Berita  

Hai Karyawan, Jangan Sia-Siakan Fasilitas yang Ditawarkan Perusahaan

hai-karyawan,-jangan-sia-siakan-fasilitas-yang-ditawarkan-perusahaan

Pekerja tetap dan penuh waktu idealnya menerima berbagai tunjangan dan kemudahan selama bergabung di perusahaan. Tapi sayangnya, tak sedikit yang merasa sungkan untuk memanfaatkan dan bertanya-tanya soal benefit yang disediakan kantor.

Pamela Capalad, pendiri Brunch & Budget yang menyediakan advokasi dan perencanaan keuangan terjangkau, mengungkapkan masih banyak karyawan yang tak sepenuhnya memahami benefit mereka dan cara terbaik menikmatinya.


Capalad merasa karyawan baru sering kali hanya diminta menandatangani berkas-berkas dan diberi gambaran besar sistem kerja di sana. Setelah itu, kalian lupa menanyakan benefit karena sibuk beradaptasi di lingkungan baru.

“Semakin banyak yang bisa kalian manfaatkan jika memahami keuntungan yang diterima,” terang Erin Lowry, penulis seri buku Broke Millennial. Namun, ketika seabrek informasi—baik itu cuti berbayar, dana pensiun maupun asuransi kesehatan—diberikan secara bersamaan dalam waktu singkat, ditambah lagi atasan atau HR susah ditemui, Lowry menyebut karyawan mau tak mau “harus proaktif menjangkau mereka dan mengajukan pertanyaan”.

Oleh karena itulah, untuk mengurangi beban kalian para karyawan baru, VICE menghubungi tiga pakar yang telah menangani hal ini berkali-kali. Mereka akan membantu kalian menemukan cara terbaik memaksimalkan benefit perusahaan.

Habiskan Jatah Cuti

Mari kita mulai dari hal yang paling penting, tapi kerap diabaikan karyawan. Kalian berhak mengambil cuti tahunan, dan jangan pernah merasa bersalah karenanya.

“Saya benar-benar frustrasi setiap ada orang yang menganggap rekan kerja mereka bagaikan keluarga. Mereka beralasan seperti, ‘Kalau saya cuti, nanti si A si B gimana? Kasihan kalau mereka harus kerja ekstra demi saya. Bagaimana kalau nanti bos marah?’” Gaby Dunn, penulis Bad with Money: The Imperfect Art of Getting Your Financial Sh*t Together dan penyiar podcast Bad With Money, mengutarakan. “Itu jatah cuti yang kalian terima. Kalian dan rekan kerja mungkin saling pengertian, tapi mereka bukan keluargamu.”

Rata-rata orang Amerika hanya menggunakan sekitar setengah dari cuti tahunan mereka. Kira-kira 23 persen menghabiskan total cutinya, sedangkan sembilan persen karyawan tidak pernah mengajukan cuti sama sekali. Di Indonesia sendiri, tak ada angka pasti berapa persen pekerja yang mengambil hak istirahat mereka. Tapi bisa dilihat di sekitar kita, banyak yang merasa tidak enak hati untuk cuti.

Seharusnya tidak boleh begini. Hak cuti merupakan keuntungan yang kalian terima setiap tahun dan masih menjadi bagian dari gaji. Dengan tidak mengambil cuti, berarti kalian sama saja seperti, “Oh, perusahaan membutuhkan uang—mungkin mereka bisa mengambil beberapa ratus ribu dari gaji saya bulan ini?”

Apabila perusahaan memberikan cuti tanpa batas, Capalad merekomendasikan untuk bertanya lebih dulu cara kerjanya. Di perusahaan tempatnya bekerja, karyawan bisa dengan mudahnya memilih tanggal. Tapi realitas tak selalu demikian. Ada perusahaan yang digadang-gadang menawarkan cuti tanpa batas, tapi sebenarnya itu hanyalah jebakan untuk mengurangi waktu istirahat pekerja. Pastikan kalian betul-betul memahami arti “tanpa batas” menurut perusahaan, serta penerapannya.

Pakailah asuransi kesehatan

Jangan hanya berobat saat kalian sedang sakit. Bersikap proaktif dan rutin mengecek kondisi kesehatan pribadi bisa sangat memudahkan kehidupan kalian.

“Begitu dapat pekerjaan dan asuransi, saya akan langsung pergi ke dokter gigi dan mengatur jadwal konsultasi ke dokter,” tutur Dunn.

Merasa baik-baik saja bukan berarti kalian tidak perlu pergi ke dokter. Tidak ada salahnya untuk merawat diri dan menjaga kesehatan. Seandainya kalian punya alergi atau masalah kesehatan yang relatif sepele, kalian bisa menggunakan asuransi kesehatan untuk mengobatinya.

Sejumlah perusahaan juga menawarkan EAP, semacam program yang memberikan bantuan bagi karyawan yang mengalami masalah kesehatan mental, baik karena alasan pribadi maupun pekerjaan. EAP biasanya untuk membantu karyawan yang berjuang melawan masalah pribadi seperti penyalahgunaan zat-zat terlarang. Tapi dewasa ini, EAP menawarkan bantuan gratis untuk segala hal, mulai dari masalah dalam hubungan atau keuangan hingga soal perawatan anak atau orang tua. Kerahasiaannya terjamin, jadi kalian tidak perlu khawatir.

“Saya sering mendengar tentang EAP belakangan ini, terutama karena pandemi dan kesehatan mental,” ujar Dunn.

Perhatikan fasilitas lainnya

Lowry blak-blakan menganjurkan kalian untuk “memperhatikan setiap kemungkinan kecil yang bisa dimanfaatkan untuk menyedot uang dari perusahaan.”

