Rubrik ‘Ask VICE’ diperuntukkan bagi para pembaca yang membutuhkan saran VICE untuk menyelesaikan masalah hidup, dari mengatasi cinta yang bertepuk sebelah tangan hingga menghadapi teman kos yang rese.
Curhatan pembaca: Dulu sebelum pandemi, aku tak pernah melewatkan momen berpesta semalam suntuk. Aku bisa tahan sampai pagi sejak remaja. Tapi sekarang, aku sulit sekali melek di atas pukul 11 malam. Rasanya seperti sudah tidak ada tenaga buat main. Sekalinya dugem, yang ada di pikiranku cuma kepengin cepat pulang.
Sementara teman-temanku asyik berpesta, aku hanya bisa menyaksikan keseruan mereka lewat InstaStory. Lama-kelamaan aku khawatir mereka akan menganggapku orang membosankan.
Kira-kira kenapa aku jadi gampang lelah? Apakah ini tanda tubuhku sudah mulai menua (umurku sudah 31), atau jangan-jangan aku depresi?
Pandemi telah mengubah gaya hidup dan rutinitas kita semua. Orang yang tadinya aktif bersosialisasi, sekarang mungkin lebih menikmati waktu santai di rumah. Waktu tidur juga maju, padahal dulu kamu bisa melek sampai pagi. Cepat mengantuk tak selalu menandakan kamu sudah jompo.
Ada banyak hal yang menyebabkan tubuh kita gampang capek, yang pada akhirnya membuatmu malas melakukan apa pun. Salah satunya yaitu karena kita jarang gerak selama lockdown dua tahun.
“Banyak yang merasa energinya terkuras sekarang,” tutur psikolog Jean-Pierre van de Ven yang berbasis di Amsterdam, Belanda. “Kamu jarang beraktivitas belakangan ini, dan pola perilaku ikut berubah. Semua ini dapat memengaruhi tenagamu.”
Pertama-tama, kamu perlu mencari tahu alasanmu mudah lelah. Apakah karena faktor fisik, atau ada kaitannya dengan kesehatan mental kamu? Apakah kamu pernah positif Covid? Pasalnya, virus ini meninggalkan efek jangka panjang pada tubuh, seperti rasa lelah yang berlebihan. “Kamu bisa periksa ke dokter untuk memastikan ada masalah dengan tubuhmu atau tidak,” lanjutnya.
Jika ternyata fisik baik-baik saja, kamu bisa merenungkan seperti apa perasaanmu akhir-akhir ini. “Banyak orang stres berat [selama pandemi], salah satunya karena takut ketularan Covid,” terang Van de Ven. “Hidupmu berubah total dalam waktu singkat. Kamu jarang bertemu orang. Bisa jadi penghasilan berkurang, atau kamu malah kehilangan pekerjaan.”
Van de Ven menerangkan, rasa jenuh akibat kurangnya kesibukan dapat menimbulkan gejala fisik yang disebut “bore-out”. Gejala-gejalanya mirip burnout yakni cepat lelah, sakit kepala dan bahkan sulit tidur. “Saat mengalami bore-out, kamu mungkin akan merasa capek menggerakkan badan atau tidak tertarik melakukan hal-hal menyenangkan,” jelasnya. “Sama seperti burnout, kamu butuh waktu sampai tubuh terbiasa dengan rangsangan eksternal lagi.”
Tidak ada salahnya berkonsultasi ke terapis tentang kondisimu saat ini. Dengan begini, kamu bisa tahu penyebab dirimu tak lagi penuh semangat seperti dulu. “Terapis bukan hanya menangani orang-orang dengan masalah kejiwaan serius. Kamu bisa berkonsultasi meski yang kamu rasakan cuma gelisah atau tidak percaya diri,” Van de Ven menambahkan.
Hilangnya ketertarikan pada kegiatan yang kamu sukai memang termasuk gejala depresi, tapi Van de Ven menekankan kondisi ini biasanya melibatkan perasaan sedih yang berlarut-larut dan bertahan lebih dari dua minggu. Selain itu, kamu mungkin mengalami depresi jika pola tidur berantakan, berat badan naik turun, tidak semangat menjalani hidup, atau memiliki keinginan bunuh diri.
Juga ada faktor lain yang dapat membuat kamu ogah berpesta atau nongkrong semalam suntuk. Kamu mungkin telah menyadari kalau masa-masa itu sesungguhnya tidak semenyenangkan yang kamu kira. Apa alasanmu sering keluar rumah dulu? Apakah karena kamu menikmati waktu bersama teman, atau ada hal yang ingin kamu lupakan dengan dugem? Van de Ven menyebutkan contohnya seperti patah hati, atau ada masalah di kantor.
Barangkali perasaanmu jauh lebih baik sekarang, sehingga main bukan lagi hal yang penting bagimu. Respons tubuh terhadap stimulan ini mungkin juga sudah berubah. Seandainya dulu kamu sering menenggak minuman keras saat nongkrong, efeknya pada tubuhmu baru mulai terasa sekarang.
Yang terakhir, kamu sudah terbiasa dengan pola hidup lambat. Kamu sadar betapa nikmatnya leyeh-leyeh di rumah sepanjang akhir pekan.
Kehidupanmu mengalami perubahan besar, sehingga terkadang kamu merasa sudah tua saat teringat betapa berbedanya pola hidupmu di masa lalu. Lagi pula, kebanyakan anak muda zaman sekarang sudah tidak suka clubbing, berbeda dari generasi tua yang betah nongkrong di diskotek hingga dini hari. Setiap orang punya caranya sendiri untuk menikmati hidup.