Berita  

Ilmuwan Menemukan Fakta Suhu Panas Tertent Bisa Bikin Manusia Mati Mendadak

ilmuwan-menemukan-fakta-suhu-panas-tertent-bisa-bikin-manusia-mati-mendadak

Cuaca panas belakangan ini benar-benar tak tertahankan. Saking panasnya, banyak dari kita merasa sangat kegerahan. Dan belakangan ini, semakin banyak ilmuwan mempelajari kondisi panas dan lembap yang bisa bikin manusia mati mendadak, fenomena yang semakin umum terjadi karena cuaca ekstrem akibat perubahan iklim. Kondisi ini diilustrasikan dengan baik dalam penelitian Science Advances terbitan tahun lalu. Penelitiannya berjudul, “Kemunculan kondisi panas dan kelembapan yang melampaui toleransi manusia.”

Model iklim awalnya memperkirakan kondisi seperti ini baru akan terjadi pada pertengahan abad ke-21. Namun, nyatanya maju lebih cepat. Radley Horton, profesor di Lamont-Doherty Earth Observatory Universitas Columbia, menyurvei data stasiun cuaca yang dikumpulkan sepanjang 1979-2017 di seluruh dunia.


Dia dan rekan-rekan menemukan lebih dari 7.000 contoh kondisi “bola basah” yang dapat menyebabkan kematian pada manusia. Dalam suhu bola basah, kelembapan dan panas mencapai titik di mana penguapan lewat keringat tak mampu mendinginkan tubuh manusia. Sebagian besar kondisi bola basah terkonsentrasi di Asia Selatan, daerah pesisir Timur Tengah, dan bagian barat daya Amerika Utara. Dalam peta ciptaan tim Horton, daerah-daerah tersebut ditandai warna merah dan oranye.

Menurut studi, kondisi bola basah terjadi ketika kelembapan relatif berada di atas 95 persen dan suhu mencapai setidaknya 31 derajat Celcius. Para peneliti menemukan tubuh manusia tidak mampu menoleransi kondisi bola basah sama sekali begitu suhunya mencapai 35 derajat Celcius. Orang yang sehat walafiat bisa mati kepanasan dalam kondisi ini.

“Kalaupun badan mereka sehat, mereka duduk di tempat teduh atau memakai baju yang menyerap keringat, dan memiliki persediaan air yang tidak ada habisnya,” ujar Horton, “Jika ada cukup kelembapan di udara, secara termodinamika mustahil mencegah tubuh dari kepanasan.”

Penelitian Horton didukung oleh Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA), yang menunjukkan lembaga pemerintah Amerika aktif mempelajari kondisi cuaca yang dapat membuat orang sehat meninggal secara spontan. “Sejumlah lokasi telah melaporkan kondisi panas dan kelembaban ekstrem di atas batas kemampuan bertahan manusia,” NOAA menyatakan dalam siaran pers. NOAA juga mendukung proyek penelitian yang lebih lanjut mempelajari kondisi bola basah.

Pada saat cuaca panas, tubuh akan mengeluarkan keringat untuk menyeimbangkan suhu tubuh. Begitu muncul di permukaan tubuh, keringat akan menguap dengan sendirinya dan suhu tubuh akan turun.

Masalahnya, kemampuan atmosfer menyerap kelembapan sangat terbatas. Air baru bisa berubah menjadi gas jika udara di sekitar tubuh cukup kering. Horton berujar, keringat sulit menguap dalam kondisi yang terlalu lembab. Karena inilah kondisi panas dan kering, seperti di gurun, biasanya lebih nyaman daripada panas lembab.

“Kita memerlukan perbedaan antara tubuh manusia dan lingkungan. Jika udara sudah menahan kelembaban sebanyak mungkin, tubuh kalian tidak mendapatkan atmosfer untuk menyerap kelembapan.”

Dengan demikian, saat hari-hari sedang lembap, air yang dikeluarkan tubuh akan bertahan di atas permukaan karena tidak dapat menguap. (Kurang lebih seperti saat sauna dan keringat mengucur deras. Kalian cepat-cepat keluar karena tidak dapat menahan panas.)

Semakin banyak wilayah lain yang mendekati titik ini. Misalnya, Amerika Serikat bagian tenggara, Teluk Meksiko dan Australia Utara mengalami suhu bola basah maksimum harian yang lebih tinggi. Semuanya ditandai warna hijau di peta.

Horton yakin, dalam jangka pendek, orang akan terbiasa melakukan sesuatu untuk mengurangi paparan suhu bola basah. Contohnya menghindari cuaca panas dengan ngadem di ruangan ber-AC. Namun, akibat cuaca panas yang parah dan sistem tenaga listrik seperti di Texas dan New York tak mampu bekerja dengan baik di bawah tekanan penggunaan yang tinggi, AC takkan memberikan solusi.

Ditambah lagi, tak semua orang bisa memiliki AC. Horton mengatakan, pekerja migran dan petani yang hidup dalam kemiskinan akan kesulitan menghadapi kondisi ini karena mereka belum tentu bisa mendinginkan tubuh di ruangan ber-AC.

Matthew Lewis, direktur komunikasi untuk kelompok advokasi perumahan California YIMBY, menjelaskan dalam utas Twitter, suhu bola basah bisa mendorong orang pindah ke tempat lain.

“Banyak tempat tinggal manusia saat ini yang sebentar lagi menjadi tidak layak huni,” tulis Lewis. “Mereka harus pindah ke tempat lain.”

“Masih ada kemungkinan tempat-tempat itu kembali layak untuk dihuni bagi generasi mendatang, dalam milenium ketiga atau lebih, tapi kita harus melakukan segalanya dengan baik sekarang juga. Tapi sejauh ini, kita sudah membuat sebagian besar tempat semakin panas. Emisi karbon memiliki umur yang sangat panjang di atmosfer,” lanjutnya.