Berdasarkan bocoran email yang terbukti valid dari kelompok hacker, terkuak fakta bahwa anggota militer Meksiko berbisnis dengan kartel narkoba. Bisnis itu mencakup penjualan granat, baju taktis, bocoran informasi A1, hingga amunisi.
Transaksi yang berhasil dilacak oleh hacker terjadi pada 31 Mei 2019. Kala itu beberapa anggota militer menawarkan 70 granat tangan ke jaringan kartel dengan banderol 26 ribu peso (setara Rp20 juta). “Dari jumlah yang ditawarkan itu, pihak kartel membeli dulu 8 granat, dalam transaksi yang berlangsung di Negara Bagian Atlacomulco,” demikian kutipan email tersebut.
Dokumen-dokumen ini berasal dari hasil investigasi internal Kementerian Pertahanan Meksiko yang belum pernah diumumkan ke publik. Kelompok hacker yang meretas dokumennya menamakan diri Guacamaya. Total dokumen yang disebarluaskan sebesar 6 terabita, mencakup 4 juta arsip seperti surat dan memo, menjadi pembocoran data terbesar sepanjang sejarah Meksiko.
Pelaku penjualan granat dan info ke jaringan kartel itu dijuluki “Antiguo” (artinya si tua). Hal itu menandakan pelakunya adalah pejabat yang cukup berpengaruh di Angkatan Darat. Pelaku juga berkoordinasi dengan bawahan dari Markas Infanteri 1 Ibu Kota Mexico City.
Jika mengacu pada bocoran data tersebut, militer yang nyambi bisnis ilegal ini turut menawarkan teropong night vision, rompi antipeluru, amunisi, serta info keberadaan kartel rival atau pejabat pemerintah yang jadi incaran pengedar narkoba.
Bocoran email tertanggal 24 Juni 2019 menunjukkan bahwa petinggi angkatan darat lain dengan julukan ‘Nuevo Comandante” menawarkan senapan serbu AK-47, beserta lima ribu amunisi jenis R-15 kepada kartel. Barang-barang tersebut kemungkinan besar dibeli oleh perantara kartel Jalisco.
Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador menganggap remeh bocoran tersebut. Dia menyebut bahwa satu-satunya hal yang paling sensitif dibocorkan oleh hacker, hanya fakta dia mengidap penyakit jantung.