Jutawan atau miliarder biasanya punya stereotipe bisnis tertentu. Tidak banyak orang yang mengasosiasikan pedagang kaki lima, yang berjualan di pinggir jalan karena tak memiliki toko permanen, sebagai jutawan. Namun pandangan macam itu berpotensi keliru besar. Contohnya lihat saja situasi di India.
Berdasarkan sensus Ditjen Pajak India yang digelar akhir Juli 2021, ternyata banyak pedagang kaki lima statusnya adalah jutawan, dengan penghasilan berkali-kali lipat di atas upah minimum. Mereka memang tidak memakai kemeja dan dasi, atau mengendarai mobil mewah, namun soal harta bisa bersaing dengan CEO perusahaan menengah.
Sensus Ditjen Pajak itu menetapkan lebih dari 250 pedagang kaki lima memiliki kriteria penghasilan sekelas jutawan. Angka itu baru dari satu kota saja lho, tepatnya di kota Kanpur, kawasan utara Negeri Sungai Gangga. Pedagang kecil yang ternyata tajir itu ada yang berjualan buah, makanan, jasa sedot WC, peloak besi, hingga warung kelontong. Temuan di Kanpur itu mengindikasikan situasi tak jauh berbeda di kota-kota India lainnya.
Total aset para jutawan “diam-diam” dari satu kota ini ditaksir mencapai 37,5 juta Rupee (setara Rp72 miliar). Banyak dari mereka memiliki lebih dari satu rumah, mobil sedikitnya tiga, dan tak sedikit yang mengemplang pajak bertahun-tahun. Selain itu, ratusan pedagang kaki lima itu menjadi tuan tanah dengan luas ratusan hektar di pedesaan sekitar Kanpur.
Problemnya, seperti disimpulkan dari hasil sensus, para pedagang kaki lima yang sukses itu secara sadar menghindari pajak. Modusnya adalah membeli properti memakai nama famili jauh, atau menaruh uangnya di koperasi simpan pinjam tanpa izin, yang tidak terpantau bank sentral.
Temuan serupa pernah didapat Ditjen Pajak India lima tahun lalu, saat meneliti para pengusaha UMKM di Kota Hyderabad. Total aset mereka, setelah dilacak, ternyata mencapai 600 Juta Rupee (setara Rp114 miliar). Lagi-lagi, dengan berbagai cara, para pedagang itu memakai status UMKM untuk menghindar dari kejaran pajak.
Meski demikian, bukan berarti menjadi pedagang kaki lima di India menjanjikan sukses yang instan. Mereka yang tajir itu bekerja 12 jam per hari, dan sering mendapat diskriminasi karena biasanya berasal dari kasta rendah. Sama seperti di negara berkembang lain, pedagang UMKM di India juga kerap diperas oleh preman dan polisi supaya bisnisnya tak terganggu.
“Realitasnya sehari-hari kami berhadapan dengan razia satpol PP dan harus menyuap supaya dagangan tidak disita,” kata Hari Pujan, seorang pedagang buah saat diwawancarai The Guardian.
Diperkirakan ada lebih dari 600 ribu orang di India berprofesi sebagai pedagang kaki lima. Angka itu berarti setara 4 persen populasi pekerja produktif di kawasan perkotaan India. Bisnis sektor informal ini memiliki perputaran uang sekitar 800 juta Rupee (setara Rp140 miliar) saban hari, dan menyerap tenaga kerja amat banyak.
Follow Shamani di Instagram dan Twitter.