Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat dituduh telah membobol sistem informasi universitas yang berperan penting dalam pengembangan senjata militer di Tiongkok.
Sivitas akademika Northwestern Polytechnical University melaporkan Juni lalu, mereka menerima email berisi undangan menghadiri pertemuan akademik dan tawaran meninjau penelitian ilmiah, yang rupanya merupakan upaya mencuri detail login mereka.
Sejak awal September 2022. Pusat Tanggap Darurat Virus Komputer Nasional Tiongkok menyatakan semua email tersebut berasal dari Kantor Operasi Akses Khusus, sebuah unit rahasia NSA yang bertugas menyadap jaringan komputer di seluruh dunia. Penyelidikan awal otoritas Tiongkok dilaksanakan bersama perusahaan keamanan siber 360 Security Technology Inc di Beijing.
Dewasa ini, semakin banyak tuduhan yang muncul tentang keterlibatan AS dalam serangan siber terhadap Tiongkok. Para pengamat menilai tindakan ini merupakan cara negara membalas AS, yang selama ini menuduh Tiongkok telah melakukan peretasan.
Pada Februari, misalnya, sebuah perusahaan keamanan siber menghubungkan NSA dengan operasi peretasan yang menargetkan 45 negara, termasuk Tiongkok.
Albert Zhang, peneliti dari Institut Kebijakan Strategis Australia, menyebut dirinya telah mendeteksi keberadaan ratusan akun medsos palsu yang menyebarkan berita tentang aksi peretasan NSA sejak beberapa minggu sebelum laporan resmi diumumkan. Semua akun tersebut seolah-olah terkait dengan instansi pemerintah.
“Terlepas klaimnya benar atau tidak, koordinasi pernyataan resmi dan aktivitas tersembunyi ini mungkin menjadi bagian dari kampanye propaganda yang lebih luas untuk menampilkan AS secara negatif dan unjuk kehebatan sektor keamanan siber Tiongkok,” Zhang memberi tahu VICE World News.
NSA tidak segera menanggapi permintaan VICE World News untuk berkomentar.
Didanai dan dikelola langsung oleh Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi Tiongkok, perguruan tinggi yang terletak di provinsi Shaanxi telah dimasukkan ke dalam daftar sanksi AS atas keterkaitannya dengan militer Tiongkok. NPU terlibat dalam pengembangan senjata militer, seperti pesawat drone, jet tempur dan pesawat ruang angkasa.
Pihak universitas menyatakan dugaan aksi peretasan itu tidak menyebabkan kebocoran data besar.
Mao Ning selaku juru bicara kementerian luar negeri Tiongkok mengklaim dalam konferensi pers pada Senin, serangan ini sudah yang kesekian kalinya dilakukan AS terhadap negaranya. “AS sudah lama mengawasi interaksi pengguna ponsel Tiongkok secara audio, mencuri pesan teks dan melakukan penentuan posisi nirkabel,” klaimnya. Dia mendesak agar AS segera memberikan penjelasan terkait insiden ini.
Pemerintah AS dan perusahaan keamanan siber sudah bertahun-tahun menuduh Tiongkok melancarkan aksi peretasan, yang selalu dibantah oleh Beijing.
Follow Rachel Cheung di Twitter dan Instagram.