Enam tahanan Palestina berhasil kabur dari penjara berkeamanan tinggi Israel dengan cara menggali lubang. Mereka lolos dari pengawasan karena penjaga sedang terlelap. Para pejabat menyebutnya sebagai pembobolan penjara terbesar oleh warga Palestina sejak 23 tahun silam.
Lima napi merupakan anggota Jihad Islam, sementara satunya lagi merupakan petinggi Brigade Martir Al Aqsa. Mereka mendekam di penjara Gilboa yang memiliki tingkat keamanan tinggi di Israel utara. Aksinya berlangsung pada Senin, 6 September 2021, dini hari.
Aparat Zionis telah mengerahkan ratusan personel, dibantu tentara dan dinas keamanan internal Shin Bet, untuk melacak jejak para napi yang kabur. Anjing pelacak ikut mencari mereka.
Menurut penyelidikan awal, seperti dilansir Al Jazeera, keenam tahanan pergi ke kamar kecil sekitar pukul 01:30 waktu setempat. Mereka lalu membuka lubang yang selama ini tertutup benda, dan loncat satu per satu.
Mereka merangkak menuju lubang lain, yang berada tepat di bawah menara pengawas. Di sana, seorang penjaga yang sedang bertugas tampak terlelap. Tak ada satu pun penjaga di ruang kontrol yang menyadari para tahanan itu telah kabur. Menteri Keamanan Israel Omer Barlev mengatakan, peristiwa ini baru terungkap dua jam kemudian—para napi mungkin telah sampai di wilayah Tepi Barat, Palestina.
“Aksinya sudah terencana dengan baik. Oleh karena itu, kami menduga ada bantuan dari luar,” tutur Barlev. “Kami masih menyelidiki kasus ini. Kami akan kembali menangkap para buronan itu.”
Para napi diduga kabur ke Jenin, kota di utara Tepi Barat yang merupakan tempat tinggal keluarga mereka. Di wilayah itu, Otoritas Palestina yang diakui secara internasional tidak memegang kendali. Kota tersebut dikuasai oleh milisi lokal. Milisi di Jenin sempat bentrok dengan pasukan Israel dalam beberapa pekan terakhir.
Dugaan awal aparat menyebut para napi yang kabur menggali lubang pakai sendok berkarat yang disembunyikan di balik poster di sel mereka. Sejak itu terungkap bahwa mereka melubangi dinding dan menggali belakang wastafel untuk mencapai sistem drainase penjara.
Juru bicara penjara memberi tahu New York Times, para napi berhasil menghindari 40 sipir penjara, tiga menara pengawas, dua tembok penjara, dua pagar kawat berduri dan kawanan anjing pelacak.
Setidaknya empat orang yang berusia antara 26-49 menjalani hukuman seumur hidup. Salah satunya adalah Zakaria Zubeidi, yang dituduh mendalangi beberapa serangan teroris terhadap orang Israel pada 2000-an. Dia ditangkap pada 2019, setelah diduga terlibat dalam aksi penyerangan di Tepi Barat, termasuk percobaan pembunuhan. Dia masih menunggu putusan pengadilan.
Sebelum kejadian tersebut, lapas ini menyebut keenam napi “sangat berbahaya” dan memperingatkan ketiganya “berpotensi tinggi untuk kabur”. Insiden ini merupakan kejadian yang sangat memalukan bagi Israel, yang mengelu-elukan sistem keamanannya. Perdana menteri Naftali Bennett sampai menyebutnya “insiden serius”.
Ketika artikel ini ditulis, polisi Israel belum berhasil menemukan para napi yang kabur. Padahal mereka telah menyebar di 200 pos pemeriksaan. Pasukan Israel juga mengepung kota Jenin. Jihad Islam Palestina memperingatkan Israel untuk tidak menyakiti para buronan, sedangkan kelompok milisi Palestina memuji tindakan mereka.
“Ini tindakan heroik yang hebat, yang akan mengguncang hebat sistem keamanan Israel dan akan menjadi pukulan telak bagi tentara dan seluruh susunan Israel,” tandas Daoud Shehab selaku juru bicara Jihad Islam.
Qadura Fares adalah mantan napi yang mengepalai Klub Tahanan Palestina, LSM yang menyokong ribuan napi Palestina di penjara Israel. “Kami senang dengan pelarian ini.
“Kami telah menyerukan perlunya membebaskan semua tahanan Palestina,” kata Fares. “Sangatlah bagus jika para tahanan dapat membebaskan diri mereka sendiri.”
Follow Gavin di Twitter.