Berita dengan Judul: Bupati Luwu Timur Dukung Pelestarian Revitalisasi Bahasa Wotu pertama kali terbit di: Berita Terkini, Kabar Terbaru Indonesia – Liputan4.com oleh Reporter : Biro Luwu Timur
Bupati Luwu Timur Dukung Pelestarian Revitalisasi Bahasa Wotu
Luwu Timur –Revitalisasi Bahasa Wotu dan Pentas Tari Tingkat SD/SMP berbasis komunitas diselenggarakan oleh Lembaga Adat Wotu bekerjasama dengan Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan. Acara ini juga di hadiri Bupati Luwu Timur, H. Budiman yang di pusatkan di Baruga Ri Tana Mailue Desa Lampenai Kecamatan Wotu, Minggu (24/10/2021).
Salah satu akibat dari perkembangan zaman adalah masuknya budaya asing yang belum tentu cocok dengan adat istiadat dan budaya kita di Bumi Batara Guru. Adat istiadat dan budaya Wotu yang kaya akan makna dan bernilai filosofis yang tinggi termasuk dalam hal ini bahasa, seni tari yang sudah mengakar bagi masyarakat Wotu.
Namun kekayaan dan khazanah tersebut akan bisa terkikis terutama bagi anak muda yang merasa bahwa melakukan budaya luar itu adalah tren dan kekinian. Bila hal tersebut dibiarkan, lambat laun bahasa Wotu tidak akan lestari di negerinya sendiri, di Bumi Batara Guru.
Sudah saatnya kini masyarakat, tenaga pendidik, dan tokoh masyarakat, untuk memberikan edukasi ke anak usia sekolah tentang warisan budaya di Wotu, Sebab, banyak pembelajaran yang dapat digali oleh generasi penerus dari para leluhur di Bumi Batara Guru.
Dr. Nuraidar Agus, M.Hum dari Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan mengatakan bahwa, Balai Bahasa Sulawesi Selatan sudah lama memberi perhatian terhadap bahasa Wotu, yaitu sejak tahun 2015-2018, kemudian dianjutkan kembali tahun 2020-2021 sekarang ini.
“Tahun lalu (2020) kami melakukan penelitian terhadap daya tahan atau vitalitas bahasa Wotu, yang oleh UNESCO sejak beberapa tahun lalu sudah ditetapkan sebagai bahasa hampir punah. Hasil Uji vitalitas bahasa menunjukkan, status bahasa Wotu sekarang ini sudah menuju ke kepunahan atau memasuki masa kristis. Ternyata, Penutur Bahasa Wotu hingga sekarang tinggal sedikit, itupun sudah berusia tua,” ucap Dr. Nuraidar Agus.
Situasi kebahasaan yang dialami oleh bahasa Wotu ini tentu sangat memiriskan, padahal bahasa Wotu kita kenal sebagai salah satu bahasa Tua, induk kerajaan dan tertulis dalam sejarah peradaban Sulawesi Selatan. Banyak penyebab mengapa bahasa Wotu berada pada situasi kritis, karena kurangnya sikap positif para penutur mudanya, tidak digunakan di lingkungan keluarga, tidak digunakan di lingkungan sekolah, didominasi bahasa pendatang.
“Makanya, Badan Bahasa melalui Balai Bahasa Sulawesi Selatan melakukan pelestarian, pelindungan bahasa-bahasa daerah yang hampir punah salah satunya Revitalisasi Bahasa Wotu di Kabupaten Luwu Timur,” ulasnya.
Dr. Nuraidar Agus menjelaskan, kegiatan Revitalisasi yang dilaksanakan ini adalah berbasis komunitas dan selama pelaksanaan kegiatan ini, anak-anak sangat antusias dan bersemangat belajar berbahasa Wotu yang dikemas dalam bentuk permainan rakyat, pembacaan puisi (osso), tarian etnis (Kajangki), dan pantun (eja-eja), nyanyian, yang semua disajikan dalam bahasa daerah. Sungguh menarik dan Luar biasa,” ujarnya.
“Harapan kami, semoga regenerasi dan pembinaan tunas-tunas bahasa Wotu, tidak berhenti pada 25 anak-anak kami ini, dengan segala hormat kami memohon pada Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, Dewan Adat, orang tua, dan masyarakat umum yang ada di Luwu Timur ini untuk bersama-sama melanjutkan pewarisan ini,” tambahnya.
“Sekali lagi saya mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah daerah Kabupaten Luwu Timur, Lembaga Adat Wotu, Pua Macowa Bawalipu, dan Seluruh Masyarakat Wotu, atas kerjasamanya dalam pelaksanaan kegiatan REVITALISASI BAHASA WOTU dan penerimaannya selama kami melakukan kegiatan penelitian terhadap bahasa Wotu,” tutup Dr. Nuraidar Agus.
Sementara Bupati Luwu Timur, H. Budiman dalam sambutannya mengatakan, Pemerintah Kabupaten Luwu Timur mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada segenap penyelenggara utamanya kepada Perangkat Adat 17 Kemacoaan Bawalipu yang menjadi ujung tombak kegiatan ini. Sesuai amanat Pasal 32 Ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
Pemerintah Kabupaten Luwu Timur juga telah berupaya menjadikan beberapa budaya yang ada di daerah ini untuk mendapat pengakuan secara nasional, salah satu upaya tersebut berbuah manis dengan ditetapkannya Tari Kajangki dari Wotu menjadi salah satu warisan budaya tak benda milik Nasional oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
Selanjutnya, Budiman kembali mengharapkan doa dan restu dari semua elemen masyarakat Wotu karena Bahasa Wotu juga sedang dalam garapan Bidang Kebudayaan Dinas Parbudmudora Kabupaten Luwu Timur untuk memperoleh pengakuan warisan budaya tak benda milik Nasional mengikuti jejak Tari Kajangki sebelumnya.
Olehnya itu, sekali lagi Pemerintah Kabupaten Luwu Timur mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan ini, utamanya Tim dari Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan yang terus berkonsentrasi melakukan revitalisasi terhadap Bahasa Wotu. Ini adalah tugas yang tidak ringan untuk mengembalikan Bahasa Wotu menjadi konsumsi masyarakat Wotu seutuhnya.
“Pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama dan bersinergi menjaga dan melestarikan budaya sebagai bagian penting dari identitas dan kearifan lokal dan juga berpotensi menjadi salah satu daya tarik pendukung pengelolaan industri pariwisata. Insya Allah, jika kita mau bersatu, mau bekerja sama, dan mau bergotong royong, semua permasalahan di Kabupaten Luwu Timur ini akan dapat kita selesaikan bersama,” tutup Budiman.
Turut hadir Macoa Bawalipu Ke 61, Bau Muhammad Aras Abdi To Badji Pua Sinri Beserta Para Pemangku Adat 17 Kemacoaan Bawalipu Wotu, Tim Revitalisasi Bahasa Wotu Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Dan Teknologi Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan, Anggota DPRD Luwu Timur, Wahidin Wahid, Heriyanti Harun, Kepala OPD Lingkup Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, Plt. Camat Wotu, Iskandar Muda dan Unsur Tripika Kec. Wotu, Para Kepala Desa se Kecamatan Wotu, Para Bate-Bate Tomengkeni dan Pemerhati Bahasa Wotu. (hms/ikp/kominfo)