Bagi orang yang membenci kecoak, barangkali tidak ada penemuan yang lebih hebat dibanding senjata otomatis mengincar serangga rumahan tersebut. Di masa depan, cita-cita kalian yang takut kecoak bisa jadi terwujud. Ildar Rakhmatulin, peneliti di Heriot-Watt University, pada September 2022 berhasil menciptakan senjata laser berteknologi machine learning, yang mampu secara efektif menghabisi kecoak. Masalahnya cuma satu, prototipe lasernya masih belum aman digunakan orang biasa.
Dalam makalah yang dipublikasikan lewat jurnal Oriental Insects Rakhmatulin bersama timnya berhasil mengoperasikan meriam laser mini yang bisa mendeteksi gerakan kecoak. Bukan cuma melacak gerakan serangga yang cepat itu, laser tersebut juga mampu mematikan kecoak dari jarak maksimal 1,2 meter.
Sebelum membuat laser pembunuh kecoak ini, Rakhmatulin tahun lalu melakukan eksperimen memadukan Raspberry Pi dan laser untuk membunuh nyamuk. Teknologi itu dia kembangkan dengan perangkat lunak berbeda untuk memantau pergerakan kecoak yang lebih cepat dan acak dibanding nyamuk.
”Untuk laser pelacak kecoak saya ganti menggunakan Jetson Nano, sehingga kecerdasan buatannya bisa lebih presisi mendeteksi pergerakan obyek,” ujar Rakhmatulin. Komputer mini itu kemudian disambungkan ke galvanometer, mesin yang bisa mendeteksi gelombang listrik dan dua kamera untuk mendeteksi gerakan kecoak.
Mengacu pada laporannya di jurnal, Rakhmatulin bersama timnya berhasil meningkatkan efektivitas laser secara bertahap. Awalnya, kecoak yang ditembak sinar laser akan terdiam dan dipancing keluar dari lokasi gelap di ruangan eksperimen. Selanjutnya, dengan tenaga panas yang ditingkatkan, kecoak dalam eksperimen tersebut sepenuhnya “dinetralkan”, istilah awamnya “dibunuh”.
Rakhmatulin menyatakan data dan alat yang dipakai untuk mereplikasi senjata laser ini dia unggah ke GitHub, dan semuanya berlisensi open source. Piranti yang dia pakai juga terhitung murah. Hanya saja, dia mengingatkan semua pihak, kalau laser yang dia rancang masih belum stabil dan bisa berbahaya jika digunakan tanpa pengetahuan memadai.
“Harus diingat, karena laser ini bisa mematikan untuk kecoak, berarti efeknya juga sama untuk mahluk hidup lain,” ujarnya.
Rakhmatulin membayangkan teknologi ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk menjadi alat pengendali hama pertanian yang lebih ramah lingkungan dibanding menggunakan bahan kimia. Ongkosnya pun diyakini bisa murah, karena prototipe timnya cuma menghabiskan biaya tak lebih dari US$250.
Yang penting, menurut Rakhmatulin, siapapun yang berniat merakit sendiri laser tersebut jangan memakainya di rumah. “Ingat laser bisa merusak mata kita,” tandasnya.