Ibrahim Almadi terakhir kali mengobrol dengan ayahnya tepat setahun yang lalu, ketika sang ayah hendak pulang ke kampung halaman di Arab Saudi. Namun, ia hilang kabar begitu saja, tak lama setelah pesawat yang ditumpangi mendarat di bandara ibu kota Riyadh. Menurut pemuda yang berusia 26, ayahnya telah “diculik”.
“Yang saya ketahui hanyalah ayah ditahan selama beberapa minggu di hotel, sebelum akhirnya dijebloskan ke penjara Al Ha’ir,” tutur Ibrahim saat dihubungi oleh VICE World News. “Di sana, ayah dianiaya aparat gara-gara menyuarakan pendapat.”
Ayah Ibrahim, bernama Saad Ibrahim Almadi, adalah warga Amerika Serikat yang berkebangsaan Arab Saudi. Penangkapan lelaki 72 tahun itu diduga kuat karena ia mengkritik sistem pemerintahan Saudi yang korup melalui akun Twitter pribadinya. Ia bukan aktivis maupun pembangkang, hanyalah seorang manajer proyek biasa yang menggunakan haknya sebagai warga negara selama tinggal di Florida. Tapi siapa sangka, cuitannya tercium oleh otoritas Saudi. Polisi bergerak cepat menangkap Almadi setibanya dia di bandara, dan pertengahan Oktober lalu, Almadi divonis 16 tahun penjara.
“Saya tak bisa membayangkan betapa menderitanya ayah di penjara,” kata Ibrahim. Sang putra tak kenal lelah menyampaikan kepada dunia tentang musibah yang menimpa keluarganya. Ia ingin ayahnya segera mendapat keadilan.
Almadi bukan orang pertama yang ditangkap polisi Saudi sebagai upaya membatasi kebebasan berpendapat. Selain Almadi, ada Salma al-Shehab, mahasiswi PhD di Inggris, yang divonis hukuman 34 tahun penjara karena alasan serupa. Ibu dua anak itu sontak menjadi musuh negara usai mengomentari isu HAM yang terjadi di kampung halaman.
Proses persidangan keduanya dilaksanakan secara tertutup, sehingga hakim berwenang menjatuhkan hukuman terberat hingga hukuman mati tanpa memberikan permohonan banding kepada para terdakwa.
Ibrahim mengungkapkan telah meminta bantuan kedutaan besar AS di Riyadh dan Kementerian Luar Negeri AS, namun belum ada yang berhasil memastikan kondisi ayahnya baik-baik saja. Kabarnya terakhir kali terdengar pada 10 Agustus lalu.
Ibrahim terpaksa memutuskan hubungan dengan keluarga besar di Arab Saudi guna melindungi keselamatan mereka. Dia juga mengesampingkan urusan bisnisnya untuk membantu sang ayah dibebaskan dari penjara.
Ibrahim hanya bisa berharap berita ayahnya sampai ke telinga Presiden AS Joe Biden, agar kasusnya cepat selesai. Menurutnya, “hidup takkan ada artinya lagi” jika Almadi tidak pulang dengan selamat.