Seandainya asteroid besi berdiameter 457 meter melintasi Bumi dan jatuh di Depok, hantamannya akan melumatkan kehidupan lebih dari setengah juta jiwa. Daerah sekitar Pondok Cina hingga Sawangan Baru hancur lebur menjadi kawah raksasa.
Ledakannya sendiri setara 9 gigaton TNT, beberapa kali lipat lebih kuat dari bom nuklir terbesar di dunia. Saya tahu semua ini dari Asteroid Launcher, peta interaktif yang memperkirakan dampak tabrakan benda luar angkasa di seluruh muka Bumi.
Pada Asteroid Launcher, simulasi tabrakan asteroid menggunakan rekaman satelit yang berasal dari Apple Maps. Kita bisa meluncurkan berbagai jenis asteroid ke semua lokasi yang diinginkan. Seberapa parah kerusakannya ditentukan berdasarkan ukuran asteroid.
Lapisan visualisasi Asteroid Launcher luar biasa mengesankan. Semua wilayah yang terkena dampak bisa kita lihat dengan jelas. Kita cukup menggeser dan memperbesar peta. Setelah itu, kita dapat mempelajari jumlah korban, gelombang kejut hingga bencana yang mungkin terjadi setelah asteroid jatuh.
Sekarang, mari kita coba menjatuhkan asteroid kaya emas di DKI Jakarta. Saya pilih ukuran maksimal 1 mil (kira-kira 1.600 meter). Hantaman asteroid akan membentuk kawah selebar 45 kilometer—dari Depok, Bekasi hingga Tangerang Selatan ikutan kena. Bola api akan menghanguskan seluruh provinsi Jawa Barat, dan panasnya terasa sampai ke Bandar Lampung.
Benturan asteroid akan menghasilkan serangkaian gelombang kejut dengan kekuatan 243 desibel, yang dapat meruntuhkan bangunan rumah sejauh 494 kilometer dari pusat ibu kota. Risiko kematian mencapai 99 persen di Jakarta.
Asteroid Launcher dikembangkan oleh Neal Agarwal, yang berjiwa kreatif dalam dunia coding. “Saya suka membayangkan skenario bencana, jadi tertarik mewujudkan alat yang mampu memvisualisasikan efek bencana alam besar,” ungkapnya saat dihubungi Motherboard, rubrik teknologi VICE. “Alasan saya memilih asteroid yaitu karena dampaknya begitu hebat.”
Proses penciptaan simulasi tidak seseru saat dimainkan, karena melibatkan banyak sekali rumus dari karya ilmiah Dr. Gareth Collins dan Dr. Clemens Rumpf yang mendalami risiko dampak asteroid. Menurut Agarwal, mempelajari fisika asteroid menjadi tantangan terbesar selama mengembangkan Asteroid Launcher.
“Untuk menciptakan simulasi dampak asteroid, kita butuh informasi dari seluruh bidang penelitian. Pengerjaannya memerlukan superkomputer supaya bisa mendapatkan hasil paling akurat,” terangnya. “Tapi untungnya, ada banyak sumber bagus seperti karya ilmiah Dr. Gareth Collins, yang menyederhanakan persamaan dan membuatnya lebih mudah diakses.”
Konsep Asteroid Launcher mirip Nuke Map, yang memproyeksikan efek perang nuklir di seluruh dunia. Namun, desain visual simulasi teranyar lebih mantap. Tanda bola api yang berdenyut di atas peta menunjukkan betapa dahsyat kobarannya. Penjelasan seputar dampaknya bagi kesehatan, seperti luka bakar dan kerusakan paru-paru, membuat informasinya terasa semakin menegangkan.
Sejauh ini, reaksi yang diterima Agarwal sangat positif. Beberapa juga menggelitik perutnya. “Tampaknya orang menggunakan simulasi untuk bersenang-senang. Saya melihat beberapa mencoba meluncurkan asteroid ke tempat kerja mereka,” kata Agarwal. “Komentar favorit saya ada di Reddit. Orang itu bilang, ‘saya puas melihat asteroid mampu menghancurkan kantor, sedangkan kontrakan saya selamat dari benturan.’”