Berita  

Berbagai Cara Licik Konglomerat Rusia Agar Kapal Pesiar Mewah Mereka Tak Disita

berbagai-cara-licik-konglomerat-rusia-agar-kapal-pesiar-mewah-mereka-tak-disita

Prancis masuk deretan negara Barat yang menjatuhkan sanksi dan mengecam keputusan Rusia menyerang Ukraina akhir Februari lalu. Pihak berwajib menyita superyacht bernilai Rp1,7 triliun yang diduga kuat milik salah satu orang dalam Kremlin.

Namun, pengelola kapal pesiar mewah menyangkal kabar tersebut, bahwa superyacht bernama Amore Vero bukan milik Igor Sechin, bos perusahaan minyak Rosneft yang merupakan orang kepercayaan Presiden Vladimir Putin. Berdasarkan pengakuan mereka, produsen kapal Kazimo juga tidak memiliki keterkaitan apa pun dengannya.


“Tuan [Igor] Sechin bukan pemilik kapal pesiar, dan tidak ada hubungannya dengan Kazimo,” demikian bunyi email yang diterima VICE News dari perwakilan perusahaan Imperial Yachts di Monako. “Pengacara Kazimo terlibat aktif dengan bea cukai Prancis.”

Harta kekayaan milik konglomerat, berupa superyacht, pesawat jet pribadi maupun penthouse, biasanya dikelola oleh perusahaan yang dapat merahasiakan identitas pemilik aslinya. Bahkan ada yang mendirikan berbagai perusahaan cangkang di sejumlah tempat untuk menyembunyikan hasil curian atau aset yang tidak dilaporkan.

Seiring meningkatnya tekanan Barat terhadap Rusia, kalangan elit negara itu mulai menguras otak agar lolos dari sanksi yang menghantui mereka. Beberapa memilih tutup mulut dan berpura-pura seolah mereka tidak tahu apa-apa. Akibatnya pihak berwajib kesulitan membuktikan harta kekayaan yang ditemukan memang milik orang-orang berkuasa asal Rusia.

Namun, Amore Vero bukan satu-satunya properti yang sulit dipastikan kepemilikannya. Para pegiat antikorupsi terkadang sampai harus menjelajahi akun Instagram kerabat dan teman-teman pengusaha yang dicurigai menyembunyikan kekayaan mereka.

Laporan investigasi New York Times mengungkapkan, kapal pesiar raksasa senilai $700 juta (Rp10 triliun) ditemukan berlabuh dekat kota kecil di pantai Tuscany, Italia. Warga setempat menjulukinya “Kapal Pesiar Putin”, tapi tak ada yang tahu siapa pemilik sebenarnya.

Kapal pesiar sepanjang 140 meter itu memiliki dua helipad dan perabotan kamar mandi yang dilapisi emas. Namun, tidak ditemukan tanda kapalnya punya presiden Rusia. Sang kapten bersikeras pemiliknya bukan Putin atau pun orang-orang yang masuk daftar sanksi. Sayangnya, dia tidak dapat memberi penjelasan lebih lanjut karena terikat perjanjian untuk menjaga kerahasiaan.

Pada Rabu, Inggris mengumumkan telah menyita pesawat jet pribadi yang mendarat di Bandara Farnborough, Hampshire, sepekan sebelumnya. Pihak berwajib menyelidiki kemungkinan pesawatnya disewakan permanen kepada bos minyak Rusia Evgeny Shvidler, tapi tak menemukan titik cerah.

Sanksi demi sanksi yang dibebankan kepada pengusaha Rusia belakangan ini menunjukkan, ada konsekuensi jika publik mengetahui kekayaan mereka.

Pekan lalu, pemerintah Inggris juga membekukan aset pemilik klub Chelsea, Roman Abramovich, lantaran kedekatannya dengan Rusia. Rencananya menjual klub otomatis gagal, dan tidak ada jaminan hartanya yang bernilai triliunan Rupiah akan kembali.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden belum lama menyatakan niatnya menyita harta kalangan oligarki Rusia. “Dengan ini, saya menegaskan sudah tidak ada tempat bagi para oligarki Rusia dan pemimpin korup yang meraup keuntungan dari rezim biadab,” tandasnya. “Kami akan mengikuti jejak sekutu Eropa dalam melacak dan menyita kapal pesiar, apartemen mewah dan jet pribadi mereka. Kami siap merebut kekayaan kalian yang diperoleh dengan cara buruk.”

Namun, sampai saat ini AS belum membuat pengumuman besar tentang pembekuan atau penyitaan aset konglomerat Rusia.

Beberapa pengamat mengatakan, kenyataannya tidak semudah itu menyita harta orang-orang berpengaruh. Ada berbagai rintangan hukum, serta proses pengadilan berbelit yang harus ditempuh untuk bisa melakukannya. Ditambah lagi, pengusaha kaya Rusia mampu menyewa bantuan hukum terbaik sedunia untuk membebaskan diri mereka dari daftar sanksi.

Pada 2018, Kementerian Keuangan AS menjatuhkan sanksi kepada miliarder Rusia Oleg Deripaska dan beberapa perusahaan miliknya, termasuk produsen aluminium Rusal. Namun, sanksinya dicabut di bawah pemerintahan mantan Presiden Trump setelah Deripaska sepakat untuk mengurangi kepemilikan saham. Dia lalu menuntut agar dirinya dikeluarkan dari daftar sanksi, meski akhirnya dia kalah pada 2021.

Dengan demikian, negara-negara Barat perlu mempertimbangkan berbagai perlawanan keras yang mungkin dihadapi di ruang sidang sebelum menargetkan aset orang kaya Rusia.

“Pemerintah harus menyadari betapa rumitnya proses penyitaan jika mereka [pengusaha kaya] sudah melibatkan firma hukum terbaik demi melindungi hartanya,” terang Ross Delston, pengacara independen dan pakar anti-pencucian uang. “Pihak berwajib harus menyiapkan bukti-bukti yang kuat.”