Syed Hassan sudah bisa menebak pesta yang diadakan influencer akhir pekan lalu berlangsung meriah. Namun, dia tak menyangka akan melihat singa bersantai di atas sofa dalam video yang dikirim temannya.
Dalam video yang diperoleh VICE World News, influencer Susan Khan terlihat mengelus singa yang dirantai kakinya. Hewan itu sepertinya dibius.
“Cakar singanya tumpul, berarti sudah dipotong,” Syed memberi tahu VICE World News. Dia telah menyelamatkan binatang sejak tiga tahun lalu. “Saya sering lihat orang Pakistan memamerkan kucing besar di tempat umum dan media sosial. Saya tidak habis pikir, kenapa orang-orang senang melihat hewan dibelenggu dan dibius.”
Banyak orang Pakistan membuktikan kekayaan dengan memamerkan satwa liar dan eksotis yang mereka pelihara. Mereka cukup mengeluarkan sejumlah uang untuk memperoleh izinnya.
Chaudhry Usama Wains menjalankan bisnis hewan eksotis yang terdaftar di negara itu. Kepada VICE World News, dia menjelaskan praktik sewa-menyewa satwa liar untuk acara pribadi sebenarnya telah dilarang, tapi peraturan ini sering kali tidak diindahkan. “Tidak ada agen sewa yang legal di sini. Semuanya dilakukan diam-diam,” tuturnya.
Dua narasumber VICE World News yang datang ke pesta tidak bisa memastikan singanya datang dari mana, apakah disewa secara ilegal atau dibawa oleh tamu. Dalam video, singa tampak diangkut lelaki berpakaian hitam yang mengenakan sepatu putih. Orang itu duduk di samping singa sepanjang waktu. Para tamu mengatakan singanya selalu bersama dia.
Syed mengunggah videonya ke Instagram pada Senin, lalu membuat petisi online di Change.org yang menyerukan agar orang-orang berhenti menggunakan satwa liar sebagai “hiasan”.
Warga Lahore yang menghadiri pesta itu berujar, singanya tidak dianiaya, tapi terlihat tidak nyaman. “Tamu agak takut, tapi mayoritas menikmati pestanya,” kata narasumber yang meminta namanya dirahasiakan karena alasan privasi. Menurutnya, tak ada satu pun dari mereka yang mempermasalahkan keberadaan singa di sana.
Sarah si influencer tidak menanggapi permintaan VICE World News untuk berkomentar. Dia memiliki lebih dari 83.000 pengikut di TikTok dan 52.000 pengikut di Instagram. Sarah mengunggah video singa ke Insta Story, yang hilang 24 jam setelah pesta.
Chaudhry menyebut hewan eksotis menyimbolkan kekayaan dan kekuasaan di Pakistan. “Singa adalah raja hutan, dan hewan yang paling disukai pelanggan,” katanya kepada VICE World News. Chaudhry menjual singa putih dan cokelat mulai 2.500 dolar atau setara Rp36,1 juta. “Singa lebih cepat beradaptasi dengan manusia daripada satwa liar lain. Harganya juga sangat terjangkau buat orang kaya.”
Selain singa, lelaki itu juga menjual meerkat atau banded mongoose mulai $500 (Rp7,2 juta) dan badak hitam seharga $500.000 (Rp7,2 miliar).
Data pemerintah menunjukkan, lebih dari 200 peternakan hewan eksotis resmi tersebar di seluruh provinsi Punjab, yang ibu kotanya adalah Lahore. Namun, Chaudhry membeberkan sebagian besar penjual tidak memegang lisensi.
“Inilah yang menyebabkan kasus kekejaman [terhadap binatang] meningkat,” ujarnya. “Banyak pelanggan tidak pernah mengurus hewan liar. Mereka cuma ingin memamerkan hewan itu dan gaya ‘thug life’ mereka.”
Hampir setiap minggu, rasanya ada saja foto dan video satwa liar yang viral di Pakistan. Hewan-hewan itu tentunya dipelihara seseorang. Bulan lalu, pengguna TikTok memicu amarah netizen akibat videonya yang menampar dan mencengkeram singa dirantai. Satu partai politik bahkan mengajak singa hidup tampil dalam kampanye pemilu mereka. Singa adalah maskot partai.
Pada Selasa, aktris papan atas Nadia Hussain Khan dikritik karena memposting foto keluarga bersama singa yang dirantai ke akun Instagram-nya.
Komentar berbunyi “Satwa liar bukan hiasan kalian” dan “Singa hewan liar, bukan mainan” membanjiri postingannya.
Pada 2017, seorang lelaki di Karachi diamankan polisi karena mengajak singa peliharaannya jalan-jalan naik mobil.
Pengadilan Tinggi Lahore sedang mempertimbangkan petisi yang menuntut agar undang-undang memelihara satwa liar direvisi.
“Orang tidak bisa membedakan antara peduli dan menganiaya,” kata Syed kepada VICE World News. “Undang-undang Pakistan tentang kesejahteraan hewan sudah usang. Orang bisa melakukan apa saja begitu mereka memperoleh lisensi, baik secara legal maupun dengan menyogok.”
Follow Pallavi Pundir di Twitter.