Setelah eskalasi konflik antar warga meningkat sejak April 2021, sebulan kemudian pecah kembali pertempuran tidak imbang antara Israel-Palestina yang senantiasa dikhawatirkan dunia internasional. Jet-jet tempur Israel, dengan dalih membalas serangan rudal Hamas, menggempur Jalur Gaza. Hingga artikel ini dilansir, korban jiwa terus berjatuhan.
Menurut laporan Otoritas Kesehatan Gaza, sedikitnya 198 orang tewas, termasuk anak-anak, akibat gempuran peluru kendali militer Israel. Lebih dari 1.300 warga Palestina luka-luka selama tiga hari serangan udara beruntun. Sementara, di sisi Israel, 10 warga sipil tewas akibat roket yang ditembakkan oleh sayap militer Hamas dari Jalur Gaza.
Seluruh foto berikut sepenuhnya diambil pada Minggu, 16 Mei 2021. Dibanding wilayah Palestina lainnya, Jalur Gaza terpuruk dalam penyediaan berbagai jenis infrastruktur publik, bahkan tanpa ada serangan dari Negeri Zionis. Alhasil, raturan ribu warga di kota pesisir yang padat itu bertambah merana akibat perkembangan konflik kali ini. Gaza dikuasai Partai Hamas, yang di internal pemerintahan Palestina tidak akur dengan PLO yang menguasai Tepi Barat dan wilayah kantung Palestina lainnya, termasuk di Yerusalem Timur. Konflik kali ini bermula dari penggusuran warga muslim di Yerusalem. Tapi situasi Gaza turut bergejolak, karena Israel merespons demonstrasi warga soal penggusuran itu dengan larangan ibadah saat ramadan, serta serangan terhadap Masjid Al Aqsa, situs penting ketiga bagi umat muslim sedunia.
Problemnya, setiap kali terjadi konflik, kondisi di lapangan tak berimbang. Israel memiliki kekuatan udara dan persenjataan canggih, terutama didukung dana bantuan Amerika Serikat. Sementara sayap militer Hamas, sebagai yang paling militan melawan balik Israel, hanya bisa mengandalkan roket.
Israel dan Amerika Serikat berupaya melokalisir narasi konflik kali ini dengan kembali mengkambinghitamkan Hamas, yang dianggap memulai lebih dulu serangan roket pada pertengahan Mei 2021. Harus diakui, berbeda dari Fatah atau partai nasionalis lain di Palestina, Hamas yang berkaitan secara ideologis dengan Ikhwanul Muslimin punya sikap amat keras menolak penjajahan Negeri Zionis. Itu sebabnya, Gaza selama lebih dari satu dekade diisolasi, termasuk oleh pemerintah Mesir, dan warga sipil yang tinggal di sana menderita karenanya.
Situasi Gaza, seperti digambarkan oleh seri foto ini, adalah gambaran harga yang harus dibayar mahal tiap kali elit Israel mengumbar sentimen nasionalisme dan melancarkan operasi militer ke wilayah Palestina terisolir itu.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE World News