Publik sejak dulu terobsesi dengan kesaksian pilot Angkatan Laut Amerika Serikat yang melihat benda terbang tak dikenal (UFO) dan penyelidikan rahasia Pentagon terhadapnya. Kebanyakan dari kita telah menanti-nanti laporan intelijen resmi yang memaparkan temuan pemerintah AS terkait pesawat asing.
Baru-baru ini ada kabar bahwa bagian dokumen yang tidak dirahasiakan tidak akan memberikan bukti UFO beneran ciptaan makhluk luar angkasa atau teori yang menjelaskan asal-usulnya. Laporan tersebut hanya menekankan UFO bukan bagian dari program rahasia AS. Publik tentunya kecewa mendengar berita ini.
Yang paling menarik dari penjelasan mereka adalah benda yang ditemukan pilot AL Amerika kemungkinan besar hasil eksperimen canggih Tiongkok dan Rusia dengan teknologi rudal eksotis miliaran dolar yang dicurahkan oleh Donald Trump dan sepertinya akan dilanjutkan oleh Joe Biden.
New York Times menjadi media pertama yang menyampaikan berita ini. Pada Jumat waktu setempat, NYT menerbitkan artikel yang — selain memaparkan temuan dasar dan menekankan pemerintah AS tidak dapat membuktikan UFO berasal dari luar Bumi — memberikan penjelasan, dikaitkan dengan seorang pejabat senior yang tidak disebutkan namanya: benda langit asing ini mungkin senjata hipersonik Tiongkok atau Rusia.
Rusia telah banyak berinvestasi dalam persenjataan hipersonik dengan keyakinan memiliki kemampuan menghindari teknologi rudal AS. Tiongkok juga telah mengembangkan senjata hipersonik dan sering memamerkannya saat parade militer. Pejabat AS mengatakan, jika benar pesawat ini milik Tiongkok atau Rusia, kedua negara berarti telah melakukan riset hipersonik yang jauh melampaui perkembangan militer AS.
Wall Street Journal membenarkan para petinggi departemen pertahanan khawatir penampakan UFO adalah misi rahasia musuh asing yang tengah mengembangkan teknologi hipersonik canggih. Mereka menduga Rusia atau Tiongkok telah bereksperimen dengan pesawat hipersonik, yang bisa melesat di udara setidaknya lima kali kecepatan suara.
Masalahnya, tidak ada yang namanya senjata hipersonik di dunia ini. Istilah hipersonik sering digunakan untuk menggambarkan berbagai teknologi yang belum terbukti, seperti kendaraan boost-glide dan rudal jelajah. Ini tidak ada bedanya dengan peluru kendali balistik yang sudah lama diandalkan berbagai negara karena kecepatannya—ICBM (peluru kendali balistik antarbenua) dapat meluncur 20 kali kecepatan suara. Ini karena bergerak pada ketinggian yang relatif rendah, bukan karena meninggalkan atmosfer sebelum turun ke sasaran.
Cameron Tracy mendalami kontrol senjata nuklir untuk Union of Concerned Scientists. Dia mempublikasikan karya ilmiah yang membahas klaim tentang senjata hipersonik dalam perspektif matematika. Tracy memberi tahu Motherboard, “Dibandingkan dengan rudal balistik, senjata hipersonik sangat lambat.” Kegunaan utama teknologi ini bukan untuk membuat muatan bergerak atau mencapai target lebih cepat, tapi untuk terbang lebih dekat ke permukaan Bumi. Secara teori, senjata hipersonik dapat menggagalkan sistem pertahanan yang dirancang untuk mencegat rudal saat melakukan perjalanan luar angkasa.
Masalah yang lebih menonjol adalah senjata hipersonik tidak dapat bertindak seperti UFO. Teori pesawat ini dikendalikan alien kayaknya lebih realistis daripada gagasan UFO adalah versi revolusioner dan menentang fisika dari sistem persenjataan yang telah dikenal. Dalam artikel NYT pada 2017, pilot AL Amerika menggambarkan pesawat oval sepanjang 12 meter yang tampaknya muncul dari Samudra Pasifik, melayang, dan kemudian melaju dengan kecepatan tinggi. Menurut Tracy, senjata hipersonik takkan mungkin bisa melakukan ini.
“Mustahil bagi kendaraan hipersonik untuk menyelam di bawah permukaan air,” ujarnya. “Terbang di udara saja, yang kepadatannya cukup rendah dibandingkan dengan air, sudah banyak tantangannya. Ada pemanasan udara yang sangat besar di sekitar kendaraan ketika melalui udara yang cukup padat. Saat melaju dengan kecepatan hipersonik, gelombang kejut terbentuk di dalamnya. Sebenarnya ada beberapa kimia kompleks yang dapat memecahkan molekul di udara.
