Para pencinta kucing terheran-heran dengan tingkah makhluk satu ini yang suka masuk ke dalam kardus, keranjang cucian, pengki dan benda berbentuk kotak lainnya. Kucing akan memaksa masuk ke dalam obyek tersebut, meski sebenarnya tidak muat dimasuki. Mereka bahkan bisa bersembunyi dan tidur berjam-jam di dalamnya.
Penasaran dengan kebiasaan ini, para peneliti City University of New York (CUNY) berkolaborasi dengan Perguruan Tinggi Psikologi dan Kesehatan Masyarakat Australia untuk mempelajarinya.
Mereka secara khusus ingin mencari tahu apakah kucing dapat mengenali ilusi optik berbentuk kotak. Peneliti menguraikan temuannya dalam studi berjudul “If I fits I sits: A citizen science investigation into illusory contour susceptibility in domestic cats” yang terbit di jurnal Elsevier Applied Animal Behaviour Science pada 30 April 2021.
Guna mempelajari tingkah laku kucing di habitatnya, mereka meminta pemilik kucing peliharaan berpartisipasi dalam penelitian. Selain itu, menurut penulis utama Gabriella Smith, Covid-19 juga menjadi alasan risetnya tidak dapat dilakukan di laboratorium.
“Kami tadinya ingin mempelajari di lab, tapi sepertinya lebih masuk akal di rumah,” tuturnya. “Kucing lebih nyaman di rumahnya sendiri.”
Setiap peserta menerima sekotak peralatan untuk membuat tiga bentuk berbeda: kotak yang ditempel lem, ilusi Kanizsa dan kontrol. Ilusi Kanizsa adalah empat bentuk “Pac-Man” yang disusun sedemikian rupa agar ruang negatifnya membentuk kotak. Kontrol juga menggunakan bentuk yang sama, tapi disusun menghadap ke luar sehingga tidak ada ilusi kotak.
Kucing menghampiri kotak Kanizsa dan yang sudah ditempel lem, lalu duduk di dalamnya. Tak ada satu pun dari kucing tersebut yang tertarik dengan kontrol. Menurut studi, hal ini membuktikan kucing dapat mengenali “kontur ilusi”, atau isyarat visual yang menunjukkan tepi suatu bentuk yang sebenarnya tidak ada.
Dalam penelitian ini, ilusi Kanizsa menggunakan bentuk untuk menandai sudut persegi, dan pikiran melengkapi sisa bentuk tersebut. Butuh tiga sampai empat bulan untuk manusia mengembangkan persepsi kontur ilusi. Kemampuannya semakin kuat seiring bertambahnya usia.
“Banyak hewan berevolusi untuk melakukan persepsi semacam ini,” terang Smith. “Mungkin ada kaitannya dengan mempelajari lingkungan, seperti manusia yang menghindari pohon dan jurang saat berjalan.”
Persepsi kontur ilusi telah dipelajari pada beberapa spesies, tapi ini studi pertama yang menyelidikinya dalam “paradigma yang relevan secara ekologis” — yakni di rumah, bukan di lab.
Sejauh pengetahuan peneliti, ini juga studi pertama yang melibatkan ilmuwan warga dalam mempelajari kognisi kucing, serta mendalami ketertarikan kucing terhadap objek 2D.
Kesulitan yang dihadapi selama menggunakan ilmuwan warga yaitu banyak peserta yang gagal menyelesaikan penelitiannya. Studinya berlangsung selama enam hari dengan uji coba lima menit setiap hari. Pemilik kucing menaruh peliharaan mereka di ruangan lain dan meletakkan rangsangan visual di sana, mengukur dengan tepat untuk memastikan konsistensi. Mereka lalu memakai kacamata gelap (agar tidak memberi isyarat visual pada kucing) dan membiarkan kucing kembali ke ruangan.
Dari 500 kucing dan pemilik, hanya 30 yang menyelesaikan keseluruhan uji cobanya, mengecilkan ukuran sampel secara signifikan. Dengan ukuran sampel tersebut, kucing menunjukkan ketertarikan jelas terhadap ilusi berbentuk kotak.
Peneliti mengusulkan penelitian lebih lanjut terhadap kognisi kucing yang eksperimennya hanya berlangsung satu hari untuk meningkatkan kemungkinan peserta menyelesaikan semuanya.
Smith juga penasaran dengan tingkah laku kucing non-domestik seperti kucing besar dan liar.
“Kita tidak tahu apakah kucing liar juga bisa memahami ilusi, karena mungkin tidak menemukan sudut dan dinding dengan cara yang sama,” simpulnya.