Berita  

Daftar Komentar Terburuk yang Biasa Kita Dengar Setelah Berat Badan Turun

daftar-komentar-terburuk-yang-biasa-kita-dengar-setelah-berat-badan-turun

PERINGATAN: Artikel ini mengandung penggambaran gangguan makan.

Ketika Adele mengunggah fotonya yang tampak lebih langsing, orang-orang heboh memuji penampilan barunya. Berbagai media bahkan menyebutnya sebagai pencapaian “luar biasa”. Meski pelantun Someone Like You membeberkan turun lebih dari 40 kilo pasca cerai, artikel demi artikel seputar “rahasia diet” Adele terus bermunculan, memberikan saran kepada semua perempuan yang ingin mengikuti jejaknya. Hampir tak ada yang memberitakan dampak yang mungkin ditimbulkan oleh artikel semacam itu pada para pembaca. Yang terpenting, Adele memiliki tubuh ideal.


Kebiasaan mengomentari berat badan orang sangatlah bermasalah, karena hanya akan memperkuat anggapan badan langsing selalu lebih bagus dan siapa pun yang “berhasil” kurus pantas untuk dipuji. Selain itu, ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang kehilangan berat badannya, seperti habis sakit, stres atau mengalami gangguan makan. Sejumlah orang bahkan merasa makin tertekan karena badannya semakin kurus.

Untuk menunjukkan berbadan langsing tak melulu indah, VICE meminta lima perempuan menceritakan komentar terburuk yang mereka terima seputar tubuh mereka.

Jessy*, 32 tahun

Tiga tahun lalu, saya mengalami episode depresi berat untuk pertama kalinya dalam hidup, dan itu menurunkan berat badan. Saya jarang meninggalkan tempat tidur. Tapi sekalinya saya keluar rumah, orang pasti mengomentari badan saya. Komentarnya beragam dari “Kamu kelihatan tidak baik-baik saja” hingga “Tambah cakep, deh” — keduanya membuat situasi jadi lebih sulit. Saya membenci diri saya sendiri, tapi pada saat yang sama, saya jadi kehilangan nafsu makan. Saya suka dibilang cantik tanpa perlu melakukan apa-apa. Saya sedih, tapi juga merasa diakui. Sangat tidak masuk akal orang menafsirkan kurang nafsu makan sebagai sikap positif.

Ayah saya meninggal beberapa bulan kemudian. Itu waktu paling traumatis bagi saya, dan berat turun 10 kilo. Komentarnya tidak dapat dipercaya. Saya merasa bersalah — rasanya kayak mau mati, tapi penampilan luar saya terlihat “menakjubkan”. Teman saya berkata: “Kamu makin cantik. Jangan pernah berubah, ya!” Jadi maksudnya saya harus meratapi kepergian ayah selamanya?

Saya mencoba berpakaian yang tidak menunjukkan badan karena saya tidak sanggup menahan tangis setiap mendengar komentar semacam itu. Hal terburuk dari semua ini adalah saya merasa telah mengkhianati ayah, seolah-olah pujian ini meniadakan kesedihan saya. Beberapa orang bergurau mereka pangling melihatku. Saya memang tidak mengenali diri saya sendiri.

Tammy, 23 tahun

Saya memiliki pola makan yang bermasalah sejak dulu. Saya makan berlebihan saat masih muda, sebagian karena frustrasi. Jadi wajar saja kalau berat badan naik.

Saya memutuskan berhenti menjejali mulut dengan makanan sekitar sembilan tahun lalu. Saya tidak makan selama berhari-hari, dan sekalinya makan, porsinya sangat sedikit. Saya juga mulai banyak berolahraga. Berat badan saya turun drastis, dan orang menyadari itu. Pujian datang dari mana saja. Orang minta tipsnya. Ini akhirnya mendorong saya untuk tidak makan hingga kelaparan. Saya jadi depresi karena tak ada yang memedulikan penderitaan saya di balik badan kurus ini.

Saya berakhir di rumah sakit. Gangguan makan yang saya alami berkurang secara perlahan, setelah menghadapi banyak kemunduran, tapi tetap menjadi perjuangan setiap harinya.

Bea, 32 tahun

Pada 2012, saya merampungkan tesis magister dalam enam minggu. Saat-saat itu sangat menegangkan, jadinya jarang makan dan tidur. Ketegangan dan kecemasannya tetap ada bahkan setelah kelar. Pada akhirnya, saya turun 38 kilogram dan sakit-sakitan. Rambut rontok, lalu gigi dan kulit bermasalah. Badan saya tidak beres.

Saya memiliki hubungan yang sulit dengan tubuh. Saat kecil dulu, saya dirundung karena berbadan gemuk. Saya dijuluki “babi gemuk”, tapi dipuji-puji setelah berat badan turun. Hampir tak ada yang peduli saya lulus cum laude; yang dibicarakan hanya penampilan saja. Saya senang orang-orang tak lagi memanggil saya “babi gemuk”, tapi saya kurusan karena gangguan mental. Itu tidak sehat.

Banyak orang jelas menganggap perempuan wajib berpenampilan cantik, yang berarti langsing. Tak peduli seperti apa perasaanmu, badan kalian jauh lebih penting.

Ena, 23 tahun

Saya menderita kanker tulang saat umur 17 tahun. Terkadang saya terlihat seperti ikan buntal yang kelebihan kortison, tapi ada kalanya saya terlihat seperti calon model America’s Next Top Model. Saya tidak suka dua-duanya. Saya belum bisa makan dengan benar, jadi saya menonton video masak-masak sepanjang hari dan membayangkan apa yang ingin saya makan suatu hari nanti.

Baru-baru ini, saya menceritakan masalah kesehatan kepada teman. Saya memberi tahu kalau berat saya turun enam kilo. Teman saya malah bilang, “Yah, setidaknya ada sisi positif dari situ.” Saya tidak paham apa yang bagus dari tidak bisa makan. Karena pengalaman pribadi, saya tidak pernah mengomentari penampilan orang, kecuali kalau saya sangat mengkhawatirkan kesehatan mereka. Itu pun akan saya lakukan dengan hati-hati.

Julia, 22 tahun

Depresi sering kambuh sejak saya masih 12 tahun, dan terus berlanjut sekarang. Tahun lalu, saya mengalami lebih dari satu episode dan akhirnya menjadi depresi hebat.

Saya susah makan dan sering kali terasa mustahil untuk melakukannya. Berat badan saya terus turun. Saya mulai menerima pujian ketika badan saya sangat kurus. Saya berusaha menutupinya dengan pakaian tertentu, tapi masih menerima pujian dari orang lain. Saya tidak pernah mengucapkan terima kasih. Saya kurus bukan karena kepengin, dan saya tidak pernah melihatnya sebagai pencapaian.

Pulang ke rumah orang tua saat Natal merupakan tantangan bagiku. Saya bertemu teman lama dan mereka bilang saya “makin cantik”. Saya kesal mendengarnya karena pencapaian terbesar saya yaitu melawan depresi. Setiap ada yang memuji penampilan, saya harus menahan diri agar tidak berpikir berat badan satu-satunya yang bisa saya kendalikan. Saya jadi bertanya-tanya: akankah orang-orang ini menganggap saya jelek kalau sehat lagi dan tampak lebih besar?

*Nama telah diubah

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Germany.