Cannabis sativa adalah tanaman komersial modern yang kaya akan sejarah. Budidaya ganja telah berlangsung ribuan tahun lamanya. Sementara strain ganja baru terus diolah menjadi produk psikoaktif atau obat, asal-usul ganja domestikasi masih menjadi misteri, sebagian karena pembatasan hukum yang mempersulit ilmuwan untuk memperoleh sampel.
Sekelompok ilmuwan mancanegara bertahun-tahun berurusan dengan birokrasi demi menyajikan “pandangan global yang unik tentang domestikasi C. sativa,” bersama dengan “sumber daya genom yang berharga” untuk meneliti jenis modern ganja. Mereka mempublikasikan temuannya dalam jurnal Science Advances pada Jumat.
Hasil analisis peneliti terhadap 110 genom C. sativa dari seluruh dunia menunjukkan, budidaya ganja sudah ada lebih dari 12.000 tahun silam. Mereka juga mengungkapkan, empat kelompok genetik ganja domestikasi berasal dari satu tanaman di wilayah barat laut Tiongkok. Temuan ini menantang asumsi umum C. sativa muncul dari pusat domestikasi tanaman Asia Tengah.
Luca Fumagalli, profesor ekologi dan evolusi di Universitas Lausanne, menjelaskan dalam email, ini adalah “survei terbesar dengan genom dari asal-usul geografis dan jenis domestikasi yang sangat beragam”—termasuk tanaman liar, landrace tradisional, dan varietas budidaya historis dan modern. Menurutnya, hal-hal ini sangat diperlukan saat melakukan penyelidikan komparatif tentang asal-usul domestikasi tanaman yang dibudidayakan.
82 dari 110 genom merupakan sampel baru yang diambil dari ladang dan toko komersial di Swiss, Tiongkok, India, Pakistan dan Peru, serta dari Vavilov Institute of Plant Genetic Resources di St Petersburg, Rusia. Dipimpin oleh ahli biologi Guangpeng Ren di Universitas Lanzhou, tim peneliti juga menganalisis ulang 28 genom yang tersedia untuk umum, sebagian besar berasal dari tanaman Amerika Utara.
Fumagalli mengaku kesulitan menemukan rami, sampel berjenis narkoba dan tanaman liar yang merupakan “tanaman domestikasi kuno yang diadaptasi kembali ke lingkungan liar” dari negara-negara non-Barat karena ketatnya peraturan. Dia menambahkan, timnya “sampai harus meyakinkan dan berkolaborasi dengan ilmuwan lokal di beberapa negara utama”. Mereka juga mengandalkan Institut Vavilov untuk mendapatkan benih asal negara-negara yang sulit untuk dikumpulkan.
“Kami menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk melakukan ini,” katanya.
Kerja keras mereka pun terbayar. Sampel genom yang beragam itu menceritakan sejarah domestikasi dan budidaya C. sativa yang menarik. Menurut studi, dua garis keturunan pecah dari tanaman kanabis liar yang tumbuh sekitar 12.000 tahun lalu: Basal cannabis (ganja Basal) yang masih tumbuh liar di Tiongkok dan benua Amerika, sementara kelompok kedua yang dibudidayakan untuk berbagai manfaat seperti bahan tekstil, nutrisi dan obat.
Sekitar 4.000 tahun lalu, garis keturunan kedua pecah menjadi dua kelompok berbeda: jenis rami yang diseleksi untuk memproduksi serat, dan jenis mariyuana yang dipilih untuk menghasilkan kanabinoid semacam tetrahidrokanabinol (THC), senyawa psikoaktif utama. Garis keturunan keempat yang diidentifikasi peneliti merupakan cabang jenis narkoba yang menjadi liar dan sekarang tumbuh di wilayah selatan Himalaya. Sementara itu, asal-usul garis keturunan keempat kemungkinan sudah punah.
Wawasan menarik tersembunyi dalam gen kelompok rami dan mariyuana, yang keduanya tidak memiliki gen fungsional seperti tanaman leluhurnya. Hal ini disebabkan oleh penggunaan yang semakin spesifik, baik sebagai sumber serat maupun zat psikoaktif.
“Ini menunjukkan situasi kuno (pada spesies liar) dengan kedua gen dalam keadaan fungsional, situasi peralihan sebelum atau sesudah awal domestikasi (mirip dengan apa yang diamati kali ini dalam tanaman kelompok Basal), dan hilangnya gen secara progresif setelah seleksi divergen yang kuat dimulai untuk tanaman berjenis serat atau tanaman berjenis narkoba,” terang Fumagalli.
Peneliti sangat terkejut ketika menemukan kelompok Basal, yang mencakup 14 tanaman liar dan landrace di Tiongkok dan dua tanaman liar di AS yang sepertinya bermigrasi melintasi lautan pada abad ke-19. Mereka tidak pernah menduga akan mendapatkannya.
“Hasil yang tidak terduga adalah kehadiran kelompok genetik Basal, yang tidak terdiri dari tanaman domestikasi yang sekarang dikenal sebagai Cannabis sativa (ganja atau mariyuana),” tutur Fumagalli. “Rasanya seperti menemukan ras anjing yang belum pernah diketahui dan secara genetik independen dari kelompok ras anjing yang ada saat ini.”
Penelitian terdahulu yang didasarkan pada studi tanaman liar menunjukkan, C. sativa pertama kali didomestikasi penduduk Asia Tengah, tapi Fumagalli dan rekan-rekan menyampaikan tanaman itu berasal dari wilayah Asia Timur yang cukup sempit di barat laut Tiongkok. Di sana, kelompok Basal masih tumbuh. Selain melakukan analisis genomik lebih lanjut pada tanaman kontroversial, peneliti berharap bisa dengan tepat melacak wilayah budidaya ganja yang pertama kali dimanfaatkan oleh manusia.
“Jelas ini adalah area geografis utama, dan pengambilan sampel tambahan di tempat ini di masa depan dapat menunjukkan lebih tepat wilayah penyebaran kelompok Basal,” Fumagalli menyimpulkan.