Sekelompok tentara AS menenggak darah yang menetes dari bangkai ular di pedalaman hutan Thailand. “Rasanya amis kayak ikan,” seorang peserta berkomentar dalam video yang direkam pada 2018.
Minum darah ular sudah menjadi rutinitas anggota militer yang berpartisipasi dalam latihan bersama Cobra Gold yang diselenggarakan setiap tahun di Thailand.
Awalnya dimaksudkan untuk memfasilitasi tentara AS dan Thailand bertukar taktik dan keterampilan militer, acara ini berkembang menjadi pelatihan bertahan hidup di tengah hutan selama 10 hari. Peserta diwajibkan makan kalajengking dan tokek, serta minum darah ular.
Namun, ritualnya menuai kecaman dari berbagai kelompok penyayang binatang. People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) menjadi yang paling lantang menyuarakan dihentikannya praktik tersebut. Mereka menyebut latihan bertahan hidup ini sama saja dengan menganiaya hewan. Organisasi pelindung satwa itu menggelar demo di depan gedung Pentagon di Washington, menghubungi Korps Marinir AS, dan mengirim surat ke perdana menteri Thailand. Mereka juga mendesak Menhan Prabowo untuk menarik TNI dari latihan tersebut.
Kerja keras mereka tampaknya membuahkan hasil. Peserta program Cobra Gold dikabarkan telah dilarang minum darah ular, tapi PETA baru mengetahuinya tahun lalu.
“Pelatihan semacam ini sebetulnya tidak memberikan kemampuan bertahan hidup sama sekali. Korps Marinir AS bahkan telah mengakui tujuan utamanya yaitu untuk mempererat hubungan kedua negara,” ujar Nirali Shah selaku juru bicara PETA Asia. Menurutnya, ada cara yang jauh lebih bagus untuk mempererat persahabatan selain dengan menyiksa hewan.
Rekaman video tahun lalu mempertontonkan tentara Thailand yang mengajarkan cara menguliti dan makan tokek. Dia lalu menyuapi tentara Amerika dengan daging tokek yang sudah mati. Di sana, mereka juga menjajal kalajengking dan darah ular.
Menurut pengakuan PETA, mereka mendengar kabar ritualnya telah dihentikan dari Amnuay Kerdkaew, direktur operasi gabungan Royal Thai Air Force. Amnuay dan Kedutaan Besar AS di Bangkok belum menanggapi permintaan VICE World News untuk berkomentar.
Pelatihan yang diprakarsai Amerika dan Thailand pada 1982 kini melibatkan 29 negara lain, beberapa di antaranya Indonesia, Malaysia, Singapura dan Korea Selatan.