Berita  

Ada 80 Siswa Berprestasi dan Tidak Mampu Diberikan Kursus Gratis di Kampung  Inggris TBS.

ada-80-siswa-berprestasi-dan-tidak-mampu-diberikan-kursus-gratis-di-kampung- inggris-tbs.

Liputan4.Com – Lombok Timur – Direktur GLC (Green Language Center) Desa Tetebatu Selatan, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) Zohri Rahman,SH mengatakan sebagai penyelenggara Kampung Inggris Tete Batu Selatan (TBS), dalam tahap permulaan ini diikuti oleh 80 orang peserta yang berasal dari 40 Sekolah setingkat SMP dan MTs dan akan mengikuti kursus selama satu bulan penuh.

Foto : Erlin Nurhidayah Peserta Kursus Kampung Inggris.

Menurut Orry panggilan akrab Zohri Rahman yang juga merupakan Kepala Desa Tetebatu Selatan itu, ke 80 orang peserta tersebut diberikan kursus secara gratis dan hampir semua peserta tersebut diambil dari siswa berprestasi tapi dari golongan keluarga yang tidak mampu.


“Dalam tahap pertama ini kita masukkan 80 orang peserta yang kita ambil dari 40 sekolah,se Kabupaten Lombok Timur, dimana masing-masing sekolah mengirimkan 2 orang siswanya yang berprestasi tapi dari golongan keluarga yang tidak mampu atau prasejahtera, dan yatim piatu,” ungkap Orry.

Ia juga menambahkan pasilitas gratis yang diberikan kepada anak didik dalam program kampung Inggris ini adalah, kita siapkan kamar yang setara dengan kelas hotel, makan minum, loundy gratis,Wifi untuk belajar gratis dan mereka bebas mandi dikolam renang milik hotel Green Orry Inn.

“Untuk mensukseskan Program Kampung Inggris di Desa Tetebatu Selatan ini, saya sudah menghajatkan Hotel Green Orry Inn yang dibawah ini, khusus untuk tempat anak-anak kita belajar Bahasa Inggris, termasuk semua pasilitasnya. Sedangkan untuk tamu dan wisatawan yang mau mengingap akan kami tempatkan di Green Orry Inn yang ada diatas sana,” ungkap pemilik Hotel Green Orry Tetebatu Selatan.

Menurut Orryk metode pembelajaran yang diberlakukan dalam Program Kampung Inggris yang bekerjasama dengan Lembaga Pendidikan Riverside Pare Jawa Timur itu adalah, semi pesantren, karena anak-anak akan dibangunkan oleh tutor sebelum ada waktu subuh, dan mereka dibagi dalam 6 kelompok, yang dibimbing oleh 1 kelompok, 1 tutor.

“Metode Pembelajaran dalam Kapung Inggris ini adalah semi Pesantren, karena anak-anak akan dibangunkan sebelum ada waktu Subuh,lalu belajar sejenak, kemudian dilakukan sholat subuh berjamaah, setelah itu anak-anak akan belajar mengevaluasi pelajaran yang diterima dihari kemaren,”katanya.

Setelah selesai belajar usai sholat subuh, anak-anak akan mandi dan sarapan pagi, kemudian masuk jam 07.30  hingga jam 12.30, kemudian masuk lagi dari jam 14.00 hingga pukul 17.00, kemudian belajar dilanjutkan setelah selesai melaksanakan sholat isya’.

“Jam belajar mereka memang sangat padat, sehingga kita optimis dalam jangka waktu satu bulan maka mereka akan mahir berbahasa Inggris. Sehingga out putnya nanti akan sesuai dengan harapan Bapak Bupati, begitu mereka keluar bisa membuat teman mereka tertarik masuk ke kampung Inggris, karena mereka mahir berbahasa Inggris,begitu keluar dari sini,” harapnya.

Sementara itu salah seorang peserta Erlin Nurhidayah dari SMPN 1 Sikur, mengaku sangat senang dengan adanya Kampung Inggris ini, karena dapat belajar secara gratis dan siap untuk melaksanakan pembelajaran dengan sistim semi pondok pesantren.

Erlin yang duduk di kelas VIII SMPN 1 Sikur, putri dari pasangan Imam Muslih dan Ermawati Paok Motong itu bercita-cita menjadi dokter, meskipun dalam pengakuannya dia berasal dari keluarga yang penuh kesederhanaan karena orangtuanya adalah buruh tani biasa.

“Saya berharap kalau saya bisa berbahasa Inggris dengan baik, saya ingin mengajarkan kepada semua orang bahasa Inggris itu, saya ingin mengartikan bahasa inggris kepada mereka yang tidak ngerti dan saya berharap dengan ilmu ini kami mendapatkan kehidupan yang baru dan lebih baik,” tutupnya dengan kata yang lugu. (Bul)