Kota-kota besar di Ukraina tercatat mengalami ledakan akibat serangan roket beberapa jam selepas Rusia resmi melancarkan operasi militer sejak 24 Februari 2022 dini hari waktu setempat. Di Ibu Kota Kiev, ada beberapa lokasi yang hancur akibat “serangan rudal balistik”, merujuk laporan pemerintah Ukraina.
Konflik Rusia-Ukraina meningkat jadi perang terbuka, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan perintah operasi militer untuk membela pasukan separatis di wilayah Donetsk dan Luhansk (biasa dijuluki ‘Donbas’). Sejauh ini efek awal serangan Rusia belum tuntas ditaksir. Dilaporkan bila bangunan apartemen dan rumah warga di area yang dihujani roket mengalami kerusakan serius.
Salah satu serangan roket yang menimpa Ibu Kota Kiev di Ukraina terekam EarthCam, bisa disaksikan dari tautan di bawah:
Warga sipil di Kiev yang panik berhamburan ke luar kota akibat ledakan roket tersebut. Toserba dan SPBU diserbu warga yang ingin mengamankan pasokan sembako serta BBM kendaraan mereka. ATM-ATM di kota besar Ukraina, termasuk Kiev, dipenuhi antrean penduduk yang menarik uang sebagai persiapan kabur dari konflik.
“Tiap melongok ke luar jendela rumah, selalu terlihat banyak orang yang membawa tas sambil berlarian,” ujar Yaroslava Antipina kepada VICE World News. Antipina adalah ibu rumah tangga dengan satu anak yang tinggal di Kiev dan saat ini belum berencana kabur. Tapi dia sempat ke supermarket pada Kamis pagi, dalam rangka membeli sembako yang dia perkirakan cukup untuk bertahan lebih dari tiga minggu.
“Saya memborong roti, air mineral, daging, dan jajanan untuk anak,” ujarnya. Selama di supermarket, Antipina mengakui ada kepadatan warga mengantre di kasir, tapi dia bilang mayoritas orang tidak terlalu tegang. “Banyak yang saling senyum dan berusaha kuat meski situasi beberapa hari ke depan masih belum menentu,” imbuhnya.
Hingga artikel ini dilansir, sirine peringatan risiko serangan udara masih terdengar beberapa kali di seantero Kiev. Sebagian warga sipil memilih berlindung ke stasiun kereta bawah tanah.
Saad Ansari, mahasiswa asal India yang sedang belajar di Kota Ivano-Frankivsk, kawasan Barat Ukraina, mengaku mendengar suara bom dekat asrama tempatnya tinggal. Militer Rusia dilaporkan berhasil merusak beberapa bandara penting Ukraina, termasuk di Kiev.
Ansari dan rekan mahasiswa lain saat ini kebingungan karena tidak tahu ke mana harus berlindung selama operasi militer Rusia masih berlangsung. “Jujur, kami semua panik sejak dini hari tadi,” ujarnya kepada VICE World News.
Akibat serangan ke berbagai bandara tersebut, pemerintah Ukraina mengumumkan bila wilayah udara mereka untuk sementara tertutup bagi segala jenis penerbangan komersial. Penumpang maupun staf maskapai yang masih terjebak di Bandara Boryspil, Kiev, saat ini telah berhasil dievakuasi menurut laporan kantor berita Interfax-Ukraine.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengumumkan bahwa negaranya sekarang dalam situasi darurat militer. Sang presiden meminta warga berlindung di rumah masing-masing, dan jangan keluar kecuali untuk kebutuhan darurat.
Kementerian Dalam Negeri Ukraina menyatakan serangan rudal menimpa Ibu Kota Kiev, Kota Kharkiv, Lutsk, Kramatorsk, dan Dnipro. Kharkiv adalah kota terbesar kedua di Ukraina, yang dilaporkan jurnalis setempat turut mengalami serangan rudal dalam skala besar. Asap tebal membumbung hingga melampaui gedung pencakar langit Kharkiv, akibat efek ledakan rudal.
Pemerintah Ukraina menyebut serangan yang terjadi saat ini adalah kombinasi roket dan mobilisasi tentara lewat jalur darat dari perbatasan. Tentara yang masuk wilayah mereka mencakup militer Rusia serta Belarusia, negara sekutu Putin. Stasiun televisi CNN merekam laju puluhan tank masuk ke wilayah Ukraina melalui perbatasan Belarusia.
Kontak senjata juga terjadi dengan sengit di Kota Karamtorsk, yang berada sangat dekat dari perbatasan Ukraina-Rusia. Wilayah luar kota itu dikuasai kelompok separatis pro-Rusia, yang menjadi alasan Putin melancarkan operasi militer.
Pejabat Ukraina, Dmytro Kuleba, meminta bantuan negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) serta dunia internasional untuk menjatuhkan sanksi berat bagi Rusia. Kuleba, lewat akun Twitternya, sekaligus memohon bantuan senjata serta dana dari dunia internasional.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden, termasuk pemimpin dunia yang segera menyebut keputusan Rusia menyerang Ukraina sebagai “serangan provokatif yang tidak berdasar.”
“Presiden Vladimir Putin memilih perang yang akan menciptakan kehancuran dan kenelangsaan bagi umat manusia,” ujar Biden dalam pidato di Gedung Putih. “Amerika Serikat dan sekutunya akan bersatu merespons tindakan Rusia yang tidak bisa dibenarkan ini.”
Perintah untuk menjalankan operasi militer diumumkan langsung oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam pidato yang disiarkan televisi. Putin beralasan, militernya hanya ingin melindungi warga etnis Rusia di kawasan Donbas yang menuntut merdeka dari Ukraina. Putin menuding tentara Ukraina justru yang pertama melakukan pelanggaran HAM dengan menyerang etnis minoritas Rusia di dua provinsi tersebut.
Putin menyatakan tujuan operasi militer ini tidak untuk menduduki Ukraina, melainkan melindungi warga sipil yang dia sebut menjadi korban “agresi militer Ukraina.” Sang presiden Rusia mengancam agar negara lain tidak ikut campur dalam konflik dengan Ukraina. “Segala campur tangan pihak lain akan mendapat balasan dari kami,” ujar Putin.