Makassar – Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman mengikuti Peresmian Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2021 dari Baruga Lounge Kantor Gubernur Sulsel, Rabu, 25 Agustus 2021.
Dengan tema “Mendorong Peningkatan Peran UMKM Pangan Melalui Optimalisasi Digitalisasi untuk Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Stabilitas Harga Pangan”, turut hadir mendampingi Plt Gubernur, diantaranya Deputi Kepala Perwakilan BI Sulsel, Fadjar Majardi; serta beberapa Kepala OPD Lingkup Pemprov Sulsel.
Plt Gubernur Sulsel, Andi Sudirman mengatakan, mendukung langkah Presiden untuk meningkatkan perekonomian dari komoditas pertanian. Apalagi Sulsel dikenal sebagai wilayah yang kaya akan hasil pertanian.
“Bapak Presiden meminta tim TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) agar bukan fokus masalah inflasi, juga fokus memacu produk dalam negeri untuk komoditas unggulan. Dalam rangka memperbaiki struktur ekonomi kita, seperti tanaman porang,” ungkapnya.
Guna menjaga stabilitas harga bahan pokok, kata dia, Pemprov Sulsel terus memaksimalkan optimalisasi ekspor, utamanya komoditas pertanian.
Deputi Kepala Perwakilan BI Sulsel, Fadjar Majardi menyampaikan, bahwa inflasi tidak bisa terlalu rendah. “Dari sisi perkembangan harganya mungkin bagus karena harga tidak begitu naik tetapi ada indikasi bahwa permintaan kita sedang lemah. Untuk Inflasi di Sulawesi Selatan fluktuatif lebih tinggi sedikit, itu juga terkait dengan pertumbuhan di sini lebih besar daripada nasional. Jadi tingkat permintaannya juga lebih tinggi dan kita jauh melihat aktivitas masyarakatnya/mobilitasnya masih lebih tinggi,” katanya.
Sementara itu, Presiden RI, Joko Widodo mengaku, bahwa perekonomian negara semakin membaik, namun harus tetap menjaga kewaspadaan.
“Alhamdulillah, kuartal 2- tahun 2021, kita mampu tumbuh 7,07 persen (Y-on-Y) dengan tingkat inflasi yang terkendali diangka 1,52 (Y-on-Y). Perlu mengatur keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi. Bagaimana mengatur rem dan gas, penyebaran Covid-19 harus dikendalikan, masyarakat yang rentan harus dilindungi, serta daya beli masyarakat harus ditingkatkan,” jelasnya.
Jokowi pun menekankan beberapa hal. Salah satunya diperlukan menjaga ketersediaan stok dan stabilitas harga utamanya barang pokok. Serta pro-aktif mendorong sektor ekonomi yang tumbuh makin produktif dengan membantu produktivitas petani dan nelayan serta memperkuat UMKM.
“Manfaatkan pandemi ini untuk tingkatkan nilai tambah di sektor pertanian. Selama pandemi, pertanian menjadi salah satu sektor unggulan, karena potensi pasar masih sangat besar, baik dalam negeri maupun ekspor keluar,” ungkapnya.
Jokowi pun mengaku, bahwa masih banyak potensi komoditas ekspor yang perlu dikembangkan. Misalnya porang dan sarang burung walet. Ia pun mendorong UMKM menuju digitalisasi.
“Kita harus serius menggarap ini, bukan cuma meningkatkan nilai tukar petani. Namun, semua harus dipersiapkan dari hulu hingga hilir. Kami juga mendorong percepatan penyaluran KUR kepada masyarakat, khususnya bagi petani serta mempermudah akses pemasaran bagi UMKM,” pintanya. (*)