Gavan*, pria 28 tahun asal Yogyakarta, tidak habis pikir saat dirinya dinyatakan gagal lolos tes berkendara untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) kelas C. Petugas memintanya kembali lagi sepekan kemudian, karena alasan yang dianggapnya aneh: ia memegang rem depan menggunakan dua jari. Petugas berujar, cara yang benar harusnya dengan empat jari.
“Kan megang motor tuh senyamannya, [aturan] dua jari dan empat jari apakah esensial bagi proses pengereman? Enggak relevan sama sekali. Apalagi yang jalur angka 8 itu, apa kita lagi diajarin nyelip kebut-kebutan apa gimana?” keluh 3D artist itu saat dihubungi VICE.
Sentimen Gavan dirasakan banyak orang. Jalur dalam tes praktik SIM C di Indonesia terlampau sulit. Peserta ujian diminta berkelok-kelok zigzag dan berkendara membentuk angka 8 di jalur sempit, tanpa boleh menjatuhkan kaki ke aspal. Meski belum pernah dibuktikan, banyak yang sampai menduga Valentino Rossi sekalipun tak akan lolos ujian SIM C di Indonesia. Netizen sampai bercanda bahwa ujian penuh kelokan dibuat agar pengendara sigap menghindari jalanan Indonesia yang penuh lubang.
Sudah jadi keluhan abadi, perbincangan tentang tes SIM C muncul lagi setelah akun Twitter @txtdrbekasi mengunggah video perbandingan ujian SIM C di Indonesia dengan di Taiwan. Dalam video uji SIM di Indonesia, terlihat polisi secara lincah mencontohkan cara lolos tes dengan sangat andal layaknya Komeng di iklan Yamaha.
Sebaliknya di Taiwan, video menampakkan tes SIM C yang lebih menekankan pada pemahaman dan kepatuhan pengendara terhadap beragam aturan di jalan raya.
Netizen yang merasa relate sama video meme tersebut segera ikut berkomentar. Banyak yang sepakat tes SIM C di Indonesia tidak relevan sama apa yang akan dihadapi di jalanan.
Misalnya, kenapa pengendara harus melewati u-turn tanpa menurunkan kaki? Padahal, estetika pengendara saat berbelok tidak diperlukan di jalan raya. Beberapa netizen juga membandingkan pengalaman mereka menghadapi ujian SIM di Jepang. Di Negeri Sakura, calon pengendara saat ujian praktik lebih banyak diminta memahami rambu jalan dan perlengkapan untuk berkendara.
Banyak orang di negara ini agaknya punya pengalaman serupa dengan Rara*, ASN asal Lampung. Ia sudah rutin mengendarai motor sejak 2009. Karena terlambat memperpanjang SIM C, tahun lalu ia harus mengikuti ujian ulang. Tak mau membuang energi melewati tes supersulit, ia menyerah.
“Akhirnya nembak. Karena udah yakin pasti enggak lolos, ujiannya enggak wajar. Harusnya enggak gitu-gitu amat lah [ujiannya]. Aku [nembak karena] butuh banget [SIM C],” kata Rara kepada VICE.
Perempuan 30 tahun itu menceritakan, rasa frustrasinya kala mendapat kabar harus mengulangi ujian seperti bisa dibaca oleh petugas setempat. Ia tidak menunggu lama di kantor polisi, sebab segera ada petugas mendekatinya dan menawarkan “jalur belakang”. Kejadian itu berkesan buat Rara karena “Petugas ngedeketin aku di depan spanduk besar bertuliskan ‘Wilayah bebas korupsi’. Hahaha….”
Tapi kami berhasil juga menemukan pengendara yang berhasil lolos tes SIM C dengan muda. Dalam kasus ini, Yoga* menilai kemudahannya melalui tes dikarenakan ia sering ikut balap liar semasa remaja. “Ujian praktik angka 8 itu gampang aja. Mungkin karena dulu aku tuh interest banget balapan, dulu suka ikut road race, balapan liar. Kayaknya, skill motorku lumayan teruji gara-gara sering balapan,” cerita lelaki 35 tahun itu kepada VICE.
Ia tak memungkiri bahwa secara umum ujian praktek SIM C memang sulit bagi pengendara awam. “Aku pernah nganterin sahabatku ujian [SIM C]. Dia gagal terus sampai empat kali, terus akhirnya nembak. Padahal, dia yang ngajarin aku naik motor pertama kali. Aku juga udah ngajarin [persiapan tes],” kenang Yoga.
Keributan soal sulitnya ujian SIM C pernah direspons yang berwenang. November 2021 lalu, Kepala Sub-Direktorat SIM Polri Kombes Djati Utomo membela institusinya dengan mengutip Perkap No. 9/2012 tentang SIM. Djati menyebut, tes SIM C sudah dibuat sesuai standar dan peraturan perundang-undangan.
“Berdasarkan lampiran Peraturan Kapolri (Perkap) No. 9/2012 tentang SIM paragraf 4 ujian Praktik I Pasal 62, yaitu materi ujian praktek untuk peserta uji sepeda motor [adalah] uji pengereman kesimbangan, uji slalom [zigzag], uji membentuk angka 8, uji reaksi rem menghindar, dan uji berbalik arah membentuk huruf U. Lebar dan panjang lapangan ujian praktek I untuk SIM C disesuaikan dengan besaran kapasitas silinder dan/atau dimensi sepeda motor yang dikendarai,” kata Djati kepada Detik.