Dulu sebelum ada yang namanya Instagram, peserta didik baru biasanya akan disuruh masuk grup sekolah atau kampus di Facebook. Di grup-grup ini, mereka bisa berbagi informasi seputar kegiatan akademis, atau sekadar menanyakan tugas ke anak kelas lain. Meski sesekali ada juga yang mengajak patungan fotokopi kisi-kisi soal ujian.
Begitu juga halnya di Filipina. Grup FB semacam ini umumnya berfungsi sebagai tempat menjual atau barter buku bekas, dan meminjam jas lab bagi mahasiswa berkantong pas-pasan. Namun, mahasiswa 22 tahun bernama Fritz Sy menemukan banyak hal tak lazim setelah bergabung ke grup FB sebuah universitas di negara tersebut. Alih-alih orang buka PO risol atau kerajinan tangan untuk danus, yang ia lihat justru iklan pulau pribadi dengan harga fantastis.
Fritz merasa ini sangat janggal. Sebagian besar anggota grup masih berstatus mahasiswa, sehingga mustahil mereka punya uang sebanyak itu untuk beli barang-barang mewah — kecuali dompet ayah ibu mereka tebal tentunya. Tapi kenyataannya, iklan jualan pulau atau mobil mahal bukan pemandangan aneh di grup-grup perguruan tinggi bergengsi.
“Saya pernah lihat orang menjual gedung kantor seharga ratusan juta Peso, [dan] helikopter bekas seharga 30 juta Peso (Rp8,3 miliar),” ungkap Andrea Atienza, 25 tahun, saat ditanya pengalamannya menemukan lapak barang mewah di grup kampus.
“Kalau tidak salah, teman saya pernah [mengiklankan] mansion kosong, dan rumah tepi pantai dengan helipad. Harganya mencapai 8-9 digit,” kata Kio Llovares, 22 tahun, anggota grup FB lain.
Rupanya, iklan real estat cukup sering muncul di grup-grup semacam ini. Krista bercerita pernah menjumpai postingan seseorang yang menjual tiket masuk resor mewah pada grup FB yang sama dengan Kio. Krista menggunakan nama samaran untuk menjaga privasi.
“Saya pernah melihat iklan properti seharga 200 juta Peso (Rp55 miliar) dan kartu anggota (atau voucher) yang belum terpakai untuk menginap di [hotel bintang lima] Amanpulo,” tutur Krista, yang menggunakan nama samaran untuk melindungi privasi.
Di salah satu grup, kamu bahkan akan menemukan setidaknya tiga iklan pulau pribadi jika mencari kata kunci “island”.
Selain properti, kendaraan dan perhiasan mewah juga banyak dijual di grup-grup mahasiswa ini. Jam tangan Rolex, cincin atau kalung warisan dan pakaian bermerek hanyalah beberapa contohnya. Andrea sendiri pernah melihat mahasiswa berusaha menjual jangkar kapal karena ngebet nonton konser Paramore.
Tak jarang pula ditemukan benda koleksi aneh, seperti batuan luar angkasa. “Ada yang berjualan meteorit,” kata Christine Saavedra, 28 tahun. Namun, iklan itu langsung dihapus begitu ketahuan sang penjual bukan mahasiswa dari kampusnya.
Sebagian besar grup FB dibuat oleh para mahasiswa, dan tidak terhubung langsung dengan pihak kampus. Grup-grup ini cenderung dijadikan tempat bertukar informasi, tapi sayangnya, terkadang ada saja orang-orang yang memanfaatkannya untuk berjualan.
“Saya berasumsi mereka… punya anggaran lebih dan mungkin tertarik membeli produk saya,” kata Albert Sarabia yang sering berjualan di grup Facebook mahasiswa. Dia menambahkan banyak anggota membuat postingan “just in case” kalau-kalau ada kenalan yang “tertarik membeli barangnya”.
Sementara itu, orang lain melihat postingan semacam ini sebagai bentuk pamer kekayaan.
“[Menurut saya,] orang yang membuat postingan cuma ingin pamer dan tidak benar-benar ingin menjual pulau. Saya tak yakin ada mahasiswa atau bahkan alumni yang mampu membelinya,” Jadrin Edison Jetha, 24 tahun, berpendapat.
Andrea dan Christine merupakan admin grup jualan untuk para mahasiswa di sebuah universitas terkemuka di Filipina. Christine bisa berkuliah karena bantuan dana, sehingga dia terperangah menyaksikan pertunjukan kekayaan ini.
Dia belum bisa melupakan lapak mahasiswa yang ingin menjual tas Chanel seharga 100.000 peso, hampir Rp28 juta, di grup yang ia kelola. Penjual mengaku kalap saat membelinya, atau “tidak sengaja beli dua tas.”
“Gimana ceritanya kamu bisa tidak sengaja beli dua tas bermerek?” tanya Christine penuh rasa penasaran.
Bagi yang lain, postingan semacam ini lucu sekaligus mengganggu.
“Saya geli, terperangah sekaligus terkejut melihat iklan barang mewah,” tutur Murphy Ryan Pe, 31 tahun. “Grupnya secara mikrokosmis mencerminkan polaritas ekstrem Filipina dan realitas sosial di negara ini.”
Follow Nikki Natividad di Instagram.