Ada perusahaan yang bersedia membiayai kuliah karyawan atau menawarkan mereka untuk mengikuti program pelatihan secara cuma-cuma. Ada pula yang mengapresiasi karyawan yang telah berkeluarga dengan memberi bonus tahunan untuk meringankan biaya pendidikan anak.

Selain itu, perusahaan menyediakan benefit seperti uang pulsa, transport atau makan siang. Apa pun yang diberikan kantor, kalian perlu menggali lebih dalam tentang semua ini. “Saran terbesar saya yaitu membaca buklet benefit dan menghadiri rapat yang membahas tentangnya. Dari situlah kalian akan menemukan sedikit informasi menarik yang mungkin belum diketahui sebelumnya,” jelas Capalad.

Itulah cara terbaik untuk mengetahui fasilitas atau diskon dari perusahaan yang bisa dimanfaatkan. Perusahaan mungkin menawarkan kelas yoga gratis, atau langganan majalah atau bahkan Spotify Premium secara cuma-cuma.

Jangan malu untuk mendekati HR

Kalian mungkin takut menemui tim HRD karena mereka terkesan menyeramkan. Memang harus diakui ada orang-orang HRD yang menyebalkan, berhubung secara tidak langsung sudah menjadi tugas mereka untuk menjaga nama baik perusahaan, sehingga terkadang karyawan terabaikan.

Namun, mereka bertanggung jawab memberi informasi sedetail mungkin tentang hal-hal seperti kompensasi dan benefit—dan yang terpenting, perekrutan dan pemecatan karyawan. “Mempekerjakan orang baru ketika ada yang keluar sangat mahal bagi perusahaan,” Lowry menerangkan. Perusahaan sebisa mungkin mempertahankan karyawan milenial dan Gen Z yang suka pindah-pindah kerja. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan sesuatu agar mereka bahagia, yang berarti pengaruh kalian cukup besar di kantor.

Capalad berujar benefit perusahaan dibuat untuk karyawan, sehingga “jangan malu untuk bertanya” kalau ada yang kurang jelas. “Fungsi HRD adalah membantu karyawan. Pertanyaannya tidak perlu spesifik—kalian bisa, kok, bertanya seperti, ‘Saya kurang paham soal ini. Boleh tolong dijelasin, nggak?’” Jika karyawan jarang atau tidak pernah memakai benefitnya, segala keuntungan itu bisa saja dihapus suatu saat nanti. Maka dari itu, sangat dianjurkan karyawan bertanya dan memanfaatkannya. Menurut Capalad, tak ada salahnya menjadi cerewet.

Lowry menambahkan, ada kalanya HRD tidak dapat menjawab pertanyaan ketika mereka tidak tahu sesuatu. Kalian mungkin penasaran kenapa perusahaan tidak memberi uang lembur atau semacamnya, tapi HRD juga tidak memberi keterangan yang jelas tentang ini. Jika itu yang terjadi, kalian mungkin bisa membicarakannya dengan rekan kerja. Pastikan kalian menunjukkan perusahaan akan diuntungkan oleh ini.

“Kumpulkan rekan kerja,” katanya, “dan utarakan seperti, ‘Hal ini sangat dibutuhkan oleh jumlah X karyawan. Kalau perusahaan tidak bisa menaikkan gaji, satu ini bisa sangat membantu kami.’”

Ajak rekan kerja atau teman di perusahaan lain berdiskusi

Apabila kalian khawatir dicap bawel atau menerima konsekuensi, kalian bisa menanyakannya ke rekan kerja, terutama mereka yang sudah lebih lama bekerja di sana. Carilah orang yang bisa dipercaya, atau menggali informasi dari Glassdoor dan LinkedIn seputar benefit yang diterima karyawan perusahaan lain untuk posisi kalian.

Lowry menyarankan untuk memulai kelompok yang bisa dipercaya, baik itu sesama rekan kerja maupun teman di perusahaan lain. Kalian bisa ngobrol dan berbagi pikiran tentang gaji, target pensiun dan strategi apa yang bisa membantu kalian memanfaatkan benefit perusahaan. Ini bisa menjadi cara yang bagus untuk berbagi keterampilan dan membuka mata manajer.

Dunn mencatat tradisi merahasiakan gaji dan jarang memberikan informasi kepada karyawan juga menjadi alasan kenapa kita membutuhkan serikat kerja. Dengan mendiskusikan upah dan kondisi kerja bersama teman sekantor, kalian sudah mengambil langkah awal dalam berserikat.

Dibawa santai

Sebagian besar dari kita tak pernah diajarkan tentang segala tetek bengek di dunia kerja semasa sekolah dulu. Tapi anehnya, kita dituntut langsung memahami perbedaan antara rekening pengeluaran fleksibel dan tabungan kesehatan, atau untuk apa saja jaminan kecelakaan kerja digunakan.

Perlu diingat juga pekerjaan hanyalah pekerjaan—bukan keluarga, bukan juga identitasmu. Tak peduli seberapa keren benefit yang ditawarkan perusahaan, kalian sebaiknya tidak menjadikan pekerjaan segala-galanya dalam hidup. Dunn masih ingat betul bagaimana perusahaan media tempatnya bekerja dulu mewajarkan lembur hingga larut malam setiap hari. Ketika ditanya kenapa harus seperti itu, mereka menjawab “Yah… setidaknya ada bir.”

“Saya berpikir enggak bisa kayak gitu,” kata Dunn. “Bir bukanlah kompensasi untuk jam-jam yang terbuang dalam hidupmu.”

Follow Em Cassel di Twitter.