Ribuan korban PHK massal pabrik garmen di Thailand menerima pesangon sebesar $8,3 juta (setara Rp121 miliar) yang dibiayai oleh Victoria’s Secret. Ini pertama kalinya merek kenamaan global memenuhi hak-hak pekerja mitra mereka di negara berkembang.
Uangnya akan diberikan kepada 1.250 pekerja yang dipecat dari Brilliant Alliance Thai Global Co Ltd (BAT) karena bangkrut. Sejak gulung tikar pada Maret 2021, pabrik yang berbasis di provinsi Samut Prakan dan perusahaan induk Clover Group di Hong Kong tidak mau membayar pesangon maupun tunggakan gaji.
BAT sebenarnya memasok pakaian dalam untuk beberapa merek kenamaan, seperti Lane Bryant dan Torrid yang menjual produk pakaian dalam berukuran besar, tapi hanya Victoria’s Secret yang sepakat membantu pabrik membayar pesangon.
David Welsh, direktur Solidarity Center di Thailand, menyebut kesepakatan ini berpotensi memberikan dampak positif terhadap pemenuhan hak-hak pekerja.
“Ini belum pernah terjadi dan mewakili model baru—dalam hal skala pesangon dan bunga yang dibayarkan… serta keterlibatan langsung merek tersebut,” terangnya.
Victoria’s Secret menyatakan pihaknya aktif memfasilitasi penyelesaian bersama para pemilik pabrik. “Kami menyesal pabrik tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, sehingga Victoria’s Secret setuju untuk memberi bantuan dana kepada para pemilik guna memastikan para pekerja menerima pesangon yang terutang.”
Langkah ini diharapkan dapat menjadi awal perubahan bagi rantai pasokan global, yang selama ini memiliki rekam kerja buruk dalam hal memenuhi hak-hak pekerja di negara berkembang.
“Sudah waktunya merek-merek global menyadari peran mereka bukan sebatas investor pasif, melainkan penentu tren dalam menetapkan standar tenaga kerja,” ujar Welsh.
Meski pihak Victoria’s Secret tidak mengungkapkan jumlah pesangon yang dibayarkan, dokumen kementerian tenaga kerja Thailand yang dipelajari Reuters menunjukkan angka sebesar 285,2 juta baht (Rp121 miliar). Scott Nova selaku direktur eksekutif Worker Rights Consortium menyebut bagi sejumlah pekerja, pesangon yang diterima setara dengan total upah mereka selama empat tahun bekerja.
Jitnawatcharee Panad, mantan buruh BAT yang kini menjadi presiden Serikat Pekerja Internasional Triumph Thailand, mengungkapkan lebih dari sepertiga buruh pabrik yang dipecat adalah perempuan berusia 45 ke atas.
Follow Gavin Butler di Twitter.