Berita  

Gereja Ortodoks Memberi Perlindungan Bagi Umat Muslim yang Kabur dari Ukraina

gereja-ortodoks-memberi-perlindungan-bagi-umat-muslim-yang-kabur-dari-ukraina

Sehari sebelum ulang tahun kelimanya, putra Qamar Mahadi tak bisa berhenti menangis. Dia ketakutan mendengar suara mesin cukur yang mengingatkannya pada perang. “Dia tidak mau tidur, jadinya saya tidak bisa mencukur rambutnya,” ungkap Qamar. “Anak-anak saya mudah merasa takut sekarang.”

Lelaki Muslim kelahiran Sudan merantau ke Ukraina dan menikah dengan tambatan hatinya di sana. Mereka menjalani kehidupan sebagai petani gandum di kota Mykolaiv selama 30 tahun. Tapi kini, Qamar memboyong istri dan anak-anaknya yang masih kecil ke Rumania.


Invasi Rusia memaksa mereka mencari perlindungan di bekas tempat penitipan anak yang menyatu dengan gereja paroki Ortodoks Rumania Brâncuși.

“Ada 19 orang yang tinggal di sini,” ungkap Diaken Gheorghe Anghel sambil menunjuk ke arah gambar-gambar bendera Rumania dan Ukraina di tembok. “Ada 40 anak yang datang ke sini selama beberapa minggu terakhir.” 

Keluarga Qamar Mahadi
FOTO: SOPHIA SMITH GALER

Di tempat lain, seorang nenek bernama Valentina terlihat serius membicarakan perang bersama dua saudara perempuannya, Ekaterina dan Lara, di meja makan. Mereka bertiga menganut agama Kristen Ortodoks dan datang dari Odesa, kota yang menjadi pusat pariwisata di Ukraina.

“Kami sangat dilindungi di sini. Kami yakin situasinya akan membaik karena orang-orang yang ada di sini turut mendoakan kami,” tutur Ekaterina.

Sementara Ekaterina dulu bekerja di bidang ritel, Lara pernah menjadi anggota militer. Dia berhenti setelah melahirkan anak.

Dua perempuan dan seorang anak laki-laki
Ekaterina dan Lara. FOTO: Sophia Smith Galer

Diaken Anghel mengatakan, selain mendapat bantuan makanan, pakaian dan medis, para pengungsi juga merasa amat terbantu secara spiritual. Gereja menggunakan sumbangan dari lembaga amal World Vision, serta dana yang biasanya dikumpulkan untuk membantu warga, untuk menyediakan tempat perlindungan yang layak bagi para pengungsi Ukraina. Gereja Ortodoks Rumania juga telah menyumbangkan lebih dari 4 juta Euro (Rp63,7 miliar) sejak perang pecah pada 24 Februari. Patriarkat Rumania bahkan telah mengerahkan 4.300 sukarelawan untuk mendampingi 8.000 pengungsi yang berlindung di Rumania.

Namun, ada kekhawatiran yang mengusik pikiran Anghel. “Bisa jadi masalah kalau situasinya memburuk,” ujarnya sambil menunjuk ke arah tumpukan sumbangan di lantai dasar. “Apa pun yang terjadi, kami akan berjuang untuk membantu [pengungsi].”

Ada banyak tantangan yang dihadapi pihak gereja selama menampung pengungsi, salah satunya yaitu sistem visa negara lain yang rumit. Saudara Qamar yang tinggal di Australia sudah sebulan lebih berusaha membawanya tinggal bersama mereka di sana, tapi tak juga berhasil. Ini semakin dipersulit oleh kenyataan Australia tidak memiliki kedutaan besar di Bucharest. Menurut Qamar, konsulat di Rumania cuma mengatakan hanya saudara-saudaranya yang bisa mengurus semua ini.

Jika keluarga Qamar tak juga mendapat izin ke Australia, ini akan menjadi pertama kalinya dia menjalani puasa Ramadan di tengah komunitas Ortodoks.

Namun, bagi para anggota gereja, ini bisa menjadi kesempatan untuk memastikan keluarga Qamar memperoleh semua yang mereka butuhkan selama di sana. “Kami akan membantunya sebisa mungkin.”