Dalam film horor, rumah angker biasanya digambarkan sebagai bangunan reyot yang sudah lama kosong dan telah ditumbuhi semak belukar. Padahal, dari cerita hantu yang sering kita dengar, rumah-rumah bagus dan masih berpenghuni juga bisa menjadi tempat bersarang makhluk halus. Sosok arwah gentayangan dapat menampakkan dirinya di mana pun kita berada.
Namun, meski tempat tinggalnya berhantu, tak sedikit orang memilih tetap bertahan di sana dan hidup berdampingan dengan yang gaib. Berikut pengakuan mereka:
“Kami menemukan sisa-sisa jasad manusia di dalam rumah, dan sering mendengar jeritan pilu arwah tentara yang dibantai.”
Tempat tinggalku adalah rumah peninggalan zaman kolonial yang sudah berusia lebih dari 350 tahun. Penduduk sekitar percaya semakin tua silsilah keluarga pemilik rumah, semakin angker bangunannya. Dan itu benar adanya. Rumah ini telah menyaksikan berbagai peperangan, termasuk pertempuran paling berdarah jenderal Maratha melawan penjajah Portugis di India.
Beberapa tahun lalu, kami menemukan sisa-sisa jasad prajurit yang gugur dalam perang. Kami juga sering mendengar jeritan pilu arwah tentara yang dibantai, serta ratapan para istri yang ditinggalkan. Suara-suara itu berasal dari gudang bawah tanah.
Kami memiliki banyak sekali kenangan indah di rumah ini, jadi rasanya sulit untuk pindah. Kenangan paling berharga buatku adalah makan mangga bersama nenek dan main di teras pada siang hari yang panas. Saya takkan bisa meninggalkan rumah ini. Lagi pula, kami tak pernah diganggu atau disakiti oleh penunggu rumah. — Bhaumik Gowande, 29 tahun
“Kami melihat penampakan anak kecil tepat tengah malam. Kami bahkan bisa mencium baunya.”
Saya dan teman-teman awalnya mengira telah menemukan apartemen bagus. Walau harga sewanya selangit, fasilitas yang kami terima sangat oke: makanan, akses taksi, gym dan konseling in-house.
Akan tetapi, seminggu setelah kami pindah ke sana, tiba-tiba ada penampakan anak kecil di dalam rumah kami. Itu kejadiannya tengah malam. Kami bertiga bahkan sampai menahan napas karena mencium baunya. Wujudnya tampak sangat nyata, jadi kayaknya mustahil kalau cuma bayangan kami saja.
Kami menceritakannya ke tetangga keesokan paginya. Dan ternyata, mereka punya pengalaman menyeramkan masing-masing. Ada yang mengaku pernah melihat darah berceceran di dapur, tapi langsung hilang semenit kemudian. Teman ngontrak saya bercerita, dia mendengar suara orang bernyanyi saat mandi. Dia bilang itu nyanyian setan.
Alasan kami tidak pindah yaitu fasilitasnya terlalu bagus. Hantu anak kecil itu juga jarang muncul, terkadang menampakkan diri setelah sebulan lebih tidak kelihatan. Dia iseng, tapi tidak pernah mengganggu kami. Ada banyak hal lain yang jauh lebih penting, seperti mencari pekerjaan dan mendapat persetujuan dosen pembimbing untuk mengerjakan tugas akhir. Kehidupan kami di dunia nyata jauh lebih menakutkan daripada makhluk halus. – Ana, 32 tahun
“Begitu malam tiba, cat lemari akan terkelupas dan berubah warna. Pemilik sebelumnya ternyata bunuh diri di dalam lemari.”
Di kota seperti Mumbai, sulit sekali menemukan tempat kos yang kamarnya luas, sehingga jarang ada orang punya lemari besar saat mengontrak. Kamu bisa membayangkan betapa terkejutnya saya ketika mendapatkan kontrakan yang dilengkapi lemari kayu besar. Lemari itu tampaknya berasal dari tahun 1800-an — penuh ukiran dan modelnya terlalu tua untuk bangunan baru seperti kontrakan kami. Saat kami pindah ke sana pada 2017, kami sejujurnya ingin menyingkirkan lemari itu, tapi pemilik kontrakan bilang susah dikeluarkan secara utuh.
Hari pertama kami tinggal di sana, kami melihat cat lemarinya mendadak berubah jadi hitam. Kami kira itu karena proses oksidasi. Tapi begitu malam tiba, cat lemari terkelupas seluruhnya dan memperlihatkan permukaan yang tertutup jelaga. Warnanya amat mengerikan. Kucing kami tiba-tiba meliukkan tubuhnya dan menjilat lemari.
Rupanya, orang yang mengontrak sebelum kami bunuh diri di dalam lemari. Jasadnya baru ditemukan tiga hari setelah ia tewas minum racun. Kami tahu tentang ini dari tetangga, sebulan setelah kami tinggal di sana. Kami tidak mungkin membatalkan sewanya karena sudah keburu menandatangani kesepakatan kontrak. Kami juga malas mencari tempat tinggal baru, karena biasanya pemilik kontrakan di kota ini punya peraturan aneh. – Sanjay, 35 tahun
Follow Arman di Instagram dan Twitter.