Andai di masa mendatang ikan mas koki bisa bekerja seperti manusia, mereka tidak perlu risau bila fasilitas perkotaan kurang mendukung ikan berenang pulang pergi dari kantor ke rumah. Sebab, tim peneliti yang menerbitkan hasil kajian terbaru di Jurnal Behavioural Brain Research sedang mengembangkan sebuah kendaraan yang bisa dikemudikan ikan.
Kalian tidak salah baca, teknologi itu diberi nama fish-operated vehicle (FOV), tujuannya untuk menguji, apakah ikan punya kemampuan otak dan motorik memadai untuk mengendalikan obyek dan melakukan navigasi darat.
Kesimpulan lengkap dari penelitian ini rencananya terbit pada Februari 2022. Pelaksanannya adalah tim peneliti dari Ben-Gurion University di kota Negev, Israel. Uji coba ini melibatkan enam ikan mas koki dalam akuarium, yang diletakkan di atas kendaraan beroda dilengkapi kamera.
Gerakan ikan-ikan di akuarium itu terhubung ke sensor, yang secara otomatis menggerakkan roda menuju tujuan tertentu. Uji coba berlangsung dalam sesi 30 menitan, dengan cara tim peneliti memberi rangsangan pada ikan di akuarium untuk mencapai target visual dalam jarak tertentu. Tiap kali keenam ikan mas koki berhasil merespons visual dan menggerakkan alat berodanya, tim akan memberi mereka pakan sebagai hadiah.
Kesimpulan awalnya: asal diberi stimulus, ikan pun bisa tetap melakukan navigasi darat dengan bantuan kendaraan khusus. Ikan mas koki, setidaknya dari uji coba ini, bisa mengemudi.
Video uji coba kendaraan untuk ikan itu dibagikan ke Twitter oleh Ronen Segev, salah satu anggota tim penelitian Ben-Gurion University. Video tersebut viral dan memicu berbagai meme serta guyonan dari netizen awam. Menariknya, para peneliti Israel ini bukan yang pertama di dunia berusaha meneliti “kemampuan ikan berinteraksi dengan mesin,” seperti dikutip dari draf paper mereka.
Segev sendiri, dalam keterangan tertulis, menyatakan tujuan penelitian ini adalah memahami cara tiap-tiap spesies memahami topografi lingkungan dan menyiasati keadaan.
“Kami bisa bilang, ikan mas koki tetap bisa mengamati situasi geografi yang berbeda dari habitat alami mereka,” kata Segev.
Keenam ikan yang jadi kelinci percobaan itu mampu menghindari rintangan yang sengaja dipasang oleh tim, serta mencari jalan terbaik untuk mengarahkan kendaraan menuju titik akhir perjalanan mereka di darat. Selain itu, berkaca pada hasil uji coba yang sama dan berulang, waktu tempuh kendaraan ikan itu terus membaik, menandakan ikan memilliki kemampuan koordinasi untuk memecahkan masalah secara efisien.
Hal paling mengejutkan, menurut tim dari Israel ini, adalah bukti adanya kemampuan ikan memahami situasi lingkungan tidak kalah dari mamalia atau burung. Manusia, serta keluarga besar mamalia, terkenal cepat beradaptasi bila menemukan lingkungan yang berbeda dari habitat asli. Kita akan tetap bisa bergerak atau melakukan perjalanan, kendati sedang berada di salju, laut, atau padang pasir. Burung, dengan kemampuan terbangnya, memiliki kemampuan serupa.
Ikan ternyata mampu melakukan hal serupa. Sebetulnya, keluarga besar ikan juga memiliki hippocampus di otaknya (ini bagian otak yang menjadi lokasi syaraf untuk belajar serta mengingat). Tapi, selama ini ilmuwan mengira hippocampus itu tidak akan berfungsi maksimal ketika ikan keluar dari air.
Selain itu, kemampuan navigasi (menentukan arah dan mencapai target tertentu) terhitung cukup rumit, sehingga tidak banyak binatang dapat melakukannya di luar bawaan instingnya.
“Kita belum bisa menyimpulkan bahwa ikan sudah pasti dapat memahami kerumitan topografi daratan,” demikian kesimpulan para peneliti. “Namun, temuan awal ini menunjukkan bahwa otak ikan tetap memiliki kemampuan memadai untuk meninjau persoalan lingkungan serta melakukan strategi bertahan dalam kondisi tanpa air.”