Kementerian Luar Negeri Nigeria menarik Duta Besar Usman Ogah dari Indonesia, menyusul dugaan terjadinya kekerasan yang melibatkan petugas Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM. Dalam konferensi pers pada Selasa (10/8) lalu di Abuja, ibu kota Nigeria, Menteri Luar Negeri Geoffrey Onyeama mengecam insiden tersebut.
Dalam pernyataannya, Usman ditarik untuk keperluan konsultasi pada level tertinggi, termasuk juga peninjauan kembali terhadap hubungan diplomatik kedua negara.
“Tidak ada pembenaran atas perlakuan terhadap seorang diplomat dan kepada seorang warga negara Nigeria sekalipun,” kata Geoffrey, yang kemudian meminta petugas Imigrasi Indonesia dijatuhi sanksi berat
Dia menggarisbawahi pemerintahnya “mengambil langkah-langkah tegas untuk membela kepentingan-kepentingan warga Nigeria di mana saja di dunia”.
Geoffrey menyebut apa yang terjadi kepada salah satu perwakilannya di Indonesia sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional dan Konvensi Wina, yang mengatur soal hak-hak para diplomat yang bertugas di negara lain. Oleh karena itu, pemerintah Nigeria mengirimkan nota tertulis kepada Indonesia untuk meminta penjelasan.
Ketegangan diplomatik ini dipicu sebuah video yang memperlihatkan seorang warga Nigeria diserang oleh petugas Imigrasi Indonesia pada Sabtu (7/8), pekan lalu. Ternyata sosok itu adalah Abdulrahman Ibrahim, petugas konsuler Kedutaan Besar Nigeria di Jakarta. Video itu viral keesokan harinya, khususnya di Nigeria. Duta Besar Indonesia untuk Nigeria Usra Hendra Harahap langsung menjalin komunikasi dengan Geoffrey pada 10 Agustus 2021, untuk meredakan situasi.
Kementerian Luar Negeri Indonesia lewat juru bicara Teuku Faizasyah “menyesalkan” insiden tersebut. “Itu adalah insiden berdiri sendiri (isolated incident), sama sekali tidak terkait dengan komitmen pemerintah Indonesia dalam menjalankan kewajiban sebagai tuan rumah sesuai Konvensi mengenai hubungan diplomatik,” kata Faizasyah melalui keterangan resmi pada Kamis (12/8).
Untuk mengetahui kejadian sesungguhnya, Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) yang membawahi Direktorat Jenderal Imigrasi mengklaim sudah melakukan penyelidikan. Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun mengatakan petugas yang menangkap tidak mengetahui posisi laki-laki tersebut adalah Ibrahim, sosok diplomat senior di Kedubes Nigeria.
Ia ditangkap di sebuah apartemen di Jakarta Selatan. Lantaran menolak menunjukkan kartu identitas, petugas membawanya ke kantor Imigrasi setempat. Di dalam mobil, kata Ibnu, dia meronta-ronta dan ingin memukul petugas. Baru setelah tiba di tujuan, dia menyodorkan kartu identitas yang memperlihatkan namanya adalah Ibrahim.
Usai Kementerian Luar Negeri mengkonfirmasi status Ibrahim, Duta Besar Usman bertemu dengan petugas Imigrasi. “Pertemuan dengan Duta Besar berlangsung amat sangat baik, dan kedua pihak sudah menyelesaikan perdamaian dan berjabat tangan,” tutur Ibnu dalam pernyataannya secara virtual pada Kamis (12/8). Ia pun berdalih persoalan dengan Kedubes Nigeria sudah selesai dengan damai.
Sebelumnya, dalam keterangan tertulis Selasa (10/8), Ibnu menuding Ibrahim lah yang melakukan penyerangan. “Justru WNA asal Nigeria yang melakukan pemukulan terhadap petugas kami saat dalam perjalanan ke kantor Imigrasi,” kata dia, seperti dikutip dari situs resmi Direktorat Jenderal Imigrasi.
“Yang bersangkutan dibawa ke kantor karena bersikap tidak kooperatif dengan menghardik petugas yang melakukan pemeriksaan dokumen dan malah menantang untuk ditahan,” lanjutnya.
Akibatnya, petugas itu “mengalami luka bengkak dan berdarah pada bagian bibir sebelah kiri” dan sudah menjalani visum. Dia berusaha memegangi Ibrahim agar tenang. “Jadi, yang terlihat di video itu justru petugas kami berusaha mencegah WNA asal Nigeria itu kembali melakukan kekerasan atau hal yang tidak diinginkan,” klaimnya.