Berita  

Buaya Berkalung Ban di Palu Akhirnya Bebas dari Penderitaan Selama 6 Tahun

buaya-berkalung-ban-di-palu-akhirnya-bebas-dari-penderitaan-selama-6-tahun

Pembaca masih ingat cerita buaya berkalung ban yang kesohor dari Kota Palu, Sulawesi Tengah? Akhirnya, buaya malang yang menderita sejak 2016 itu terbebas dari ban motor yang melilit lehernya.

Evakuasi terbaru berlangsung pada Senin, 7 Februari 2022, dilakukan secara swadaya oleh warga Palu bernama Tili. Lelaki asal Sragen, Jawa Tengah itu mengaku terdorong melepaskan sang buaya dari jeratan ban motor, karena dia penyayang binatang. Merujuk laporan Bisnis.com, lelaki 35 tahun itu melakukan persiapan di bawah Jembatan II, Kelurahan Tatura Selatan, untuk memancing sang buaya berkalung ban keluar dari air. Di antaranya memasang jerat tali, bambu, dan seekor ayam sebagai umpan.


“Saya sudah siapkan penangkapan buaya ini beberapa minggu,” ujarnya.

Pada Senin malam waktu setempat, sang buaya terpancing dan akhirnya bisa ditarik Tili yang dibantu belasan warga sekitar sungai. Proses evakuasi ban itu diabadikan oleh akun twitter @etharadar, yang menunjukkan ban motor di leher sang buaya digergaji oleh warga, atas komando Tili.

Setelah ban berhasil digergaji, buaya itu kembali dilepas ke sungai.

Saat diwawancarai Tribun Palu, Tili mengaku menghabiskan ongkos cukup besar dari kocek pribadi untuk memancing sang buaya keluar dari sungai. Total, dia sudah membeli 35 ekor ayam dan juga merpati, dengan kisaran biaya Rp4 juta. Selain itu, piranti lain yang dia gunakan adalah tali kapal sepanjang 300 meter.

Tili mengaku punya pengalaman menangkap burung, ular, hingga buaya selama menetap di Pulau Jawa. Pengalaman itu dia gunakan untuk memacing buaya berkalung ban.

Uniknya, karena belum lama menetap di Palu, Tili tidak sadar kalau upaya evakuasi buaya tersebut selama ini berulangkali gagal. Rasa ibanya muncul ketika tahun lalu dia tanpa sengaja melihat buaya tersebut melintasi sungai Kota Palu sambil terlilit ban motor. “Saya di Palu baru lima bulan, jadi saya tidak tahu kalau buaya itu diburu orang karena terjepit ban,” ujar Tili.

Sedikit pengingat bagi pembaca, upaya membebaskan ban dari leher sang buaya sudah dilakukan sejak 2016. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulteng sampai menggelar sayembara terbuka, termasuk memfasilitasi pakar penjinak binatang liar seperti Matt Wright dari Australia ataupun Panji Petualang.

Sayangnya berbagai upaya tersebut, termasuk perburuan Wright selama delapan hari menyusuri sungai Palu, gagal. Akhirnya, Tili dengan tekad baja dan modal seadanya, berhasil membebaskan sang buaya dari penderitaan.

Terima kasih Tili!