Google tak kunjung mengumumkan apakah mereka akan meningkatkan resolusi citra satelit Israel dan Gaza, meski undang-undang yang melarang citra beresolusi tinggi telah dicabut tahun lalu. Sebelumnya, citra satelit wilayah tersebut tampak kabur karena regulasi Amerika Serikat membatasi kualitas dan ketersediaan gambarnya. Salah satu perusahaan yang digunakan Google Maps juga sudah menawarkan gambar wilayah dengan resolusi tinggi.
Sementara Apple mengatakan sedang memperbarui petanya dengan gambar beresolusi tinggi, Google tidak menjelaskan apa yang ingin dilakukan perusahaan mereka.
“Tak lagi ada alasan membuat citra Gaza beresolusi rendah, mengingat sudah tidak ada batasan legislatif dan citranya telah tersedia,” ujar peneliti Bellingcat Aric Toler saat diwawancarai Motherboard melalui chat online.
Google, dalam keterangan resmi kepada Motherboard, mengklaim pihaknya mempertimbangkan peluang memperbarui citra satelit begitu gambar resolusi tingginya tersedia. Namun, ketika ditanya apakah akan memperbaiki kualitas peta Gaza dan Israel, perusahaan mengaku tidak memiliki rencana untuk membagikannya saat ini.
Citra beresolusi tinggi akan sangat mempermudah pekerjaan peneliti open-source yang membutuhkan foto satelit untuk mempelajari situasi selama konflik. Contohnya, citra satelit terbaru menampilkan keadaan setelah Israel mengebom gedung bertingkat di Gaza. Para peneliti membandingkan citra satelit masa lalu dengan masa kini untuk melihat kerusakan lingkungan, pembangunan pangkalan militer, situs kuburan massal, pembangunan gedung baru, kerusakan akibat peperangan dan berbagai hal lain yang menjadi kepentingan umum.
Gambar-gambar seperti ini berguna untuk memahami ketegangan di Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya 198 orang tewas dalam serangan Israel, dan lebih dari 1.300 warga luka-luka. Sejauh ini, roket Hamas menewaskan 10 orang Israel.
Foreign Policy melansir, gambar beresolusi tinggi dari aktivitas Israel di Palestina tersedia secara luas setelah Amandemen Kyl-Bingaman (KBA) direformasi pada Juni tahun lalu. KBA tadinya membatasi kualitas dan ketersediaan gambar yang diproduksi perusahaan AS terkait Israel dan wilayah pendudukannya.
Namun, ketiga raksasa teknologi Google, Apple, dan Microsoft masih menggunakan citra beresolusi rendah untuk peta wilayah tersebut. Microsoft tidak menanggapi permintaan kami untuk berkomentar. Pada saat artikel ini ditulis, peta Gaza tampak kabur di Bing Maps.
Toler mengungkapkan, Google relatif cepat memperbarui peta dan konflik wilayah lain di Google Maps.
“Google luar biasa responsif ketika memperbarui citra Ukraina timur di Google Maps selama puncak konflik, jadi jelas ada kebijakan internal untuk memperbarui citra di zona konflik yang menarik perhatian banyak pihak,” imbuh Toler.
Google menyatakan perusahaan mengambil citra dari berbagai penyedia sektor publik, pemerintah, komersial dan swasta untuk Google Maps dan Earth. Salah satunya adalah perusahaan data geospasial terkemuka, Maxar Technologies. Menurut cap hak cipta di situs Google Maps, beberapa citra Gaza yang resolusinya rendah berasal dari Maxar.
Maxar telah mengambil dan membagikan setidaknya beberapa citra beresolusi tinggi dari wilayah ini. Christoph Koettl, jurnalis investigasi visual New York Times, mengetwit dua gambar milik Maxar pekan lalu. Gambar-gambar itu dengan sangat detail menunjukkan dampak ketegangan yang sedang berlangsung. Maxar telah membaca permintaan kami untuk berkomentar, tapi tidak memberi tanggapan sebelum artikel ini terbit.