Saya sudah sembilan tahun menjalin hubungan dengan pasangan. Sekitar dua tahun lalu, kami iseng main Feeld, aplikasi kencan khusus mencari orang untuk diajak threesome. Kami berkenalan dengan perempuan yang sama-sama kami sukai. Setelah mengobrol lewat chat, kami pun mengajaknya kencan di sebuah bar di London utara, dengan harapan kami bisa memulai hubungan yang santai dan menyenangkan.
Kala itu, kami sekadar mencari teman yang sepemikiran dan memiliki pandangan yang positif soal seks. Siapa sangka, sekarang kami menjadi “throuple” — hubungan percintaan yang melibatkan tiga orang. Kami liburan bareng, pergi kondangan bertiga, dan berkenalan dengan keluarga masing-masing. Rencananya tahun depan kami akan tinggal bersama.
Bagi kami, tak ada yang aneh dengan hubungan ini. Keseharian kami juga tidak berbeda dari kebanyakan pasangan lain. Kami makan malam dan nonton bioskop bareng, leha-leha di rumah dan nonton Friends di akhir pekan, bergiliran masak dan pura-pura sekarang bukan jatah kami mencuci piring.
Kerabat dan teman-teman sangat terbuka dan menerima keputusan kami, meski tak sedikit yang penasaran dengan hubungan kami. Itu cukup wajar, mengingat gaya pacaran kami belum lazim. Kami juga dengan senang hati menjelaskan apa yang belum mereka pahami. Namun, dari berbagai pertanyaan yang diterima, kami memperhatikan masih banyak yang salah paham soal poliamori. Ada yang bertanya apakah saya tidak takut Paul meninggalkanku demi Andrea, anggota baru dalam hubungan kami. Lalu ada yang bertanya kepada Andrea, dia lebih suka sama siapa: saya atau Paul.
Orang-orang yang bukan kenalan kami bahkan asal bertanya tanpa pikir panjang, sama sekali tidak mempertimbangkan apakah pantas menanyakannya. “Kalian kalau ngewe kayak gimana?” tanya mereka. Pertanyaan semacam itu menganggap sepele hubungan kami, seolah-olah kami melakukannya demi seks, atau menekankan gagasan hubungan monogami adalah pilihan paling tepat. Orang kerap berasumsi hubungan ini tidak memiliki masa depan. Mereka berpikir kami hanya sedang bereksperimen atau untuk senang-senang saja.
Hubungan poliamori juga dianggap sebagai fase yang aneh atau gaya hidup ekstrem. Padahal, bagi mereka yang menjalaninya, itu sama sekali tidak benar. Baru-baru ini, tiga lelaki San Diego bernama Ian, Jeremy dan Alan menjadi pelaku poliamori pertama yang mencantumkan semua nama mereka pada akta kelahiran anak-anaknya — ini kali pertama anak di Amerika Serikat secara resmi memiliki tiga orang ayah.
Saat dihubungi melalui Zoom, Ian menekankan tidak bermaksud menunjukkan apa pun terkait hubungan poliamori. Mereka hanya ingin melakukan yang terbaik buat keluarga. “Kami ingin memastikan anak-anak kami dilindungi,” tuturnya. “Andai kata salah satu dari kami ada yang tersambar petir, kami perlu memastikan warisan kami dilindungi. Kalian tidak bisa main-main saat punya anak.”
Kehidupan ketiganya jauh lebih mudah setelah hubungan mereka diakui secara hukum. Ian menceritakan pengalaman mereka saat berlibur ke Meksiko. Seorang petugas keamanan menghentikan mereka di bandara karena mencurigai gelagatnya. “Tiga laki-laki bepergian membawa dua anak kecil memang pemandangan yang aneh. Tapi setelah saya menunjukkan akta kelahiran dan memberi penjelasan, dia langsung meminta maaf dan berharap kami tidak tersinggung. Kami sama sekali tidak tersinggung. Dia hanya berusaha melindungi anak-anak. Sudah semestinya dia bersikap seperti itu.”
Meski Ian dan keluarganya mempermudah keluarga poliamori untuk memperoleh pengakuan hukum (setidaknya di California), mereka tak sekali pun terlihat ingin menjadi pejuang hak-hak poli. Mereka hanyalah tiga orang yang saling jatuh cinta dan ingin memberikan yang terbaik bagi keluarga.
Sebagaimana dijelaskan pendidik seks Kenneth Play di Brooklyn, poliamori sebagian tentang mencari tahu apa yang kalian butuhkan dalam hubungan. Jenis hubungan ini tidak terkekang oleh harapan sosial, sehingga orang lebih bebas menjalani hubungan sesuka hati mereka, kurang lebih seperti permainan Choose Your Own Adventure. “Dalam hubungan poliamori, kalian bisa menjalani hubungan yang diinginkan semua pihak. Kebutuhan setiap individu terpenuhi, dan kalian membebaskan pasangan melakukan hal yang sama.”
Kenneth menjalin hubungan yang disebut “open-ended triad”. Dalam kasusnya, dia dan orang lain memiliki satu pasangan, tapi keduanya tidak berhubungan satu sama lain. Kenneth dan lelaki lain bertunangan dengan perempuan yang sama, setelah memberinya kejutan dengan melakukan lamaran bersama di sebuah pesta. Alasan hubungan mereka berjalan mulus yaitu karena mereka telah mempertimbangkan masa depan dan apa saja yang mereka inginkan. Kenneth, misalnya, menginginkan ruang geraknya sendiri dan tidak tertarik hidup bersama pasangan. Sementara itu, tunangannya hidup bahagia bersama pasangan yang lain.
“Ada kaitannya dengan kepribadian,” ujar Kenneth, mengacu pada penelitian tentang hubungan terbuka yang ditulis oleh tunangannya Dr Zhana Vrangalova. “Orang dengan ciri kepribadian berbeda kemungkinan membutuhkan hal yang berbeda dari hubungan.”
“Orang yang cemburuan mungkin akan kesulitan memahami konsep poliamori, sedangkan orang seperti saya yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap hal baru memanfaatkan poliamori untuk memenuhi kebutuhan itu.”
Orang sulit memahami validitas dan kelanggengan hubungan poliamori karena jenis hubungan ini melepaskan diri dari standar hubungan monogami. Banyak hal yang membimbing pasangan dalam membina hubungan mereka, dan monogami memiliki penanda untuk menunjukkan hubungannya serius — seperti tinggal bersama, menikah dan punya anak. Berhubung beberapa hal ini tak tersedia bagi orang-orang yang berpoliamori (walaupun kasus seperti Ian, Jeremy dan Alan memulai perubahan), orang awam berasumsi hubungan kami tidak serius.
Orang-orang yang mempertanyakan hubungan poliamori terkadang lupa bahwa hubungan monogami juga telah berubah. Angka pernikahan terus menurun sejak awal 1970-an, dan semakin banyak pasangan memutuskan tidak mau punya anak. Orang dalam jenis hubungan apa pun sekarang lebih bebas memilih apa yang mereka inginkan, dan ini juga dilakukan mereka yang terlibat dalam hubungan poliamori.
Ketika memikirkan tentang hubungan poliamori, orang biasanya membayangkan kencan seksi atau threesome yang hot. Mereka tidak memikirkan hal-hal membosankan yang biasa dilakukan pasangan dalam hubungan “asli”. Padahal kenyataannya, hubungan poliamori tidak semenarik itu. Kami juga suka berdebat siapa yang harus cuci piring dan mau nonton film apa.
Artikel ini pertama kali tayang di i-D