Iran dan Amerika Serikat terlibat dalam perang bayangan untuk mendominasi Timur Tengah, dan tampaknya perang ini dimenangkan Iran. Pada Maret 2021, VICE mengirim kru dokumenter ke Iran, bersama salah satu pendiri kami, Suroosh Alvi, untuk meliput kasus pembunuhan beberapa ilmuwan nuklir terkemuka di Iran—yang terbaru adalah Mohsen Fakhrizadeh—kepala program nuklir di negara tersebut.
Fakhrizadeh tewas dibunuh awal 2020. Pelakunya diduga mata-mata Israel yang memasang senapan mesin dengan kendali AI ke mobil sang ilmuwan. Mobil tersebut meledak setelah tugasnya selesai.
Sulit bagi jurnalis Amerika untuk mengunjungi Iran. Apalagi sejak pandemi, negara ini tidak mengizinkan wartawan asing untuk masuk—mengingat Iran menjadi yang paling terdampak Covid-19 di Timur Tengah.
Kami benar-benar tidak menyangka permohonan visa untuk meliput disetujui. Kru VICE bisa masuk dengan mudahnya.
Selama di Ibu Kota Teheran, kami berhasil mewawancarai terduga pejuang ISIS yang ditangkap oleh milisi Irak yang didukung Iran—momen yang sangat langka bagi media asing.
Suroosh lalu bertemu dengan Fereydoon Abbasi, ilmuwan nuklir lain yang sempat menjadi korban aksi percobaan pembunuhan pada 2010. Saat itu, mobil Abbasi telah ditempelkan bom.
Kami ngobrol dengan Abbasi di pameran mobilnya yang rusak karena bom. Begitu selesai wawancara, dia mengaku takut pergi ke tempat umum sejak insiden itu.
Kru VICE bahkan mendapat kehormatan berbincang dengan Hossein Amir-Abdollahian, mantan tangan kanan Qassem Soleimani yang tewas dalam serangan drone Presiden AS Donald Trump pada awal 2020.
Soleimani, yang menurut AS tangannya berlumuran darah bangsa Amerika, mengerahkan milisi di seluruh wilayah, termasuk Irak, untuk memproyeksikan kekuatan Iran dengan efektivitas yang mengerikan.
Kelompok tersebut memerangi ISIS baru-baru ini. Menurut Amir-Abdollahian dan banyak lainnya, Iran tidak berusaha mengendalikan Timur Tengah, tapi hanya ingin mengisi kekosongan pasca invasi AS ke Irak dan kekisruhan yang berlangsung hampir 20 tahun.
Tak pernah terpikirkan oleh kami bisa menjumpai Organisasi Badr, kelompok milisi Soleimani yang terbesar dan paling aktif di Irak. Tapi nyatanya, Suroosh ditawari untuk bertemu.
Kru VICE melakukan perjalanan darat dari Teheran ke Baghdad untuk menemui pemimpin kelompok, Hadi al-Amiri.
Bukan hal baru bagi Iran mengisi kekosongan yang ditinggalkan AS di Timur Tengah, tapi hasil dari perjalanan kami menunjukkan prosesnya begitu lengkap, setidaknya di Irak.
Amerika Serikat dan sekutunya Israel masih mengobarkan perang bayangan dengan metode pembunuhan, tapi untuk saat ini Iran telah memperkuat cengkeraman di negara tetangga.
Iran menggelar pemilihan presiden pada Jumat. Politikus garis keras anti-AS diprediksi akan menggantikan presiden saat ini. Jika sampai itu terjadi, hubungan Iran dengan Barat kemungkinan akan semakin buruk.
Ini bisa menjadi bencana besar bagi Iran, apalagi kondisi perekonomian negara sedang lesu.
Saksikan perjalanan VICE di Iran dan Irak dalam video berikut ini: