Salah satu perencana serangan teror 11 September 2001 ke Amerika Serikat tewas diserang oleh pesawat tanpa awak (drone). Operasi pembunuhan tersebut diumumkan langsung oleh Gedung Putih.
Ayman al-Zawarhi, militan kelahiran Mesir yang kini tinggal di Afghanistan, terbunuh setelah drone menjatuhkan bom ke rumah jadi yang persembunyiannya. Zawarhi adalah pemimpin de facto organisasi teror Al Qaeda menggantikan Osama Bin Laden yang terbunuh pada 2011, juga oleh operasi militer Negeri Paman Sam.
Presiden AS Joe Biden mengaku memerintahkan langsung serangan drone tersebut dalam jumpa pers. “Pada 31 Juli 2022, sesuai arahan yang saya berikan, militer Amerika Serikat berhasil melancarkan serangan drone di Ibu Kota Kabul, Afghanistan, menewaskan Ayman al-Zawarhi,” ujar Biden. “Dia terlibat aktif merancang serangan teror yang kini kita kenal sebagai tragedi 11 September.”
Biden menambahkan bahwa tewasnya Zawarhi, “merupakan cara kita mengupayakan keadilan bagi korban teror yang dia lakukan semasa hidup.”
Zawarhi dilaporkan tinggal di sebuah rumah bertingkat kawasan padat Kabul, yang menjadi lokasi persembunyian bagi banyak anggota Al Qaeda. Roket dari drone itu ditembakkan pada pukul 6 sore waktu setempat, ketika satelit AS mendapat indikasi Zawarhi sedang bersantai di balkon.
Amerika Serikat mengklaim tidak ada warga sipil yang tewas, termasuk anggota keluarga Zawarhi, dalam serangan roket tersebut. Meski begitu tidak ada sama sekali prajurit AS berada di lokasi kejadian untuk melakukan verifikasi saat serangan drone dilancarkan.
Taliban, penguasa Afghanistan yang secara organisasi tidak akur dengan Al Qaeda, menyesalkan serangan drone AS. Juru bicara Taliban mengingatkan seharusnya Amerika memberitahu mereka terlebih dulu jika ingin menembakkan roket ke kawasan padat penduduk di ibu kota Kabul.
Amerika Serikat berdalih Taliban tahu bila Zawarhi masuk negara mereka namun diam saja. Menurut pejabat keamanan AS, tindakan Taliban masuk kategori pelanggaran perjanjian Doha, yang jadi dasar gencatan senjata antara Taliban-AS. Itu sebabnya, Amerika langsung mengirim drone tanpa meminta persetujuan mujahid yang menguasai Afghanistan.
Zawarhi mulai tinggal di Kabul sejak awal 2022, untuk berkumpul dengan keluarganya. Dia tidak pernah meninggalkan rumah persembunyian itu sama sekali selama di Afghanistan.
Selama bertahun-tahun, Zawarhi selalu masuk daftar teroris yang paling diburu Amerika Serikat. Dia yang aktif merekrut pelaku serangan teror 11 September, termasuk merencanakan pola serangannya dengan membajak pesawat untuk menabrakkannya ke WTC, Gedung Pentagon, hingga Gedung Putih (namun target yang terakhir gagal dieksekusi).
Setelah Bin Laden ditembak mati tentara AS di Abbottabad, Zawarhi segera menjadi pemimpin terbaru Al Qaeda. Namun organisasi itu melemah karena petingginya sudah banyak yang dibunuh oleh CIA. Al Qaeda juga tidak akur dengan organisasi teror lain, khususnya ISIS, sehingga sumber daya mereka menyusut.
Sejah menjadi petinggi Al Qaeda, Zawarhi lebih sering merilis video-video khotbah, yang isinya mengajak pengikutnya agar kembali menyerang AS. Namun pengaruhnya bagi kalangan jihadis semakin melempem ketika ISIS naik pamor. Sebelum akhirnya terbunuh serangan drone, kesehatan Zawarhi yang sudah masuk usia senja dikabarkan sangat memburuk. Itu sebabnya dia memilih berkumpul dengan keluarga di Afghanistan.