Salah besar apabila Anda merasa drama online Dewa Kipas versus GothamChess di situs chess.com sudah selesai. Hanya dalam sehari, muncul dua perkembangan menarik dari kasus catur yang melibatkan netizen lintas negara tersebut. Pertama, Dadang Subur (pemilik akun “Dewa Kipas”) memutuskan hadir ke podcast Deddy Corbuzier dan menyebabkan kasus yang sempat dianggap tamat sejak permintaan maaf GothamChess itu naik lagi. Video tersebut diunggah pada 13 Maret, berisikan cerita ulang dari apa yang sudah kita ketahui selama ini. VICE pernah membahasnya di artikel ini.
Kedua, di hari yang sama, para pegiat catur ternama Indonesia duduk bareng secara virtual membicarakan pandangan mereka terhadap polemik Dewa Kipas. Sebab, kasus ini berimbas pada munculnya stigma negatif kepada skena catur Indonesia.
Nama-nama penting dunia catur Indonesia hadir: Ketua Komisi Catur Sekolah PB Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Hendry Jamal, pengamat catur internasional Heri Darmanto, Grandmaster Susanto Megaranto, Grandmaster Irene Sukandar, anggota Dewan Pembina PB Percasi Eka Putra Wiriya, dan Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi Kristianus Liem,
Dalam konferensi pers berjudul “Edukasi Catur Daring dan Problematikanya” tersebut, seluruh narasumber satu suara: dilihat dari analisis data, gerak-gerik Dewa Kipas pada situs chess.com memang mencurigakan.
Pada paparannya, Heri memperlihatkan data Dewa Kipas yang janggal sejak 22 Februari 2021. “Berdasarkan data yang kita bongkar, memang ada keanehan atau anomali. Data [Dewa Kipas] sebelum tanggal 22 memiliki grafik [akurasi langkah] naik turun. Ada lembah, ada gunung, manusiawi gitu. Mulai [tanggal] 22, sangat sedikit lembahnya, hampir tidak ada, dengan akurasi tertinggi 99,5 persen,” kata Heri dalam konferensi pers.
Heri menegaskan sistem deteksi kecurangan chess.com sudah tepercaya sebab dibuat atas verifikasi para grandmaster catur dunia dan dinyatakan lulus. “Ini layanan profesional, [mereka] tidak akan mempertaruhkan nama baiknya dengan mem-banned pemain secara sembrono,” tambah Heri.
Susanto lalu membagikan pengalamannya menghadapi pemain curang, atau yang ia sebut sebagai “jin”. “[Gerakan jin bisa dilihat dari] ada spare waktu yang hampir mirip, sekitar 10 detikan. Kan [dalam catur] ada langkah pasti, harusnya udah pasti tahu, jalannya beberapa detik [saja]. Tapi, dia spare waktunya hampir mirip [tetap] 10 detik. Udah curiga lah kalau kayak gitu,” kata Susanto. Ciri-ciri ini juga jadi salah satu alasan GothamChess menilai Dewa Kipas bermain curang.
Pada kesempatan sama, pecatur yang menggapai gelar grandmaster di usia 17 tahun tersebut mengaku sempat dihubungkan dengan Dadang oleh wartawan Kompas untuk membicarakan kemungkinan mereka bertanding.
“Pak Dadang langsung video call ke saya, tadinya saya sudah siap mau main. Bisa saja mau offline atau online. Tapi, Pak Dadang sendiri malah bisa dibilang minta maaf lah, bukan mau menantang lah, bukan kelasnya lah secara gamblang. Jadi ya cuma gitu aja.”
Irene Sukandar, grandmaster catur berusia 28 tahun, menegaskan konferensi pers ini bukan untuk menuduh Dadang, namun bertujuan menunjukkan data dan grafik demi edukasi publik. “Biar para netizen dan media melihat ini, bisa ambil kesimpulan sendiri. Ini kita tidak menuduh siapa pun, [hanya] melihat dari sisi expert dan data,” kata pemenang dua kali kejuaraan catur perempuan Asia tersebut.
Dari sana, Irene juga mengirimkan surat terbuka kepada Deddy Corbuzier lewat akun Twitter-nya untuk ikut meluruskan berbagai stigma negatif kepada percaturan Indonesia gara-gara kasus Dewa Kipas.