Berita  

Gelar Pesta Narkoba di RSJ, Dua Pasien Dituntut Hukuman Mati

gelar-pesta-narkoba-di-rsj,-dua-pasien-dituntut-hukuman-mati

Seorang pasien rumah sakit jiwa menyulap kamarnya menjadi tempat pesta, lengkap dengan lampu sorot, pengeras suara dan meja DJ. Tak ketinggalan pula ekstasi, ketamin dan sabu-sabu disuguhkan untuk meramaikan suasana.

Warga Vietnam Nguyen Xuan Quy dirawat di sebuah rumah sakit jiwa di ibu kota Hanoi sejak 2018. Selama masa perawatannya, lelaki yang saat ini berusia 39 tahun berteman dengan seorang petugas rumah sakit yang memberikannya berbagai kemudahan. Berkat koneksi inilah dia mampu merenovasi kamarnya dan menjadikannya tempat pesta pada akhir 2020.


Dengan bekingan staf rumah sakit, dia sukses menggelar pesta tanpa ketahuan. Siapa saja yang ingin bersantai menikmati alunan musik dan narkoba dipersilakan datang ke kamarnya. Kadang-kadang pekerja seks dipesan untuk melayani para tamu undangan. Namun, setelah berbulan-bulan lolos dari pemantauan pihak rumah sakit, aktivitas mereka akhirnya dibubarkan polisi pada Maret 2021.

Dalam aksi penggerebekan, dia ditangkap bersama Nguyen Van Ngoc, sesama pasien yang mengedarkan narkoba dari dalam RSJ. Pengadilan di Vietnam menjatuhkan vonis hukuman mati kepada kedua laki-laki pada Rabu, 31 Agustus 2022. Delapan orang lainnya yang terlibat dalam kasus ini terancam hukuman penjara yang panjang.

Kejahatan Quy tak terbatas sampai di situ saja. Dia juga merekrut pasien kecanduan untuk menjalani bisnis narkobanya. Berdasarkan pemberitaan media lokal, pelanggan Quy sering kali berpura-pura menjadi keluarga pasien yang datang menjenguk saudara mereka. Terkadang dia menyuruh kaki tangannya menemui pembeli di luar rumah sakit, dengan sogokan uang 1 juta Dong (Rp635 ribu) dan narkoba gratis. Di lain waktu, dia melempar barang dagangan dari kamarnya di lantai dua.

Quy dan kaki tangannya ditemukan menyimpan, menggunakan atau menjual lebih dari 15 kilogram narkoba selama di rumah sakit. Pihak berwajib menyita berbagai jenis obat-obatan sebanyak 15 kilogram, rokok bong dan laptop.

Belum jelas apa alasan jaksa menuntut Quy dan Ngoc dengan vonis hukuman mati. Namun, Vietnam terkenal sebagai salah satu negara dengan kasus hukuman mati tertinggi di dunia. Hukuman mati di negara tersebut diselimuti kerahasiaan, dan banyak hukuman tidak dipublikasikan oleh pemerintah. Berdasarkan perkiraan, ada lebih dari 1.000 orang yang menunggu dieksekusi. Selain kejahatan terkait narkoba, hukuman mati biasanya diterapkan untuk pelanggaran seperti perampokan bersenjata, pemerkosaan dan korupsi.

Selain Quy dan Ngoc, empat orang akan menjalani hukuman mulai lima tahun penjara hingga seumur hidup atas keterlibatan mereka dalam bisnis narkoba. Dua perawat dan seorang teknisi terancam dipenjara 5-7 tahun karena memilih tutup mulut atas perbuatan Quy.

Sementara itu, Do Thi Luu, dokter Quy dan mantan kepala departemen RSJ, dipenjara tiga tahun karena telah menyalahgunakan kekuasaan. Dia membuat pengakuan di pengadilan, dirinya tahu Quy telah merenovasi kamarnya, tapi dia tidak memberi tahu atasan. Berdasarkan laporan yang diterima Kementerian Kesehatan Vietnam, jajaran tinggi rumah sakit mengklaim tak tahu-menahu soal pesta narkoba yang digelar Quy.

Setelah kasusnya terkuak tahun lalu, Kementerian Kesehatan segera mencopot jabatan direktur Vuong Van Tinh atas kelalaiannya memantau ketertiban di rumah sakit.

Pengadilan menyatakan kondisi kejiwaan Quy tidak dapat dijadikan faktor untuk meringankan hukumannya. Dia dianggap dalam keadaan stabil dan memakai akal sehat saat melakukan kejahatan.

Follow Koh Ewe di Twitter dan Instagram.