Bagi Prakriti, mencari nafkah sebagai pramugari tampak seperti peluang sempurna untuk terbebas dari kehidupan yang menyesakkan di gang kecil Khirki Extension, New Delhi. Impiannya terwujud sekitar 11 tahun lalu, dan kini dia melayani penumpang di maskapai Qatar Airways. Tapi rupanya, kenyataan tak seindah bayangan.
Di minggu pertamanya, Prakriti harus berurusan dengan pengusaha resek berusia 80-an yang duduk di first class. Sambil pamer jam tangan mewah, dia minta dituangkan sampanye.
“Yang membuat saya terkejut yaitu dia memintaku menuang sampanye langsung ke mulutnya,” kenang perempuan yang menolak menyebutkan nama belakangnya untuk menghindari masalah hukum. “Kami telah diajari menjaga sikap saat menerima permintaan semacam itu, tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa karena sejak kecil saya takut dengan figur otoritas yang mengintimidasi. Saya hanya bisa diam tak berkutik.”
Pengalaman menjengkelkan dan mengerikan seakan telah menjadi santapan sehari-hari pramugari, terutama bagi anak baru. Penumpang kaya memandang pramugari sebelah mata dan memiliki berbagai permintaan aneh yang kerap membuat mereka bingung.
Warga Mumbai bernama Steffi Kingham, yang sedang menjalani cuti panjang setelah hampir 10 tahun mengudara, menceritakan sikap kasar yang diterima juniornya.
“Kebijakan standar kami biasanya membatasi pemberian minuman beralkohol sebanyak dua kali. Tapi bisa lebih dari itu jika penumpang tidak gampang mabuk,” terangnya. “Ada penumpang laki-laki yang sudah cukup mabuk, tapi dia minta tambah minuman. Pramugari junior di kru saya menenangkannya dengan memberi roti lapis. Dia menerima roti itu, lalu melemparnya secara agresif ke wajah junior.”
Rekan kerja Kingham juga membeku seperti Prakriti. “Saya turun tangan dan mengatakan dengan tegas ini tidak pantas terjadi. Pesawat kami akan tiba di Bangkok satu jam lagi, jadi kami tidak melayaninya sama sekali sepanjang perjalanan.”
Sang junior trauma diperlakukan seperti itu. Dia gundah gulana dan tidak fokus kerja selama beberapa hari.
Kingham mengalami hal serupa bertahun-tahun sebelumnya. Tapi kala itu, dia ditawari menjadi mantu. “Saya ngobrol dengan perempuan Kanada yang terlihat ramah. Tapi 15 menit kemudian, dia meminta saya menikahi putranya dan ikut pulang ke Kanada. Dia serius ingin menjadikanku mantu.”
Sisa perjalanannya, yang masih lima jam lagi, terasa amat canggung. “Ada peraturan tak tertulis bahwa anggota kru lain akan menggantikan seseorang yang menjadi target penumpang,” tutur Kingham, yang berusaha sekeras mungkin menghindari tatapan perempuan yang tak pernah lepas darinya.
Sebelum pandemi, Maithili sering melakukan perjalanan panjang. Dia pun dibuat pusing oleh permintaan penumpang. “Saat terbang ke Dubai, seorang ibu di kelas bisnis membawa tiga anak yang belum 10 tahun. Ketiganya tampak lelah dan rewel,” ujar perempuan yang meminta nama belakangnya dirahasiakan. “Sang ibu meminta bantuan kami untuk mengurus anak-anaknya karena ingin tidur sebentar. Dia bilang pengasuhnya sedang sakit. Dia benar-benar menyuruh saya, pilot atau siapa pun yang bisa menghibur anak-anak agar tidak mengganggu waktu tidurnya. Ketika kami menolak, dia mencak-mencak sampai ketiga anaknya menangis. Kami akhirnya kewalahan menenangkan mereka.”
Jumlah penumpang kaya yang emosian semakin meningkat di seluruh dunia, khususnya setelah pandemi. Survei terbaru menemukan hampir 85 persen pramugara-pramugari menghadapi pelecehan selama penerbangan.
Mei lalu, pihak berwajib San Diego menangkap perempuan 28 tahun yang menyerang pramugari secara fisik hingga dua giginya patah dan wajahnya luka-luka. Dua bulan kemudian, penumpang rute Philadelphia-Miami diikat ke bangku setelah menggrepe-grepe dan menonjok awak kabin. Sebelum menonjok, dia dikabarkan berteriak kalau orang tuanya kaya raya. Dia diamankan polisi setibanya di bandara.
Selain lamaran yang tak diinginkan, banyak juga yang ditawari menjadi sugar baby pengusaha paruh baya. Kingham dan Prakriti mengatakan ini umum terjadi. Menurut mereka, penumpang berasumsi pramugari hidup pas-pasan dan takkan menolak jika diberi tawaran seperti itu.
“Pemain kriket terkenal asal Sri Lanka bepergian sendirian. Dia memberi tahu kalau mata saya merah,” kenang Aparajita yang saat ini bekerja untuk maskapai baru. Dia juga tidak mau menyebutkan nama belakang.
Atlet itu seenaknya mengira Aparajita kurang tidur karena habis putus cinta. “Seolah-olah beritikad baik, dia bersedia menjadi sugar daddy supaya saya tidak ‘sengsara’ lagi.”
Pacar Aparajita kebetulan penggemar setia pemain kriket itu. Bukannya memercayai cerita sang kekasih, dia justru membela mati-matian idolanya.
“Yang paling bikin saya patah hati adalah dia tidak memercayaiku,” keluhnya. “Dia tak henti-hentinya menunjukkan betapa ramahnya pemain kriket itu di depan penggemar dan media. Saya langsung minta putus keesokan harinya.”
Follow Arman Khan di Instagram.