Berita  

Ilmuwan Berhasil Ciptakan Kecerdasan Buatan yang Mampu Bikin Grafiti

ilmuwan-berhasil-ciptakan-kecerdasan-buatan-yang-mampu-bikin-grafiti

Program berbasis machine learning sudah bisa digunakan untuk menciptakan karya seni digital. Sistem kecerdasan buatan DALL-E yang dikembangkan OpenAI, misalnya, mampu menghasilkan gambar sesuai deskripsi teks pendek. Kini, para peneliti dari Georgia Tech bereksperimen lebih jauh, dan melatih sistem bernama GTGraffiti untuk menciptakan grafiti layaknya manusia sungguhan.

Algoritme dilatih agar menirukan gerakan seniman saat mengerjakan grafiti di tembok. Lalu ada sistem robotik, terdiri dari kaleng semprot yang dihubungkan ke rangka baja besar menggunakan empat kabel, yang akan mereproduksi gerakan tersebut untuk membuat tag-nya sendiri.


“Karya seni melibatkan gerakan manusia yang sangat bernuansa,” tutur Gerry Chen, mahasiswa Ph.D. jurusan robotik di Georgia Tech, dalam sebuah video. “Bayangannya, jika kami mampu mereproduksi gerakan ini, maka seharusnya kami juga bisa menghasilkan lebih banyak gerakan manusia yang dapat diotomatisasi.”

Seniman cenderung melakukan gerakan yang begitu cepat dan mengalir ketika membuat grafiti, sehingga tidak akan mudah ditirukan oleh robot. Graffiti Markup Language oleh F.A.T. Lab merupakan salah satu upaya paling awal mendigitalkan seni jalanan. Kumpulan data terbuka yang dirilis pada 2010 berisi tag grafiti yang juga menyertakan data gerak isyarat. Kala itu, proyeknya disebut-sebut “standar digital baru untuk aksi vandalisme di masa depan”. Tapi sayangnya, dulu belum ada yang bisa menciptakan sistem robotik yang mampu mereproduksi gerakan bernuansa.

Para peneliti Georgia Tech mengklaim sistem mereka merupakan yang pertama melakukan ini. Alih-alih menggunakan gerakan yang ditangkap melalui stylus atau kontrol sentuh, GTGraffiti justru menirukan gerakan tangan dan tubuh manusia sungguhan melalui data yang direkam pakai alat penangkap gerakan.

Untuk sementara ini, sistemnya baru bisa mengikuti gerakan sederhana dan hanya dapat menggambar dalam area kanvas tetap. Namun, menurut peneliti, seniman bisa menggunakan iterasi masa depan untuk menjangkau area yang sulit diakses, atau menandai desain mereka secara jarak jauh.

“Sistem kami bisa untuk melestarikan grafiti dengan menciptakan ulang karya seni yang ditangkap, meningkatkan kemampuan fisik seniman melalui kolaborasi manusia-robot, dan bidang-bidang lain melalui transfer teknologi untuk gerakan dinamis skala besar,” demikian bunyi makalah yang menguraikan proses pengembangan GTGraffiti.