faherty, ilmuwan senior dari American Museum of Natural History yang berpengalaman menggunakan pengamatan besar satelit Gaia milik Badan Antariksa Eropa. Diluncurkan pada 2013, Gaia membuat peta galaksi Bima Sakti yang sangat detail dan akurat.

Katalog Gaia yang super lengkap, melacak jutaan bintang dan pergerakannya, memungkinkan peneliti untuk menentukan sistem di “zona transit Bumi” (ETZ) selama 5.000 tahun terakhir, bersama dengan sistem yang akan memasukinya selama 5.000 tahun ke depan. Kalian bisa melihat daftar sistem-sistemnya di tautan ini.

Walaupun penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi sistem bintang yang dapat mengamati proses transit Bumi di masa sekarang, Kaltenegger dan Faherty merupakan peneliti pertama yang mampu memperluas bukaan temporal ini hingga kisaran 10.000 tahun, baik di masa lalu maupun masa depan peradaban manusia. Hasilnya mengungkapkan banyak sekali sistem yang sudah memiliki pemandangan sempurna ke Bumi selama ribuan tahun pada satu waktu.

Dengan kata lain, seandainya sistem bintang yang disebutkan dalam penelitian ini memiliki kehidupan alien, maka makhluk luar angkasa bisa menyaksikan ketika Bumi melintasi Matahari. Mereka mungkin juga bisa mengidentifikasi tanda-tanda kehidupan dan kecerdasan di Bumi, seperti mengenali sinyal radio.

“Penelitian kami menunjukkan sebagian besar bintang memiliki sudut pandang ini [untuk melihat proses transit Bumi] setidaknya sejak 1.000 tahun lalu, dan banyak bintang yang sebenarnya telah memilikinya selama lebih dari 10.000 tahun,” terang Kaltenegger.

Studi terbaru juga menyoroti subpopulasi dalam daftar itu yang mungkin sangat menarik dalam pencarian kehidupan ekstraterestrial (SETI). Contohnya, Kaltenegger dan Faherty menemukan gelombang radio buatan manusia telah mencapai 75 bintang terdekat yang ada di dalam daftar, beberapa di antaranya menampung planet luar tata surya yang berpotensi layak huni.

Dengan menggabungkan pengamatan ini dan kemungkinan tingkat planet berbatu di zona layak huni sistem bintang, kedua peneliti memperkirakan ada “29 dunia berpotensi layak huni yang bisa melihat Bumi transit dan mendeteksi gelombang radio dari planet kita,” menurut penelitian tersebut.

Subkategori ini sangat penting dalam pencarian makhluk ekstraterestrial, karena mengisyaratkan sistem bintang yang mungkin bisa mewujudkan upaya komunikasi antarbintang dua arah, dengan asumsi ada penghuninya.

Sistem Trappist-1 merupakan salah satu lokasi paling menjanjikan yang disorot dalam studi ini. Sistem tersebut memiliki tujuh planet seukuran Bumi, dan cukup dekat dengan Bumi sehingga bisa menerima gelombang radio buatan manusia dan akan memasuki posisi sempurna mengamati proses transit Bumi dalam 1.642 tahun mendatang. Lalu ada Ross-128, sistem yang berjarak 10 tahun cahaya dan keluar dari ETZ sekitar 900 tahun lalu. Bintang Teegarden, yang terletak 12 tahun cahaya, akan memasuki zona ini pada 2050.

Kaltenegger dan Faherty mengutarakan ada perdebatan panjang tentang perlu tidaknya manusia mencoba menghubungi peradaban alien spekulatif pada exoplanet yang berpotensi layak huni, mengingat kita sama sekali belum tahu seperti apa kemampuan teknologinya, motifnya, atau mereka beneran ada atau tidak.

Akan tetapi, peneliti mencatat poin ini mungkin diperdebatkan sampai batas tertentu, karena aktivitas biologis di Bumi telah terlihat selama ribuan tahun dan aktivitas teknologi telah terbukti setidaknya selama satu abad.

“Ada begitu banyak exoplanet yang bisa menemukan kita sebagai planet yang memiliki kehidupan,” tutur Kaltenegger. “Mereka tidak tahu—dan kita tidak tahu apakah kita menemukan oksigen dan metana di tempat lain—di tahap mana kehidupan berada. Tapi yang dalam 100 tahun cahaya akan tahu ada peradaban berteknologi maju, jika mereka benar-benar dapat menemukan gelombang radio.”

Belum diketahui apakah kehidupan ekstraterestrial ada di dalam ETZ, tapi penelitian terbaru menunjukkan jejak biologis dan teknologi kita terpapar pada calon alien yang mungkin memiliki sarana untuk mencarinya.

Mengingat jarak yang jauh antara sistem bintang dan penundaan yang sesuai dalam potensi komunikasi antara manusia dan kehidupan alien, kita bisa memikirkan interaksi ini pada rentang waktu antargenerasi.

“Ketika memikirkan evolusi planet kita sepanjang waktu, bagaimana Matahari berubah sepanjang waktu, dan bahwa kita memiliki waktu tertentu di zona layak huni, saya rasa seluruh alam semesta menjadi lebih menarik karena bisa melihat masa lalu, saat ini, dan masa depan dari apa yang terjadi di sekitar meski kehidupan kita sangat kecil,” kata Kaltenegger.

Baginya, membayangkan cara alien mengamati Bumi dari kejauhan adalah perpanjangan dari warisan Carl Sagan, yang memelopori penelitian interdisipliner tentang ide-ide ini di Cornell selama beberapa dekade. Salah satu karyanya yang paling populer adalah “Pale Blue Dot”, yang terinspirasi oleh gambar Bumi yang diambil oleh misi Voyager dari luar tata surya. Planet kita tampak seperti “setitik debu yang menggantung di bawah sinar matahari,” tulisnya.

Jika memang ada peradaban asing di exoplanet, planet kita mungkin tampak seperti titik biru pucat dari tempat mereka.