Kim Ju-hyoung mengaku bisa melihat dan mendengar hal-hal gaib sejak masih kecil.
“Saya melihat pisau dapur terbang di atas kepala saat saya baru lima tahun dan mengalami sensasi keluar dari tubuh pada usia delapan,” lelaki 33 tahun berbicara kepada VICE. “Saya juga menyaksikan succubus (iblis berwujud perempuan) dan naga turun dari langit saat masih SMA. Saya sakit tanpa sebab sepanjang waktu.”
Kim akhirnya menemukan jawaban atas segala keanehan dalam hidupnya bertahun-tahun kemudian, tepatnya ketika dia menduduki bangku kuliah. Dia yakin telah kerasukan selama ini.
“Saya tidak bisa bergerak sama sekali. Saya hanya berbaring di atas kasur entah karena penyakit apa. Saya kencing darah,” kenangnya. “Dokter tidak bisa menyembuhkan penyakit saya. Saya baru sembuh setelah menerima roh [yang memasuki tubuh].”
Dukun menyebutnya sebagai “penyakit gaib”. Mereka yakin orang-orang tertentu sengaja dibikin sakit sebelum memperoleh kemampuan dukun.
Kim sendiri yakin dia resmi berubah menjadi mudang, dukun yang menghubungkan makhluk hidup dengan roh di Korea, setelah menerima kenyataannya.
Selama tujuh tahun terakhir, Kim telah membantu berbagai macam orang menyelesaikan masalah dalam hidup mereka. Selain meramal, dia juga melakukan ritual “gut” yang sudah menjadi tradisi perdukunan Korea.
“Tugas utama saya yaitu mengakhiri penderitaan mendiang keluarga dengan menyanyi, menari dan berbicara kepada arwahnya,” tutur Kim.
“Kami menenangkan arwah dan memintanya berhenti mengganggu orang yang masih hidup.”
Banyak mudang yang percaya permasalahan hidup seseorang berakar dari keluarga mereka yang telah tiada. Ada urusan yang belum terselesaikan semasa hidupnya.
Pengalaman gaib sudah menjadi santapan sehari-hari dukun seperti Kim.
Kim bercerita pernah sekelebat muncul bayangan sepasang orang tua bergandengan tangan dalam pikirannya ketika menangani seorang klien. Usut punya usut, kakek-nenek orang itu bunuh diri bersama di laut. Kim yakin klien dihadang masalah karena kepergian kakek-nenek yang mendadak. Baginya, mendapatkan info yang benar penting untuk membangun kepercayaan klien. Setelah menemukan akar permasalahan, Kim akan memberi saran yang tepat untuk menyelesaikannya.
Kebanyakan orang yang membutuhkan bantuannya pasti pernah mengalami kejadian mistis, atau tak henti-hentinya dirundung musibah. Mereka mendatangi tempat praktik Kim di Seoul. Ruangan kecil itu dipenuhi kristal, patung, lilin, sutra dan soju.
“Suatu hari, lelaki berusia 20-an menemui saya karena mengalami fenomena supranatural. Dia melihat seperti ada yang terbang ketika berbaring. Klien saya tidak bisa menghentikannya,” kata Kim. Orang itu juga susah tidur “tanpa alasan”.
Kim melakukan ritual untuk menenangkan arwah keluarga yang sudah meninggal. Menurutnya, klien merasa jauh lebih nyaman setelah ditangani Kim. Dia mengklaim kliennya bahkan jadi gampang tidur dan mendapatkan pekerjaan.
Ketika kerasukan, Kim mengaku mampu melakukan apa pun yang mustahil dilakukan manusia biasa. Dia bisa menari di atas bilah pencacah jerami dan bermain ayunan yang terbuat dari bilah tajam.
Atraksi itu merupakan bagian dari Hwanghae-do Pyeongsan Sonoreum Gut, ritual perdukunan yang berasal dari provinsi barat daya Hwanghae di Korea Utara.
Pertama kali muncul pada zaman Dinasti Joseon (1392-1910), ritualnya melibatkan tarian, nyanyian dan akting. Pengusir setan menyamar sebagai lembu yang memohon kesuburan tanah, kelancaran bisnis dan kesuksesan.
“Sebelum negara terpecah, dukun Korea pergi ke Selatan dan mewarisi ritual. Namun, ritualnya sudah jarang dilakukan sekarang,” ujar Kim.
“Ada banyak dukun yang melakukan ritual dari Korea Utara di Selatan, tapi esensi ritualnya sering terlewatkan. Tak banyak yang mengikuti keaslian ritualnya.”
Pemerintah Korsel kini menganggap ritual gut sebagai Warisan Budaya Takbenda Penting, tapi para praktisi di Korea Utara kian hari kian berkurang jumlahnya.
“Sejak [kepala negara] Kim Jong-un, ayah dan kakeknya didewakan dan melarang agama dan tradisi, saya dengar praktiknya tak lagi diteruskan di Utara,” Kim memberi tahu VICE.
Kini menjadi tanggung jawab Kim dan para dukun muda lainnya di Korea Selatan untuk melestarikan tradisi.
Bagian tersulit dari profesi Kim adalah merasakan apa yang dirasakan semua kliennya. Ketika menangani orang yang ibunya menjalani operasi lengan, dia juga merasakan sakit pada lengannya.
Sebagai sarjana seni, Kim menyalurkan ilmu yang didapat selama kuliah dalam pekerjaannya.
“Semua yang dilakukan seniman, dari menyanyi dan menari hingga pertunjukan, juga dilakukan oleh mudang,” kata Kim, menambahkan baik seniman maupun dukun memvisualisasikan apa yang tak terlihat.
Kim membuat sendiri perlengkapan kerjanya, yang membedakannya dari dukun tradisional lain. Dia juga menyempatkan waktu untuk melukis dan membuat kerajinan tangan.
“Saya tidak mau terjebak dengan definisi dukun tradisional yang hanya memimpin ritual,” Kim mengungkapkan. “Saya bercita-cita menjadi ikon perdukunan Korea yang dikenal dunia. Saya ingin mendefinisikan kembali konsep dukun Korea di abad ke-21.”
Ada kira-kira satu juta dukun di Korea Selatan. Menurut laporan The Korea Times, Federasi Kyungsin Korea dan Asosiasi Peramal Korea masing-masing memiliki 300.000 anggota terdaftar dan 200.000 anggota tak terdaftar.
Banyak yang menganggap mereka penipu, terlalu percaya takhayul, atau tak mampu mengikuti perkembangan zaman. Namun, Kim menyebut ini semua hanyalah kesalahpahaman. Karena itulah dia berusaha menghilangkan prasangka mereka.
“Ada banyak dukun sekuler yang cuma cari keuntungan. Dukun-dukun itu menyuruh klien melakukan ritual yang sebenarnya tidak diperlukan. Karena mereka, dukun yang baik ikut tercemar reputasinya,” tandas Kim.
Dia berharap orang bisa melihat bahwa profesinya adalah bagian dari budaya rakyat dan terapi spiritual. Dia yakin bisa menenangkan para arwah gentayangan.
“Saya merasa berhasil ketika bisa membantu orang menyelesaikan masalah mereka,” terangnya. “Saya bahagia saat orang merasa bahagia dan lega setelah berkonsultasi dengan saya.”
Follow Junhyup Kwon di Twitter.