Liputan4.com || Jakarta – Banyak yang bertanya tentang posisi politik saya saat ini pasca keluar dan meninggalkan Partai Demokrat. Tidak sedikit juga yang menuding saya dengan tuduhan negatif sebagai penghianat, sebagai penjilat untuk mengejar jabatan di pemerintah. (21/04/2021)
Saya hargai semua pendapat itu dan hampir tak pernah saya komentari atau respon karena saya menyadari tidak ada gunanya menjelaskan siapa saya dan apa pemikiran saya kepada orang yang membenci saya. Sia-sia dan hanya buang-buang energi saja.
Tahun 2019, setelah saya bertualang di rimba politik mulai dari berkumpul dengan para senior sepuh yang menginginkan negara ini Kembali ke UUD 45 Asli serta gerakan-gerakan sosial politik yang lebih banyak berseberangan politik dengan pemerintahan Jokowi, akhirnya saya bersekutu dengan kelompok lawan politik Jokowi. jelas ferdinand
Saya mengikuti banyak perkumpulan yang mana kala itu banyak dimotori oleh ormas-ormas yang secara nyata bisa menghadirkan massa militan. Merekalah FPI dan HTI yang menunggangi Gerakan politik Prabowo sebagai calon presiden dan Prabowo menunggangi mereka sebagai pengumpul suara.
Pada awalnya, saya memang tak pernah mempelajari apa itu HTI dengan khilafahnya dan apa itu FPI yang selalu tampil terdepan dalam setiap konflik bangsa. Saya masih melihat mereka sebagai ormas yang sedang berjuang melawan ketidak adilan kala itu.
Akhirnya Pilpres usai, saya pun memfokuskan sedikit waktu untuk mempelajari keduanya, dan saya menemukan fakta-fakta dan informasi yang membuat saya tercengang, dan tibalah saya pada kesimpulan bahwa saya telah salah memilih sekutu, salah memilih teman. Ternyata saya telah berseketu dengan musuh negara, berteman dengan musuh Pancasila. Nuranikupun berontak, dan kata hati berbicara untuk segera pergi, kembali ke pangkuan bangsa dengan Merah Putih dan Pancasilanya.
Keberadaan Jokowi sebagai Presiden, Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara adalah perwakilan negara yang harus dibela dari serangan musuh negara. Mengapa harus dibela? Karena Jokowi menempatkan diri sebagai penjaga NKRI yang terus dijadikan sasara tembak oleh kaum radikal.
Nasionalisme dan patriotisme bathin saya berontak, bahwa musuh negara harus dilawan. Saya harus mendukung pemerintah untuk menjaga NKRI dan Pancasila dari upaya perusakan yang dilakukan oleh kelompok radikalis yang menyumbang pasukan teroris dan kini terus diburu oleh apparat. Itulah mengapa saya berada sekarang diposisi ini, bukan karena mendukung Jokowi sebagai pribadi, karena pemimpin akan silih berganti, tapi Indonesia tidak akan berlalu, dan saya sedang membela Indonesia yang saat ini dinahkodai oleh Jokowi.
Kepindahan politik saya semakin sempurna saya rasakan ketika tahun 2020 meninggalkan Partai Demokrat yang pernah saya bela dengan segenap kekuatan. Belakangan disana tidak sedikit yang memusuhi saya dan menuduh saya anti Islam karena pernyataan-pernyataan saya yang keras kepada kaum radikal HTI dan FPI. _Saya terganggu dan merasa semakin tak tepat berada disana karena Partai ini saya perhatikan semakin sering bersekutu dengan pihak-pihak yang menyerang pemerintah dalam segala hal menggunakan isu-isu politik identitas. Itu bukan karakter saya, saya Nasionalis tulen, jiwa patriotis saya lahir dari leluhur saya yang juga berjuang melawan penjajah.
Sekarang, saya memahami betul bahwa saya pernah bersekutu dengan musuh negara, berteman dengan musuh Pancasila dan saya putuskan untuk melawan mereka demi mejaga Indonesia, merawat kebangsaan, memelihara Pancasila dan mempertahankan NKRI Bersama dengan pemerintah,tegas Ferdinand
Sumber: Ferdinand Hutahaean
Berita dengan Judul: Bekas Sekutuku Ternyata Musuh Negara Aku Putuskan Melawan Mereka pertama kali terbit di: Berita Terkini, Kabar Terbaru Indonesia – Liputan4.com oleh Reporter : Bagus Haryanto