“Lingkungannya sangat menantang untuk dilalui. Hawa panas akan merusak kendaraan, itu akan menyusutkan permukaannya. Molekul, atom tidak biasa yang sekarang ada di udara akan bereaksi dengan permukaan kendaraan kalian. Tantangannya sangat besar.”
Sederhananya, kendaraan hipersonik tidak mungkin bisa menembus air karena lebih padat daripada udara.
Dua tahun kemudian, pilot angkatan laut AS lain memberikan kesaksian kepada NYT. Dia menceritakan pesawatnya “tiba-tiba berhenti dan belok arah”. Tracy lagi-lagi menegaskan senjata hipersonik tidak dapat melakukan itu. (Pakar yang diwawancarai ABC menyatakan hal serupa.) Dia meragukan gagasan kendaraan boost-glide, yang merupakan tipe tercepat, bisa melakukannya.
“Peluncur hipersonik bisa belok,” terangnya. “Pesawat peluncur ini bisa terbang melalui atmosfer, [dan] menghasilkan daya angkat ketika terbang. Dalam banyak hal, pesawat ini bekerja seperti pesawat komersial yang jauh lebih cepat. Bisa belok, tapi tidak bisa berbelok tajam. Katakanlah melaju dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara, pesawat akan belok dengan menghasilkan gaya angkat. Jadi dalam penerbangan lurus, pesawat akan menghasilkan gaya angkat ke atas untuk melawan gravitasi.
Karena itulah pesawat bisa tetap di atas. Itulah artinya meluncur, seperti pesawat terbang biasa. Peluncur hanya bisa berputar sedikit saat ingin belok, sehingga sebagian dari gaya angkat yang dihasilkannya kemudian mengarah ke kiri atau kanan. Jika kita membayangkan skenario realistis—kalian tidak bisa sepenuhnya berhenti menghasilkan daya angkat karena harus tetap ada di atas—maka gaya belok realistis yang mungkin dihasilkan akan mulai mendorong ke kiri atau kanan pada tingkat tertentu, beberapa percepatan ke arah itu.
“Kalian meluncur ke depan dengan kecepatan 10 kali lipat kecepatan suara, jadi kalau pun memiliki gaya angkat yang sama bertindak sepenuhnya ke kiri atau kanan, kalian membutuhkan waktu untuk benar-benar berputar cepat ke kiri atau kanan. Selama waktu itu, kalian akan terbang lurus ke depan dengan jarak yang sangat jauh. Untuk situasi realistis, kalian mungkin memiliki radius putar ratusan kilometer—ribuan kilometer untuk kecepatan lebih tinggi. Pesawat belok 90 derajat seketika? Itu tidak mungkin. Gaya angkat tidak mungkin melakukannya.”
Ada alasan lebih sederhana yang menunjukkan teori senjata hipersonik ini tidak masuk akal. Sulit dipercaya Tiongkok dan Rusia yang masing-masing menghabiskan kurang dari sepertiga dan seperdua dari pertahanan AS, mampu menelurkan teknologi yang sangat maju sampai-sampai tidak dapat diidentifikasi. Begitu juga dengan gagasan kedua negara ini melakukan inovasi yang lebih canggih dari teknologi saat ini. Tracy menolak berspekulasi tentang kebenaran UFO, tapi dia menekankan “ada banyak penjelasan yang jauh lebih realistis daripada senjata hipersonik kelas baru.”
Terlepas dari fakta yang tidak menyenangkan ini, klaim pejabat yang tidak disebutkan namanya itu telah beredar liar di berbagai tabloid Inggris dan kantor berita Amerika. Media-media tersebut menggambarkan ancaman mengerikan dari persenjataan hipersonik. Anehnya, laporan ini muncul tepat ketika Biden merilis rencana anggaran sebesar $3,8 miliar (Rp54 triliun) untuk persenjataan ini — jauh lebih besar daripada Trump. Padahal, Tracy dan David Wright telah menerbitkan penelitian yang menunjukkan klaim seputar senjata kelas baru tidak masuk akal.
Seperti yang ditulis Tracy dan Wright, “Kesalahan persepsi mengenai kinerja senjata hipersonik bisa bertahan karena organisasi yang mengembangkan senjata ini telah membentuk fakta teknis yang salah secara sosial lalu menyebarluaskannya.”