Menulis surat lamaran adalah bagian paling menyebalkan dari melamar kerja. Kita sering kesulitan menghindari pemilihan kata yang membosankan. Tidak gampang juga menonjolkan diri tanpa terkesan berlebihan. Hal ini semakin dipersulit oleh COVID-19 yang membuat banyak orang kehilangan pekerjaan atau terpaksa menjalani apa yang mereka benci.
Kalau harus memilih, kayaknya saya lebih suka mengangkat jemuran dan nonton Vincenzo daripada meluangkan waktu untuk menulis surat lamaran kerja. Saya masih bisa melakukannya kapan-kapan, kalau sudah mendapat inspirasi. Dan rupanya, banyak orang di luar sana yang seperti ini. Mereka menunda bikin surat lamaran sampai benar-benar dibutuhkan.
“[Menulis surat lamaran] sangat jarang dilakukan, makanya kebanyakan orang tidak berpengalaman dengan ini. Istilahnya kita bisa karena terbiasa,” ujar Alison Green, penulis rubrik dunia kerja untuk VICE. Belum terbiasa menulis lamaran, ditambah dengan persaingan yang tinggi, dapat memberikan tekanan luar biasa bagi pelamar kerja. “Kalian mencari pekerjaan yang bisa bertahan lama dan akan berdampak besar pada kualitas hidup serta penghasilan. Pastinya menegangkan!”
Masalahnya, mustahil bagi siapa saja untuk mendapatkan pekerjaan baru tanpa melewati proses ini, sehingga mau tak mau kita harus menghadapinya. Namun, ada beberapa alasan yang mungkin mendasari keengganan orang menulis surat lamaran. Perhatikan apa yang membuat kalian malas, dan ikuti trik-trik berikut untuk mengatasinya.
Kalian tidak memahami fungsi asli surat lamaran
Tak banyak orang mengetahui bahwa surat lamaran sebenarnya bukan untuk menjelaskan singkat apa yang sudah dicantumkan dalam CV.
“Inti dari surat lamaran yaitu menjabarkan kenapa kalian kandidat terbaik [untuk suatu posisi], dan benar-benar terlepas dari isi resume,” terang Green. “Ini kesempatan untuk memperkenalkan siapa dirimu sebenarnya kepada perekrut, bukan hanya apa yang akan mereka lihat dalam riwayat kerjamu. Hal-hal lain, seperti kebiasaan kerja, keterampilan komunikasi dan sosial, serta antusiasme secara keseluruhan untuk pekerjaan itu, juga penting. Surat lamaran yang bagus tidak merangkum isi resume, melainkan menambah detail baru yang tidak ada di resume yang menjelaskan kenapa kamu cocok untuk posisi tersebut.”
Menurutnya, kalian bisa mengingat kembali aspek apa saja dari diri kalian yang pernah dipuji oleh atasan, dan jadikan itu sebagai poin untuk menjual kelebihan diri. “Bisa bekerja dalam tim dan di bawah tekanan” sudah basi, sedangkan “berhasil menarik klien karena XXX” dan semacamnya akan terdengar lebih impresif.
Depresi membuat kalian merasa tidak memiliki keunggulan
Terapis Ashley McHan berujar, depresi mampu menghilangkan kepercayaan diri seseorang, terutama di situasi pekerjaan yang kurang ideal. “Depresi dan sikap rendah diri bisa saling berkaitan,” McHan memberi tahu VICE. “Pikiran kita menjadi sangat negatif saat depresi, apalagi jika itu berkaitan dengan diri sendiri.”
Betapa tidak menyenangkan rasanya dinilai orang lain ketika kalian sedang minder. Namun, perlu diingat bahwa cara orang memandang kalian berbeda dari cara kalian menilai diri sendiri. “Baik itu sedang mengalami imposter syndrome, atau suasana hati buruk dan kita meragukan diri sendiri, kita harus ingat bahwa kita sendirilah yang paling jahat mengkritik diri. Kita memandang diri lebih buruk dari penilaian orang lain,” tuturnya.
Melihat situasi saat ini, perekrut yang baik seharusnya memahami kalian tidak berada dalam keadaan terbaik ketika meninjau lamaranmu. “Perekrut sadar betapa kacaunya kehidupan profesional orang selama pandemi!” Green berseru. “Kalian tidak perlu khawatir dengan stigma tentang pengangguran.”
Kalian akan semakin gelisah jika menundanya
Semakin cepat membuat surat lamaran akan semakin baik. Kalian hanya akan memperburuk perasaan apabila menundanya terlalu lama. “Awalnya memang lega saat menghindarinya, tapi kalian akan tambah stres di kemudian hari,” McHan menegaskan. Saat mengerjakan hal yang sulit, tindakan kecil seperti nonton film atau ngobrol dengan teman bisa meredakan stres untuk sementara. Namun, menurut McHan, cara terbaik menghilangkan stres yaitu dengan menyelesaikan hal yang kalian benci saat itu juga. Dengan demikian, kalian tak perlu lagi memikirkan tugas menyebalkan.
“Stres mendorong kita untuk melalui tantangan,” katanya. “Kalian termotivasi untuk menyelesaikannya supaya tidak stres lagi.” Kita justru mempersulit diri ketika meninggalkan pekerjaan yang belum selesai hanya karena tenggat waktunya masih jauh atau “belum punya mood” untuk melamar kerja. Ketika kita akhirnya harus membuat surat lamaran, “kita tetap ragu dengan diri sendiri dan bertanya-tanya karena tidak pernah memulainya.”
Semangati diri sendiri atau minta bantuan orang lain
Kalian bisa banget, lho, meminta bantuan orang terdekat saat menulis surat lamaran. Yang terpenting, orang itu mengenal dirimu luar dalam.
Green menganjurkan sedikit latihan mental untuk mengurangi tekanan selama menulis. “Saya sering menyarankan untuk bersikap seolah-olah sedang menulis email ke teman dan menceritakan kenapa kalian cocok untuk pekerjaan itu,” terangnya.
Alih-alih membacakan riwayat pekerjaan dengan kaku, Green yakin “kalian akan menceritakan semua keunggulan yang dimiliki dan bagaimana kelebihan itu sesuai dengan posisinya. Lalu kalian menjelaskan apa yang akan dilakukan dengan pekerjaan itu, dan kenapa kalian menyukainya. Itu dasar yang bagus untuk surat lamaran.”
Kalian bahkan bisa mengirim email sungguhan ke teman-teman yang bersedia membantu kalian keluar dari jalan buntu. “Berbicaralah dengan orang-orang yang mengetahui kelebihanmu,” McHan membeberkan. “Kalian juga dapat merenungkan kembali saat-saat kalian meragukan diri sendiri, tapi tetap mampu menyelesaikan sesuatu. Semua orang pernah mengalami ketakutan dan keraguan. Ingatlah masa-masa itu untuk memotivasi diri sendiri.”