Makan bersama merupakan pilihan bagus buat kencan pertama. Kamu bisa mengenal gebetan lebih dalam sambil menyantap dan berbagi makanan. Obrolan kalian pun tambah seru dengan diiringi minuman. Namun, tak jarang ajakan makan di luar menjadi penentu cocok tidaknya kita dengan seseorang.
Kamu mungkin awalnya naksir kenalan Tinder karena mereka seru dan tak pernah kehabisan bahan obrolan. Akan tetapi, begitu kalian ketemuan di rumah makan, sifat aslinya tidak sebaik saat berbicara lewat chat atau telepon. Mereka bisa saja sangat perhitungan atau bertingkah bak raja. Etika makan mereka juga dapat memengaruhi pendapatmu tentangnya.
Saya pernah makan malam bersama kenalan Tinder di restoran yang temanya gelap-gelapan. Saat kami sedang makan, dia tiba-tiba menjilat jariku tanpa izin. Sejak itu, saya ogah bertemu lagi dengannya.
Memang ada berbagai faktor yang membuat seseorang berubah pikiran dan malas berkencan dengan kenalan setelah makan malam bersama. Akan tetapi, uang menjadi alasan utama. “Teman saya berkencan dengan perempuan yang menghitung semua makanan yang mereka makan bersama-sama,” tutur Alice Bianchi, 33 tahun. “Orang itu ngomong, ‘Aku cuma minum wine dan makan hidangan penutup mulut. Kamu bayar 3/4, sedangkan aku bayar sisanya.’”
Kisah teman Bianchi mengingatkanku pada lelaki yang ngotot kami harus patungan bayar bir. Saya setuju, tapi kebetulan bar sedang tidak menerima pembayaran pakai kartu. Saya tidak pegang uang tunai kala itu, jadi minta ditalangin dulu olehnya. Saya janji akan mengganti uangnya begitu menemukan ATM. Tapi alih-alih meminjamkan uang, dia justru menyuruhku meninggalkan KTP sebagai jaminan akan bayar keesokan hari. Asal tahu saja, biaya yang harus kubayar saat itu tak lebih dari Rp130.000.
Sebagian besar masalahnya bukan karena kenalan tidak punya cukup uang, melainkan mereka kelewat pelit dan takut uangnya habis — bahkan ketika mereka sendirilah yang mengajak makan di restoran mahal dan Instagrammable.
Keengganan mereka untuk patungan secara adil memberi gambaran akan seperti apa hubungan kalian di masa depan. Tak perlulah kita mempermasalahkan gender dan siapa yang sepatutnya membayar makanan saat kencan pertama. Ini soal niat dan kesopanan.
Tata krama di meja makan juga dapat memengaruhi ketertarikanmu dengan seseorang. Beberapa mungkin lebih santai, tapi ada orang-orang yang amat mementingkan adab kenalan saat makan.
“Saya tidak suka orang yang makan bawang. Saya juga tidak suka orang yang meniup sup keras-keras sampai saya bisa merasakan embusan napasnya,” tandas Juicy Onugha, pegawai eksekutif riset pasar berusia 27. Tak hanya itu saja, dia geli dengan orang yang mengecap saat makan dan bersendawa keras.
“Saya tidak suka orang yang berkeringat atau jorok saat makan,” lanjutnya. “Apalagi mereka-mereka yang pakai tusuk gigi dan mengecek bekasnya.”
Saya hanya bisa berkeringat dingin membaca hal-hal yang tidak disukai oleh Onugha. Saya tipe orang yang makan berantakan. Saya pun sering diledek soal ini oleh orang-orang yang pernah menjadi pacarku. Ucapan mereka yang paling membekas di ingatan adalah saya selalu belepotan saat makan pakai saus.
Untungnya, tak semua orang seketat Onugha dalam hal etika makan. “Saya senang makan bareng orang yang suka mencoba-coba menu atau bahkan mau berbagi makanan. Saya tidak terlalu suka orang yang sangat mementingkan adab makan,” ujar Alberto Marozzi, 28 tahun. Menurutnya, kencan di restoran jauh lebih menyenangkan apabila teman kencan sering berkomentar tentang makanan mereka, seperti “wine-nya enak banget” atau “baksonya sangat lezat”.
Namun, penentu terbesar kesuksesan kencan adalah cara teman kencan memperlakukan pramusaji. Apakah mereka sopan dan meninggalkan uang tip, atau justru bersikap seolah-olah derajatnya lebih tinggi dari pelayan?
Penulis bernama Victoria belum bisa melupakan salah satu kencan pertama terburuk dalam hidupnya. “Dia merebut piring dari tangan pelayan dan memotong ucapan mereka saat sedang menjelaskan menu. Dia bahkan tidak sabaran untuk dilayani.”
Lebih parah lagi, teman kencan berbohong kepadanya. “Dia mengajakku makan di restoran pizza. Saya tidak suka pizza Neapolitan, makanya saya bertanya ada menu lain atau enggak. Dia bilang ada, tapi sesampainya di sana, restoran cuma punya satu menu. Dia bahkan memaksaku mencobanya,” kata perempuan 31 tahun itu.
Keanehan teman kencan semakin menjadi-jadi ketika staf restoran berusaha menengahi perdebatan mereka berdua seputar crust pizza. “Staf itu berulang kali mendatangi meja kami untuk memastikan saya baik-baik saja. Teman kencanku lalu menyeletuk: ‘Kamu enggak lihat dia sedang kencan denganku? Kalau kamu mau menggodanya, tunggu sampai aku selesai dengannya.’ Dia bukan orang yang baik.”
Sebagai bartender, Khris Pagaspas sering mengamati kelakuan orang ketika mereka kencan pertama. “Ada yang sok tahu dan merasa paling paham tentang minuman yang disajikan,” ujar lelaki 27 tahun itu. “Lalu ada yang pura-pura tidak pernah minum alkohol karena takut mabuk dan mempermalukan diri sendiri.”
Menurutnya, mudah sekali melihat seseorang menikmati kencan pertamanya atau tidak. “Orang yang tenggelam dalam obrolan dan asyik berkenalan biasanya butuh waktu lama untuk memesan makanan — mereka bahkan tak sempat menyentuh makanan.”
Artikel ini pertama kali tayang di VICE Italy.