Sirine udara tak henti meraung-raung di Ibu Kota Kiev, Ukraina, sepanjang Kamis 24 Februari 2022. Sejak dini hari, peluru kendali (rudal) dari Rusia berjatuhan di Ibu Kota, termasuk menyerang bandara internasional. Selain Kiev, kota-kota besar lain, utamanya di kawasan timur Ukraina, turut dibombardir. Rangkaian serangan ini menandai dimulainya invasi skala besar Rusia ke wilayah negara tetangganya itu. Konflik Rusia-Ukraina yang tadinya diyakini bisa disetop lewat diplomasi, terpaksa berujung pada kontak senjata terbuka.
Ribuan orang berusaha kabur dari Kiev untuk menghindari efek perang. Adapun Rusia sudah mengerahkan pasukan darat, termasuk ratusan tank, memasuki wilayah Ukraina. Ribuan tentara Rusia dilaporkan masuk ke Ukraina melalui perbatasan timur, Crimea, serta Belarusia. Invasi Rusia hari ini merupakan aksi militer terbesar satu negara ke negara lain di Eropa sejak Perang Dunia II.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, menyatakan dunia harus bersatu untuk menghentikan ambisi Rusia mendominasi negaranya. “Kota-kota Ukraina yang selama ini cinta damai menjadi korban agresi Rusia. Ukraina akan mempertahankan dirinya dan menang. Dunia pasti bisa terlibat menghentikan Putin,” ujarnya.
Presiden Rusia Vladimir Putin berdalih operasi militer ini tidak untuk menduduki Ukraina, melainkan sekadar memberi dukungan bagi etnis minoritas di kawasan di Donetsk dan Luhansk (biasa disebut Donbas) yang ingin merdeka.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidatonya pada Kamis pagi, menyatakan bangsanya siap melawan balik invasi Rusia. “Kami tidak akan menyerang, tapi mempertahankan kedaulatan. Ketika kalian menyerang kami, yang akan kalian lihat adalah wajah rakyat kami, bukan punggung kami.”
Sementara di tengah rapat darurat Dewan Keamanan PBB merespons eskalasi konflik ini, duta besar Rusia dan Ukraina saling “perang” kata-kata. Dubes Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya di hadapan Dubes Rusia Vasily Nebenzya menyatakan, ”Pak Dubes, penjahat perang akan langsung masuk neraka.”
Sayangnya, dalam setiap perang, pelanduk selalu mati di tengah-tengah. Rakyat sipil di kawasan timur Rusia telah menjadi korban operasi militer tersebut, apapun dalih yang digaungkan Moskow.
Berikut rekaman para jurnalis di lapangan atas situasi terbaru di Ukraina akibat serangan roket Rusia: