Pemerintah Tiongkok menjatuhkan denda sebesar $2,8 miliar (setara Rp40,9 triliun) pada Alibaba karena melanggar undang-undang anti-monopoli. Akan tetapi, sanksi ini menjadi kabar baik bagi perusahaan yang telah diawasi ketat selama beberapa bulan terakhir. Perusahaan tersebut dianggap menyalahgunakan dominasinya dalam sektor e-commerce dan memaksa pedagang berjualan secara eksklusif di platform Alibaba.
Harga saham Alibaba di bursa Hong Kong malah melonjak 6,5 persen pada 12 April 2021, hanya selang dua hari setelah regulator Tiongkok menjatuhkan denda. Total denda, yang menyumbang empat persen dari pendapatan perusahaan sepanjang 2019, menjadi sanksi terbesar dalam sejarah negara. Namun, Alibaba dan para investor bersyukur karena hukuman yang diterima tak seburuk bayangan mereka.
Nasib pendiri Jack Ma dan perusahaannya berada dalam pengawasan intens sejak Beijing membatalkan penawaran saham perdana (IPO) sebesar $34 miliar (Rp496 triliun) dari perusahaan jasa keuangan milik Alibaba, Ant Group, pada November tahun lalu. Miliarder itu baru muncul sekali di publik setelah lama hilang.
Bloomberg Billionaire Index menunjukkan, Ma yang memiliki 4,8 persen saham pribadi kehilangan kekayaan pribadi sebesar $10 miliar (Rp146 triliun) sejak November. Sementara, berkat reaksi positif pasar setelah bisnisnya didenda ‘doang’, Jack Ma memperoleh peningkatan valuasi hampir $2 miliar (Rp29 triliun) nilai saham pada perdagangan awal pekan ini.
“Terlepas dari rekor jumlah denda yang ditetapkan, kami pikir ini akan mengangkat beban besar bagi saham BABA dan mengembalikan fokus pasar pada hal fundamental,” demikian bunyi pernyataan Morgan Stanley dikutip CNBC.
Penerapan sanksi terhadap Alibaba mencerminkan pengaruh kepemimpinan Komunis atas sektor swasta Tiongkok, terlepas dari kekayaan besar yang telah dikumpulkan entrepreneur selama ledakan ekonomi di negaranya. Pakar menyebut tindakan keras itu sebagai “pembalikan perlindungan politik potensial” bagi pengusaha berpengaruh seperti Jack Ma.
Sementara kasus anti-monopoli di luar negeri macam AS membutuhkan tahunan untuk diselesaikan, penyelidikan hanya memakan waktu beberapa bulan di Tiongkok. Perusahaan teknologi kerap mengakui terlebih dulu kesalahan mereka dan berjanji untuk mematuhi peraturan.
Sabtu pekan lalu, surat kabar Partai Komunis People’s Daily mengklaim denda ini merupakan bentuk kepedulian yang akan menguntungkan seluruh industri teknologi. Alibaba memuji keputusan otoritas dan berjanji akan mematuhinya.
“Alibaba takkan mungkin bisa tumbuh tanpa regulasi dan layanan pemerintah yang baik. Pengawasan kritis, toleransi dan dukungan dari seluruh konstituen sangat penting bagi perkembangan kami,” pihak perusahaan menyatakan dalam surat terbuka pada Sabtu. “Kami sangat berterima kasih dan menghormati ini.”
Melalui konferensi pers, pejabat eksekutif Alibaba menjelaskan perusahaan akan menurunkan biaya untuk para pedagang di platformnya, dan menyisihkan “miliaran yuan” untuk mendukung inisiatif tersebut. “Kami senang bisa menyelesaikan masalah ini,” ujar wakil ketua Joe Tsai.
Sayangnya, Alibaba belum benar-benar keluar dari masalah. Dua jam setelah bursa Hong Kong tutup, regulator Tiongkok mendesak Ant Group menghentikan praktik anti-persaingan dan mengurangi risiko finansial perusahaan—mengulangi permintaan sebelumnya untuk merombak bisnis, yang dapat merugikan layanan pinjaman Ant yang menguntungkan.
Setelah Alibaba, perhatian publik kini tertuju pada beberapa perusahaan teknologi lain. Pengguna situs mikroblog Weibo menebak siapa target selanjutnya. Layanan pesan antar makanan Meituan dan Tencent menjadi yang paling sering disebut.
Harga saham kedua perusahaan masing-masing turun lima dan 1,1 persen di bursa Hong Kong.
“Berita tentang Alibaba akan berkurang ke depannya,” kata Fred Wong, fund manager eFusion Capital di Hong Kong. “Bursa menduga bakal terjadi penerapan denda pada perusahaan lain.”
Follow Viola Zhou di Twitter.